• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

C. Analisis Sosiocultural Practice

Analisis sosiocultural practice di dasari pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang steril. Tetapi, sangat ditentukan oleh faktor di luar dirinya.

Pada deskripsi analisis dan hasil wawancara kali ini, pemberitaan Republika Online mengenai berita kontroversi ucapan selamat Natal dilatarbelakangi oleh perbedaan paradigma antara MUI dengan Menteri Agama RI dan juga polemik yang ada di Negara Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi terkaitnya isu kontroversi ucapan selamat Natal ini yang mana ketiga Negara tersebut adalah Negara Islam.

Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang menjadi daya tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat tema berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan tujuan kita adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara Islam melainkan Negara demokrasi dan

kita harus bertoleransi kepada umat non muslim yang sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus membenarkan ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka. Intinya kami mendukung toleransi umat beragama.13

Selain itu, Republika Online merupakan salah satu media online nasional di Indonesia, jadi secara tidak langsung wacana yang dipublikasikan mengandung dukungan terhadap kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia, sekaligus menjadi media komunikasi yang persuasif bagi masyarakat Indonesia. Baik melalui gaya bahasa maupun kecenderungan isi wacana.

Intinya dalam pembuatan berita ini kami tidak memprovokasi dan kami semata­mata hanya ingin mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama Kristen romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal, melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh khalayak umat muslim di Indonesia.14

Lain dari itu, masyarakat khususnya di Indonesia di buat bingung bagaimana cara menyikapinya adanya perbedaan pandangan antara pihak yang membolehkan dan pihak yang melarang terkaitnya isu yang kontroversial ini. Situasi ini digambarkan oleh Republika Online dalam sebuah wacana bahwa banyak pihak yang membolehkan dan banyak juga pihak yang melarang.

13

Wawancara Pribadi dengan Redkatur ROL, M. Irwan Ariefyanto, 16 Mei 2013

14

Intinya yang menentukan boleh atau tidaknya berasal dari pembaca ROL itu sendiri apakah mengharamkan atau membolehkan.15 Dan juga kembali kepada diri kita masing­masing saja meyakininya seperti apa.16 Pada hakikatnya isu kontroversi ini tidak ada habisnya untuk dibahas dkarenakan banyaknya sumber yang menyatakan boleh dan menyatakan tidak.

15

Wawancara Pribadi dengan informan, Muhammad Jimi, 6 Juni 2013

16

Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika Online M. Irwan Ariefyanto, 16 Mei 2013

90

Setelah melalui tahapan mulai dari bab 1 (pendahuluan), bab II (landasan teori), bab III (gambaran umum Republika Online), dan bab IV (temuan dan analisis data), maka akan dihasilkan rumusan masalah melalui kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Dilihat dari segi teks, pemberitaan tersebut dikonstruksi menjadi sebuah wacana yang bertemakan kontroversi ucapan selamat Natal. Sebenarnya maksud dari pemberitaan tersebut secara tidak langsung ingin menginformasikan kepada khalayak pembaca di Indonesia, bahwa kontroversi ucapan selamat Natal ini juga terjadi di Negara­negara lain seperti Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Ini bisa dilihat dari penggunaan bahasa serta penyusunaan skema berita. Dilihat dari segi etika kebahasaan, Republika Online tidak ragu untuk menggunakaan gaya bahasa pertentangan, perbandingan dan gaya bahasa perumpamaan terhadap objek pemberitaannya. Pada segi isi berita, Republika Online merepresentasikan tentang tokoh­tokoh dari ketiga Negara tersebut yang menimbulkan kontroversi dikarenakan ada yang mendukung ucapan Natal dan ada pula yang menolaknya. Selain itu, berdasarkan hasil analisis teks pada berita kontroversi ucapan Natal edisi 4 Januari 2013 yang diamati peneliti dalam mengkonstruksi pemberitaan ini, Republika Online hanya menjelaskan isu kontroversi diketiga Negara tersebut

yang notabene ketiga Negara tersebut Negara islam dan tidak lebih dahulu menjelaskan isu kontroversi ini yang ada di Indonesia. Dan juga, dalam pemberitaan ini Republika Online tidak memberikan kesimpulan dalam akhir paragraf yang intinya memberikan ucapan selamat Natal itu haram atau tidak hukumnya.

Dilihat dari segi produksi teks, menurut dari hasil wawancara dengan salah satu redaktur pelaksana Republika Online, M. Irwan Ariefyanto. Proses lahirnya pemberitaan yang ada di Republika Online tentunya berawal dari fakta­ fakta di lapangan yang dicari oleh reporter lalu berita tersebut dimasukkan kedalam newsroom. Dalam newsroom tersebut redaktur hanya mengambil dan meng­upload berita yang dicari oleh reporter tersebut lalu di editnya kembali serta mempublikasikan kepada khalayak pembaca melalui website Republika Online. Pada proses pemilihan tema kontroversi ucapan selamat Natal ini, menurut M. Irwan Ariefyanto Republika Online semata­mata hanya ingin mendukung toleransi umat beragama dan ingin menghormati hari raya besar umat lainnya.

Dilihat dari segi konsumsi teks, dapat disimpulkan melalui wawancara dengan Muhammad Jimi yaitu informan yang sudah lama menjadi pembaca aktif setia situs Republika Online. Menurut beliau, Republika Online mempunyai fitur yang unik yang tidak dimliki oleh media online lainnya yaitu Khazanah, dimana isi­isi berita dan artikelnya banyak mengandung ilmu dan pengetahuan sehingga semua orang bisa lebih tahu akan dunia Islam. Dalam menyikapi isu pemberitaan kontroversi ucapan selamat Natal ini, beliau berpendapat yang intinya boleh tidaknya memberikan ucapan selamat Natal berasal dari diri kita masing­masing

apakah mengharamkan atau membolehkan. Pada akhirnya beliau tetap memberikan pendapat bahwa memberikan ucapan selamat Natal hukumnya haram karena sudah tertera di Al­Qur’an dan Hadist.

Dilihat dari segi socialcultural practice, pemberitaan ini dibuat karena dilatar belakangi oleh perbedaan paradigma yang terjadi antara MUI dengan Mentri Agama RI dan juga polemik yang ada di negara Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab terkaitnya isu kontroversi ucapan selamat Natal ini mengingat ketiga Negara tersebut adalah Negara Islam. Di sini Republika Online berusaha menyeimbangkan kondisi dengan mengkonstruksi realita tersebut melalui wacana. Mengingat Republika Online merupakan salah satu media online nasional berbasis Islam di Indonesia sehingga konstruksi wacana yang dihasilkan akan cenderung mengandung dukungan terhadap kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia.

B. Saran

Sebaiknya Republika Online dalam menginformasikan pemberitaan tentang kontroversi ucapan Natal ini harus konsisten. Republika Online sebagai institusi pers online berbasis islami seharusnya lebih menjunjung tinggi nilai­nilai akidah Islam. Bisa dilihat pada penjelasan ketika Republika Online ditanya perihal mendukung ucapan selamat Natal atau tidak tetapi kenyataannya mendukung. Secara institusi Republika Online memang mutlak mendukung ucapan Natal bisa disimpulkan karena Republika Online adalah institusi pers Nasional yang berdiri di Indonesia yang mengedepankan asas kemanusiaan dan toleransi umat beragama

juga tidak ingin mendiskriminasikan umat agama lain. Tetapi ketika ditanyakan secara pribadi kepada redaktur pelaksana Republika Online Bpk M. Irwan Ariefyanto dirinya mengungkapkan bahwa memberikan ucapan Natal haram hukumnya. Disinilah terjadinya ketimpangan informasi yang tidak sejalan. Sekali lagi, Republika Online harus bisa mencerminkan dirinya dimata khalayak sebagai institusi pers online yang benar­benar berbasis islami.

94

Media, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet. Ke­1

Bin Ali Al Ghamidhi, Nashir. Hari-Hari Nasrani, Jakarta, Gema Insani Press, 1995

Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis Group, 2001

Fauziah. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, Cet. ke­92 HM, Zaenuddin. The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan

Para Mahasiswa Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. Ke­3

Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

Kusumaningrat, Hikmat Kusumaningrat dan Purnama. Jurnalistik; Teori dan Praktek, Bandung: Rosda, 2005

Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik : Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos, 1999

Mulyana, Dedy. Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005

Nasrullah, Suhaimi dan Rulli. Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009

Santana, Septian. Jurnalisme Kotemporer,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, Cet.

Ke­1

Sumadira, AS Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. Kedua, 2006

Tartigan, H.G. Pengajaran Wacana, Bandung: Angakasa, 1987, Cet. ke­1 Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru, Jakarta: Klam Indonesia, 2005

Website :

www.arrahmah.com

www.kamusbahasaindonesia.org www.mahakamedia.com

www.voa­islam.com Artikel dan Data :

Company Profile Republika Online, diambil tanggal 17 Mei 2013

Hasil Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika Online M. Irwan Ariefyanto, 16 Mei 2013 di kantor Republika Online, Jakarta Selatan

Hasil Wawancara Pribadi dengan informan, Muhammad Jimi, 6 Juni 2013 dirumah informan, Jakarta Selatan

Republika Online di Kantor Republika Online 16 Mei 2013

1. Apakah berita yang menjadi headline pada Harian Umum Republika juga menjadi headline pada Republika Online?

Berbeda, karena beda kebijakan antara Harian Umum Republika dengan Republika Online. Dari kantor saja sudah dipisah, otomatis Headline­nya pun berbeda dan juga content­nya pun berbeda.

2. Berapakah waktu yang dibutuhkan dari proses pembuatan berita hingga berita siap akses?

Detik!, secepat mungkin untuk meng­upload berita. Karena kami adalah kantor berita online.

3. Bagaimana rutinitas proses produksi di Republika Online?

Kami mempunyai lembaga news room, jadi semua reporter yang ada disini tidak dibawah arahan redaktur tetapi langsung masuk ke news room. Mereka (reporter) yang mendistribusikan permintaan­permintaan dari kami. Kecepatannya tergantung bagaimana reporter itu sendiri menulis berita lalu mengirimkannya ke software yang namanya news room itu. Kami (redaktur) di kantor hanya mengambil dan meng­upload lalu kami menggunakan tulisan atau teks yang dikirimkan oleh reporter dan kami meng­editnya kembali serta mempublikasikan kepada khalayak. Dan

newsroom. Maka itulah proses produksi yang terjadi di kantor kami. 4. Apa saja yang dipersiapkan redaksi sebelum berita di terbitkan?

Tidak ada, paling kita hanya melihat berita yang terjadi di lapangan kemudian kita foto dan kita edit sedikit lalu kita publish melalui website

kita. Ya, apa yang saya katakan sebelumnya kami adalah kantor berita

online beda dengan Koran.

5. Apakah dalam penentuan berita tersebut melibatkan seluruh redaksi?

Tidak, kami biasanya ada pengawas redaksi yaitu kepala editor yang bernama Heri Ruslan.

6. Siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap pemelihian isu untuk diberitakan?

Kepala Redaksi, saya sendiri.

7. Apakah pemilik redaksi ikut berkontribusi terhadap penentuan isu? Tidak, tidak ada hak untuk itu.

8. Bagaimana cara menentukan berita layak atau tidak layak untuk diterbitkan?

Biasanya redaktur sudah punya standar sendiri untuk mengungkap berita yang layak atau tidak. Kalau di Republia Online jelas adalah media yang merangkul komunitas umat muslim yang ada di Indonesia. Jadi,

tersebut.

9. Apa yang membuat Republika Online tertarik mengangkat isu pemberitaan kontroversi ucapan selamat Natal ini?

Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang menjadi daya tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan tujuan kita adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara islam melainkan Negara demokrasi dan kita harus bertolelir kepada umat non muslim yang sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus membenarkan ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka. Intinya kami mendukung toleransi umat beragama.

10. Adakah masalah yang anda hadapi terkait pengangkatan isu pemberitaan yang kontroversial ini?

Biasa saja, sama sekali tidak ada masalah.

11. Apa yang menjadi prioritas Republika Online mengangkat isu pemberitaan ini?

Ya, karena berkaitan ramai­ramainya isu­isu yang tadi.

12. Bagaimana Republika Online mengkonstruksi berita ini hingga menjadi suatu pemberitaan?

Intinya, kami tidak memprovokasi dan kami semata­mata hanya ingin mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama Kristen romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal, melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh khalayak umat muslim di Indonesia.

13. Bagaimanakah anda melihat pandangan MUI dan Mentri Agama RI yang saling bertentangan dengan isu ini?

Kalau Mentri Agama kan harus netral, dia tidak boleh memilih­milih artinya dia punya agenda politik dan dia juga mempunyai kepentingan yang lain. Kalau MUI memang sudah mengikuti secara akidah islam dan ajaran fiqih. Perbedaan tersebut memang harus kita hargai dan memang susah untuk diserasikan. Maka dari itu kontroversi ini masih terus berlanjut sampai saat ini.

14. Apakah anda lebih setuju kepada fatwa MUI atau mungkin lebih mendukung presepsi Mentri Agama RI terkaitnya isu ini?

15. Bagaimana menurut anda seharusnya sikap masyarakat muslim di Indonesia dalam menanggapi masalah kontroversi ucapan selamat Natal ini?

Saya rasa tidak ada masalah, intinya kembali kepada diri kita masing­ masing saja meyakininya seperti apa.

Dokumen terkait