• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Teks Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Teks Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online

a. Analisis berita 1: 04 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal (1)” 1. Tematik

Secara harfiah tema berarti gambaran umum dari suatu teks, gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Tema dalam berita ini adalah Kontroversi boleh tidaknya memberikan ucapan Natal (1).

2. Skematik

Skematik adalah bangunan wacana yang disusun dan diurutkan dari pendahuluan sampai akhir sehingga membentuk kesatuan arti. Skema pemberitaan ini dimulai dengan judul berita itu sendiri yaitu Kontroversi Ucapan Natal (1).

Pada bagian awal berita dimulai dengan Pada bagian awal dimulai dengan bagaimana polemik kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Polemik boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.

Dibagian tengah dilanjutkan dengan komentar dari Partai keaslian Salafi (al­Ashalah as­Shalafi) menolak ucapan Natal dikarenakan menhaturkan ucapan Natal bagi umat Naasrani yang membudakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat, “katanya.

Pada bagian akhir berita ditutup dengan pendapat dari Dar al­lfta yang mana memberikan ucapan selamat Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani. Ucapan tersebut merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah.

3. Semantik Latar

Latar berita ini berawal dari Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim.

Detil

Berita ini cukup detil karena langsung menceritakan banyaknya perbedaan­perbedaan pendapat dari Ulama/Tokoh­tokoh di luar Indonesia yang dimana memberikan ucapan selamat Natal hukumnya haram atau tidak. Yakni terdapat pada teks berita : Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Partai keaslian Salafi (al-Ashalah as-Shalafi) menolak ucapan Natal.

Beberapa hari menjelang Natal ketua pimpinan partai yang mendukung ideologi Salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah mengahaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada barat. Pernyataan ini memicu reaksi keras dari kembaga fatwa tertinggi di Negeri Piramida tersebut, Dar al-lfta’.

Maksud

Maksud yang ingin disampaikan berita ini adalah kita sebagai seorang Muslim tidak diajarkan untuk saling membenci kepada agama lain, kita dituntut harus saling menghargai perbedaan keyakinan. Hal ini didukung oleh Syekh Ali Jum‟ah (pimpinan Dar­al­lfta‟) yang terdapat pada teks berita : Syekh Ali Jum’ah

(pimpinan Dar-al-lfta’) mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum

Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al-Quran seperti di surat Al-Baqarah ayat 83.

Pranggapan

Pranggapan dalam berita ini terdapat pada teks berita : Tapi, ia memberikan catatan agar berhati­hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam.

4. Sintaksis Koherensi

Berita ini juga didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat. Kalimat koherensi secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Kata hubung yang dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna yang berlainan ketika hendak menghubungkan kalimat. Koherensi yang ditemukan dalam teks berita, yaitu : Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi

dan cendikiawan Muslim.

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dalam teks berita ini dapat dilihat dalam kalimat­kalimat berikut :

“Di Tanah Air, banyak respons menyikapi polemik ini, tapi agar lebih proposional, penting pula menelisik isu serupa di mancanegara.”

“Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai

komoditas partai politik.”

Kalimat­kalimat ini menjelaskan prinsip kausalitas. Dimana logika kausalitas itu diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek dan predikat.

Kata Ganti

Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam berita ini terdapat kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu ia. Pada kalimat berikut : “Tapi ia

memberikan catatan agar berhati-hati dalam pemberian selamat tersebut tetap

dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam”. 5. Stilistik

Leksikon

Leksikon adalah pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata tersedia yang dipakai oleh wartawan dalam teks berita. Pemilihan kata yang dilakukan oleh wartawan dalam teks berita ini, seperti pemilihan kata bola panas, membudakkan, aggressor, penjajah, dan menjilat.

Pemilihan kata bola panas terdapat pada kalimat : “Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim”. Maksud bola panas mengindikasikan terjadinya perang urat syaraf di kalangan para akademisi dengan cendikawan muslim.

Selanjutnya kata membudakkan, aggressor, penjajah dan menjilat terdapat pada kalimat : Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah menghaturkan

ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat.

“Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilatke Barat”, katanya.

6. Retoris Metafora

Metafora dipakai wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas gagasan atau pendapat tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari­hari, peribahasa, pepatah, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat­ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. Pada teks berita ini terdapat penggunaan metafora, seperti pada kalimat berikut :

“Syekh Ali Jum’ah mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada

kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al-Quran seperti di surat Al-Baqarah ayat 83

Tabel 4.1

Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal (1)”

STRUKTUR WACANA ELEMEN KETERANGAN

STRUKTUR MAKRO

(TEMATIK)

Topik Kontroversi Ucapan Natal (1)

SUPRASTRUKTUR Skema  Pada bagian awal dimulai

(SKEMATIK) kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Polemik boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.

 Pada bagian tengah Partai keaslian Salafi (al­Ashalah as­ Shalafi) menolak ucapan Natal.

 Pada bagian akhir berita menyisipkan pendapat dari Dar al­ lfta yang mana memberikan ucapan selamat Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani.

STRUKTUR MIKRO

(SEMANTIK)

Latar Teks pada paragraf 2 :

Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Detil Teks pada paragraf 3 :

Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Partai keaslian Salafi (al­Ashalah as­Shalafi) menolak ucapan Natal.

Teks pada paragraf 3 :

Beberapa hari menjelang Natal ketua pimpinan partai yang mendukung ideologi Salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah mengahaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada barat.

Teks pada paragraf 4 :

kembaga fatwa tertinggi di Negeri Piramida tersebut, Dar al­lfta‟

Maksud Teks pada paragraf 4 :

Tetapi Syekh Ali Jum‟ah (pimpinan Dar­al­lfta‟) mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al­Quran seperti di surat Al­Baqarah ayat 83.

Pranggap-an

Teks pada paragraf 4 :

Tapi, ia memberikan catatan agar berhati­hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam.

STRUKTUR MIKRO

(SINTAKSIS)

Koherensi Teks pada paragraf 2 :

Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Bentuk

Kalimat

Teks pada paragraf 2 :

Di Tanah Air, banyak respons menyikapi polemik ini, tapi agar lebih proposional, penting pula menelisik isu serupa di mancanegara.

Teks pada paragraf 3 :

Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.

Kata Ganti

Teks pada paragraf 4 :

“Tapi ia memberikan catatan agar berhati­hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam”.

STRUKTUR MIKRO

(STILISTIK)

Lesikon Teks pada paragraf 2 :

Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim.

Teks pada paragraf 3 :

Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah menghaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat”, katanya.

STRUKTUR MIKRO

(RETORIS)

Metafora Teks pada paragraf : 4

Syekh Ali Jum‟ah mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al­Quran seperti di surat Al-Baqarah ayat 83.

Wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah polemik kontroversi ucapan Natal. Dimana banyak polemik diluar Indonesia juga membahas isu ini, salah satunya Negara Mesir. Republika Online merepresentasikan pada teks ini

adanya isu kontroversi ucapan selamat Natal di Negara Mesir. Polemik boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.

Pada tingkat isi, Republika Online mengkonstruksi pemberitaan Partai Keaslian Salafi (al­Ashalah as­Salafi) menolak ucapan Natal, hal ini sebagai mana yang dikatakan Adil Abdul Maqshud ketua pimpinan partai tersebut. Ia menegaskan “tak akan pernah mengahturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada barat, mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke barat”. Namun, pernyataan ini memicu reaksi keras dari lembaga fatwa tertinggi di negeri piramida tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Dar al­lfta‟ mufti Mesir sekaligus pimpinan Dar al­lfta‟ Syekh Ali Jum‟ah mengatakan “ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah”. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al­Qur‟an seperti surat Al­Baqarah ayat 83, An­Nahl ayat 90, dan Al­Mumtahanah ayat 8.

Teks berita ini secara umum menggambarkan bagaimana polemik kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain.

Selanjutnya, di tingkat kebahasaan Republika Online menggunakan gaya bahasa pertentangan ironi, satire, dan sarkasme. Seperti “Partai Keaslian Salafi (al­Ashalah as­Salafi) menolak ucapan Natal”, dan temuan selanjutnya ada diparagraf terakhir “Pernyataan ini memicu reaksi keras dari lembaga fatwa tertinggi di Negeri piramida tersebut… ”Selain itu, Republika Online dalam pemberitaannya menggunakan gaya bahasa perumpamaan yang cukup menyolok

ketika sudah menjadi sebuah tulisan. Seperti “…Topik ini menggelinding menjadi bola panas”.

Di dalam wacana ini tidak ada relasi yang dibangun, praktis hanya ada unsur pertentangannya saja. Bisa dilihat dari polemik antara partai politik al­ Ashalah as­Shalafi dengan lembaga fatwa tertinggi Mesir Dar al­lfta‟ yang tidak sejalan pemikirannya. Dalam hal isu polemik di pemberitaan ini, sama sekali tidak ada unsur pendukungnya.

Pada poin identitas, teks pemberitaan ini merepresentasikan (menggambarkan) bagaimana khalayak/pembaca diletakkan pada posisi yang membingungkan antara boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal ini. Teks pemberitaan ini seolah­olah memposisikan khalayak/pembaca untuk memikirkan sendiri melalui presepsi masing­masing tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal ini tanpa ada rujukan yang jelas.

b. Analisis berita 2 : 04 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal (2)” 1. Tematik

Tema utama wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah lanjutan dari berita Kontroversi Ucapan Natal (1), yaitu Kontroversi Ucapan Natal (2).

2. Skematik

Skema berita ini dimulai dengan judul Kontroversi Ucapan natal (2). Pada isi berita, bagian awal dimulai dengan dimulai dengan menceritakan Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­Muslim.

Alur selanjutnya, pada bagian tengah adalah membahas mengenai banyaknya tokoh­tokoh atau ulama­ulama besar yang membolehkan memberikan ucapan selamat Natal, seperti Syekh as­Sarkhasi, dan Syekh Yusuf al­Qaradhawi.

Pada bagian akhir berita ini ditutup dengan komentar dari Syekh Ibnu Abdus, yang mana beliau mengatakan haram hukumnya memberikan ucapan Natal.

3. Semantik Latar

Latar berita ini muncul dari persitiwa ketika Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­Siyar al­Kabir”, memberi hadiah untuk non­Muslim termasuk pekerti yang mulia.

Detil

Detil Pada pemberitaan ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial. Seperti pada teks : Dua pekan

sebelumnya, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan pula tentang hukum diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim.

Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya.

Dan juga Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum Grand Syekh al-Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq.

Dengan wacana seperti ini, yang tergambar dimata pembaca adalah agama Islam diajarkan untuk saling bertoleransi sesama agama lain.

Maksud

Maksud dalam berita ini yaitu seperti ditegaskan Surah al­Mumtahanah ayat 8. Hukum ucapan Natal boleh, alasannya masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial.

Pranggapan

Pranggapan dalam berita ini yaitu salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat Natal.

4. Sintaksis Koherensi

Berita ini juga didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat. Koherensi yang ditemukan dalam teks yaitu : “Rasulullah SAW kerap menerima

dan memberi hadiah kepada non-Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan

Tirmidzi”.

“Karena itu, Syekh as-Sarkhasi dalam “Syarh as-Siyar al-Kabir”,

memberi hadiah kepada non-Muslim adalah pekerti yang mulia”. Dan juga : “Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu kepada fikih

kemudahan”.

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat pada teks berita ini terdapat pada kalimat : “Rasulullah

SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non-Muslim”, “seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan

pula tentang hokum diperbolehkannya ucapan Natal”, dan yang tearkhir

“Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh.

Ini seperti ditegaskan oleh Syekh Ibnu Abdus”. Kata Ganti

Teks berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan, seperti saya, dia dan ia. Ia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kata ganti ini terdapat pada teks : “Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu pada fikih

kemudahan, maka ia memutuskan bersebarangan dengan pendapat Ibnu

Taimiyyah dan Ibnu Qayyim”.

5. Stilistik Leksikon

Teks berita ini juga diwarnai dengan pemakaian kosakata leksikon. Misalnya : “Ada pula riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram, makruh,

ataupun boleh ketika ada maslahat. Maksud haram ialah perbuatan yang dilarang agama lalu, makruh ialah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan untuk kebaikan.

6. Retoris Metafora

Pada teks berita ini terdapat juga metafora, yaitu pada teks : “Komisi Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan, hukum ucapan Natal boleh, karena bentuk interaksi sosial. Ini seperti ditegaskan Surah al-Mumtahanah ayat 8”.

Tabel 4.2

Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal (2)”

STRUKTUR WACANA ELEMEN KETERANGAN

STRUKTUR MAKRO

(TEMATIK)

Topik Kontroversi Ucapan Natal (2)

SUPRASTRUKTUR (SKEMATIK)

Skema  Pada pemberitaan ini,

banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial.

 Pada bagian awal dimulai dengan menceritakan Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­ Muslim.

 Selanjutnya pada bagian tengah membahas mengenai banyaknya tokoh­tokoh atau ulama­ulama besar yang

membolehkan memberikan ucapan selamat Natal.

 Pada bagian akhir berita menceritakan adanya tokoh atau ulama yang menyatakan haram memberikan ucapan Natal, yaitu Syekh Ibnu Abdus.

STRUKTUR MIKRO

(SEMANTIK)

Latar Latar berita ini muncul ketika Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­ Siyar al­Kabir”, memberi hadiah untuk non­Muslim termasuk pekerti yang mulia.

Detil Teks pada paragraf 2 :

Dua pekan sebelumnya, Syekh Yusuf al­Qaradhawi menegaskan

pula tentang hukum

diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim.

Teks pada paragraf 2 :

Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya.

Teks pada paragraf 3 :

Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum Grand Syekh al­Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq

.

Maksud Teks pada paragraf 4 :

Ini seperti ditegaskan Surah al­ Mumtahanah ayat 8. Menurut lembaga ini, tak sepenuhnya Mazhab Hanbali yang menjadi rujukan sejumlah kalangan mengharamkan ucapan Natal. Pranggapan Teks pada paragraf 5 :

Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh.

STRUKTUR MIKRO

(SINTAKTIS)

Koherensi Teks pada paragraf 1 :

Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­ Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi.

Teks pada paragraf 1 :

Karena itu, Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­Siyar al­Kabir”, memberi hadiah kepada non­ Muslim adalah pekerti yang mulia. Teks pada paragraf 3 :

Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu kepada fikih kemudahan.

Bentuk Kalimat

Teks pada paragraf 1 :

Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­ Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi.

Teks pada paragraf 2 :

Syekh Yusuf al­Qaradhawi menegaskan pula tentang hokum diperbolehkannya ucapan Natal. Teks pada paragraf 5 :

Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh. Ini seperti ditegaskan oleh Syekh Ibnu Abdus .

Kata Ganti Teks pada paragraf 3 :

Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu pada fikih kemudahan, maka ia memutuskan bersebarangan dengan pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim.

STRUKTUR MIKRO

(STILISTIK)

Leksikon Teks pada paragraf 5 :

Ada pula riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram, makruh, ataupun boleh ketika ada maslahat.

STRUKTUR MIKRO

(RETORIS)

Metafora RETORIS

Teks pada paragraf 4 :

Komisi Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan, hukum ucapan Natal boleh, karena bentuk interaksi sosial. Ini seperti ditegaskan Surah al-Mumtahanah ayat 8.

Pada pemberitaan ini masih membahas isu kontroversi ucapan selamat Natal lanjutan dari pemberitaan Kontroversi Ucapan Natal yang pertama (1). Isu kontroversi boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan tetapi tidak pada pemberitaan kali ini. Pada pemberitaan ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial.

Pada tingkat isi, Republika Online mengkonstruksi pemberitaan ini mengenai tokoh ulama­ulama besar yang ada di luar Indonesia yang memperbolehkan mengucapkan selamat Natal seperti Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­Siyar al­Kabir”, memberi hadiah untuk non­Muslim termasuk pekerti yang mulia. Dua pekan sebelumnya, Syekh Yusuf al­Qaradhawi menegaskan pula tentang hukum diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim. Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya.

Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum Grand Syekh al­Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq. Bahkan komisi fatwa lembaga urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan hukum ucapan Natal boleh.

Secara keseluruhan, isi teks pada pemberitaan ini menggambarkan tokoh­ tokoh ulama besar yang ada di luar Indonesia yang memberikan pernyataan

mutlak boleh mengucapkan selamat Natal dikarenakan bentuk dari interaksi sosial. Akan tetapi wacana yang dikembangkan berita ini seperti seolah­olah

Dokumen terkait