• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal Di Republika Online (Edisi 4 Januari 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal Di Republika Online (Edisi 4 Januari 2013)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

RAMADHAN HALIM PRATAMA NIM: 109051000046

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Ramadhan Halim Pratama NIM: 109051000046

Pembimbing,

Rachmat Baihaky, M. A. NIP. 197611292009121001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 Juli 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 25 Juli 2013

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekertaris

452-

­

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA

NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 1997032002

Anggota

Pe

(4)

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikembalikan dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juli 2013

(5)

i Online (Edisi 4 Januari 2013)

Dalam perkembangannya, banyak lembaga pers di Indonesia yang cenderung netral dan juga jarang menerbitkan suatu berita tentang kontroversi ataupun isu­isu terhadap suatu agama, ini yang membuat lahirnya pers bersifat islami di Indonesia salah satunya adalah Republika Online. Banyaknya isu yang berkembang di masyarakat tentang boleh tidaknya umat muslim memberikan ucapan selamat Natal kepada umat yang merayakannya, membuat Republika Online mempublikasikan sebuah pemberitaan tentang kontroversi ucapan Selamat Natal.

Dari penjabaran diatas, maka penulis memunculkan pertanyaan, sebagai objek pembahasan skripsi ini, bagaimana isi teks yang dikonstruksi oleh Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal, bagaimana proses produksi dan konsumsi teks di Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal, serta bagaimana

sosiocultural practice yang dikonstruksi oleh Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal.

Dalam pemberitaan ini, secara keseluruhan Republika Online

merepresentasikan tentang tokoh­tokoh/Ulama­ulama besar di luar Indonesia yang menimbulkan kontroversi dikarenakan ada yang mendukung ucapan Natal dan ada pula yang menolaknya. Republika Online membuat berita tersebut semata­mata hanya ingin mendukung toleransi umat beragama dan ingin menghormati hari raya besar umat agama lainnya. Republika Online berusaha menyeimbangkan kondisi dengan mengkonstruksi realita tersebut melalui wacana. Mengingat Republika Online

merupakan salah satu media online nasional berbasis Islam di Indonesia sehingga konstruksi wacana yang dihasilkan akan cenderung mengandung dukungan terhadap kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlandaskan pada paradigma kritis. Kritis disini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kekuasaan disalahgunakan, serta melihat bagaimana pemakaian bahasa pada sebuah teks dijadikan sebagai praktik sosial.

Penelitian ini memakai analisis wacana model Norman Fairclough yang mengaitkan analisis level teks, level discourse practice serta level sosiocultural practice. Level teks fokus menganalisis isi teks pemberitaan kontroversi ucapan selamat Natal di Republika Online pada edisi 4 januari 2013. Level Discourse

(6)

ii

segala kekuasaan dan rahmat­Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar. Izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar­besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Arif Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Jumroni M. Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

4. Hj. Ummi Musyarofah, MA. Selaku Sekertaris Jurusan KPI, terima kasih selalu memberikan motivasi, dorongan, bagi penulis.

(7)

iii memberkahi Bapak Ibu semua. Amin

7. Untuk Ayahanda H. Abdul Halim dan Ibunda tercinta Hj. Dwi Sumesti, ananda akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Ananda mencintaimu karena Allah.

8. Untuk Adik­adiku tersayang Latifah Dinar Dwitama dan Muhammad Ihsan Tritama, terima kasih sudah mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk Kamila Mumtaz, yang selalu setia, tulus mendampingi, membimbing, menyemangati, mendoakan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga keikhlasanmu berbuah kebaikan juga untukmu.

10.Rekan­rekan seperjuangan penulis KPI 2009 khususnya KPI B terima kasih untuk ilmu dan kenangan yang pernah kita lewati bersama. Semoga kita akan dipertemukan di kesempatan lain.

11.Untuk Tim Hore Ajid, Teddy dan Rio, terimakasih untuk kebersamaan, persaudaraan yang kita jalin selama ini, semoga keikhlasan kalian berbuah pahala yang indah dari Allah.

(8)

iv

14.Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

15.Semua pihak yang membantu memberikan doa, dukungan yang tidak penulis sebutkan, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Amin

Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan segenap keluarga besar citivitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 22 Juli 2013

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Analisis Wacana ... 13

1. Pengertian Analisis Wacana ... 13

2. Analisis Wacana Kritis ... 16

3. Paradigma Kritis ... 20

4. Analisis Wacana Model Norman Fairclough ... 22

B. Perbedaan Media Cetak dengan Media Online ... 28

C. Konsep Berita ...30

1. Pengertian Berita ... 30

(10)

vi

2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal... 35 BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Republika Online ... 39 B. Republika Tampil di Internet ... 40 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Teks Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online Edisi 4 Januari 2013 ... ...43

B. Analisis Discourse Practice Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online Edisi 4 Januari 2013...78

1. Produksi Teks ... 78 2. Konsumsi Teks ... 83

C. Analisis Sosiocultural Practice Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online Edisi 4 Januari 2013...87 BAB V PENUTUP

(11)
(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Media sebagai alat untuk menyampaikan sebuah berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas ide atau gagasan dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.1

Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Kemudian pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. Jadi, yang dimaksud dengan pers adalah lembaga atau badan organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik bisa diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena berwujud konkret, nyata. Oleh karena itu dapat diberi nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup.2

1

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke­1, hal. 31

2

(13)

Dalam perkembangannya, banyak lembaga pers di Indonesia yang cenderung netral atau jarang menerbitkan suatu berita tentang kontroversi ataupun isu­isu terhadap suatu agama (Media Indonesia, Kompas), ini yang membuat lahirnya pers bersifat islami di Indonesia.

Salah satu harian umum berbasis islami ialah Harian Umum Republika. “Harian Umum Republika mulai terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993”.

Pada masa itu izin untuk menerbitkan harian umum atau koran terbilang sangat sulit, hasil dari ICMI se­Indonesia yang dapat menembus ketatnya pemerintahan untuk izin penerbitan. Harian Umum Republika menjadi suatu berkah dengan dapat terwakilkannya aspirasi umat Islam di dalam wacana nasional sehingga menumbuhkan pluralisme informasi kepada masyarakat dan merupakan perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.3

Harian Umum Republika sebagai salah satu media massa di Indonesia yang berideologi Islami, tetapi dalam penerbitan beritanya tidak semua berita yang di terbitkan bersifat Islami, akan tetapi juga menerbitkan berita tentang hari raya agama lain seperti kontroversi ucapan Selamat Natal yang di posting oleh Republika Online (media online/internet Harian Umum Repunlika) pada edisi 4 Januari 2013. Tetapi, dalam pemberitaannya harus tetap terdapat unsur­unsur kaidah Islam yang tidak boleh dihilangkan.

Banyaknya isu yang berkembang di masyarakat tentang boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat hari raya Natal kepada umat yang merayakannya dan juga MUI melayangkan fatwa haram kepada umat muslim

3

(14)

yang mengucapkan “Selamat Hari Raya Natal” tetapi sebaliknya mentri agama RI Suryadharma Ali membolehkan umat muslim mengucapkan selamat Natal dikarenakan bagian dari toleransi umat beragama karena di Indonesia adalah Negara yang pluralisme, membuat Republika Online mempublikasikan sebuah pemberitaan tentang ucapan Selamat Natal yang penuh dengan kontroversi di dalamnya, seperti : “MUI Tangerang Haramkan Ucapan Selamat Natal”, “Bolehkah Umat Islam Mengikuti Natal? Ini Dalil­dalilnya”, dan “Kontroversi Ucapan Natal”.

Bagi umat muslim perayaan Natal atau mengucapkan “Selamat Natal” itu hukumnya haram. Kaum Muslim haram mengikuti Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) merayakan Hari Natal atau hari raya mereka, serta mengucapkan ucapan "Selamat Natal", karena ini merupakan bagian dari kegiatan khas keagamaan mereka, atau syiar agama mereka yang batil. Kita pun dilarang meniru mereka dalam hari raya mereka.4

Keharaman itu dinyatakan dalam al­Kitab, as­Sunnah dan Ijma' Sahabat. Pertama, dalam al­Qur'an, Allah SWT berfirman:















































“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga

kehormatan dirinya” (Q.s. Al-Furqan [25]: 72)

Mujahid, dalam menafsirkan ayat tersebut menyatakan, "az-Zûr (kemaksiatan) itu adalah hari raya kaum Musyrik. Begitu juga pendapat yang sama dikemukakan oleh ar-Rabî' bin Anas, al-Qâdhî Abû Ya'lâ dan ad-Dhahâk." Ibn Sirîn berkomentar, "az-Zûr adalah Sya'ânain. Sedangkan

4

(15)

Sya'ânain adalah hari raya kaum Kristen. Mereka menyelenggarakannya pada hari Ahad sebelumnya untuk Hari Paskah. Mereka merayakannya dengan membawa pelepah kurma. Mereka mengira itu mengenang masuknya Isa al-Masih ke Baitul Maqdis."5

Wajh ad­dalâlah (bentuk penunjukan dalil)-nya adalah, jika Allah memuji orang-orang yang tidak menyaksikan az­Zur (Hari Raya kaum Kafir), padahal hanya sekedar hadir dengan melihat atau mendengar, lalu bagaimana dengan tindakan lebih dari itu, yaitu merayakannya. Bukan sekedar menyaksikan.6

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul

“Analisis Wacana Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di

Republika Online (Edisi 4 Januari 2013)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa kajian selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada pandangan Republika Online tentang Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal pada edisi 4 Januari 2013.

[image:15.595.100.519.105.744.2]

Peneliti membatasi pemberitaan tentang Kontroversi Ucapan Selamat Natal pada edisi 4 Januari 2013. Pada edisi ini terdapat berita tentang Kontroversi Ucapan Selamat Natal.

Tabel 1.1 Pemberitaan

Edisi Judul

4 Januari 2013  Kontroversi Ucapan Natal (1)

 Kontroversi Ucapan Natal (2)  Kontroversi Ucapan Natal (3­habis)

5

http://www.voa­islam.com/counter/liberalism/2012/12/26/22523/jawaban­tuntas­untuk­ qardhawi­quraisy­shihab­cs­yang­membolehkan­natal, 22 Juli 2013

6

(16)

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

1) Bagaimana isi teks yang dikonstruksi oleh Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal ? 2) Bagaimana discourse practice yang dikosntruksi oleh Republika Online

edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal ?

3) Bagaimana sosiocultural practice yang dikonstruksi Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui teks pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online

2) Untuk mengetahui bagaimana discourse practice pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online

3) Untuk mengetahui bagaimana sosioculural practice pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online

(17)

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis teks media massa. Serta dapat menambah referensi hasil riset terutama di bidang komunikasi massa dengan fokus pada tehnik analisis wacana. 2) Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang, dan juga diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan para generasi muda.

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan teori kritis. Maka menghendaki dipakainya

multilevel methods.7Metode tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh pemahaman teks secara utuh, analisisnya harus diletakkan pada sebuah konteks sosiokultural dan latar belakang aktor pembuat teks (media). Oleh sebab itu, digunakanlah kerangka analisis wacana kritis dari Fairclough.8Secara umum, kerangka analisis tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh pemahaman teks secara utuh, analisisnya harus diletakkan dalam sebuah konteks sosial kultural dan latar belakang aktor pembuat teks.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada wacana pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online. Kita dapat memahami bahwa sebenarnya isi media dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat

7

Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke­1, hal. 27

8

(18)

dalam institusi media itu sendiri dengan menggunakan analisis wacana. Dalam penelitian ini bukan hanya ingin mengetahui bagaimana isi teks media, tapi juga bagaimana pesan itu disampaikan, maka penelitian ini lebih pada pendekatan kualitatif yaitu analisis wacana yang merupakan salah satu alternatif analisis isi selain analisis isi kuantitatif. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (What), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (How)

dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Itulah alasan kenapa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis wacana.9

Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis atau critical discourse analysis (CDA). pada multilevel analisis yang mengaitkan analisis pada jenjang mikro (teks) dengan analisis pada jenjang meso atau pun makro.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, retoris berserta analisis wacana kritis Norman Fairclough, mengemukakan bahwa wacana merupakan sebuah praktik sosial. Selanjutnya, Jorgensen menjelaskan konsep Fairclough yang membagi analisis wacana ke dalam tiga dimensi yaitu :

1. Text, yaitu berhubungan dengan linguistik, misalnya dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat, juga koherensi dan kohesivitas, serta bagaimana antarsatuan tersebut membentuk suatu pengertian.

9

(19)

2. Discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks; misalnya, pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas saat menghasikan berita.

3. Social practice, dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks; misalnya, konteks situasi atau konteks dari media dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya politik tertentu.10

Berdasarkan hal di atas, maka dirumuskanlah suatu pengertian analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam yang berusaha mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana.

3. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Republika Online edisi 4 Januari 2013. Sedangkan objek penelitiannya adalah teks yang terdapat pada wacana pemberitaan Ucapan Selamat Natal.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan yaitu dengan melakukan observasi. Observasi adalah berupa kegiatan mengenai yang berhubung dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.11 Penelitian mengobservasi teks­teks pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online edisi 4 Januari 2013. Dalam observasi, peneliti mengumpulkan

10

Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke­1, hal. 26

11

(20)

berbagai macam bentuk data yang ada pada wacana pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online edisi 4 Januari 2013 juga referensi dari perpustakaan. Kemudian penulis menganalisis teks­teks tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 dengan menggunakan analisis wacana.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan wartawan dan redaktur Harian Umum Republika terkait peristiwa pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online dalam upaya menghimpun data yang akurat sesuai dengan penelitian ini, sedangkan data­data yang diperoleh adalah dengan cara tanya jawab secara lisan ataupun melalui sutrat elektronik.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang dipakai oleh penulis adalah data berita berupa posting-an dari website Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal.

5. Teknik Analisis Data

Wacana adalah suatu bahasan yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi atau kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata yang disampaikan secara lisan atau tertulis.12 Titik perhatian dari analisis wacana adalah memaparkan atau menggambarkan teks serta konteks secara bersama­sama dalam suatu proses komunikasi. Sementara analisis wacana yang digunakan sebagai

12

(21)

metode dalam penelitian ini adalah model Norman Fairclough. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis kritis (Critical discourse analysis). Metode tersebut dipilih karena analisis wacana kritis memadukan tiga aspek, yaitu: (a) analisis teks, (b) analisis proses produksi dan konsumsi teks, (c) analisis sosiokultural yang berkembang disekitar wacana tersebut.13

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyususnan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal penulis lakukan adalah merangkai terlebih dahulu skripsi­skripsi sebelumnya yang mempunyai tema hampir sama dengan yang akan diteliti sekarang tidak sama dengan penelitian skripsi­skripsi sebelumnya.

Penelitian relevan yang penulis temukan antara lain :

1. “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan Tenaga Kerja Wanita Indonesia Di Harian Umum Republika (Edisi 22 November-25

November 2010)”, oleh Fauziah. Mahasiswi Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Tahun 2011. Skripsi ini membahas mengenai pemberitaan kekerasan tenaga kerja wanita Indonesia pada harian umum Republika. 2. “Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel Kopiah Gus Dur Karya

Damien Dematra”, oleh Ririn Syodikin. Mahasiswi Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Tahun 2011. Skripsi ini membahas mengenai isi pesan

13

Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,

(22)

dakwah yang dikemas oleh Damien Dematra di dalam novel Kopiah Gus Dur.

3. “Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di

Media Indonesia”, oleh Dita Amelia. Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Tahun 2011. Skripsi ini membahas mengenai pemberitaan olahraga sepak bola final piala Suzuki AFF 2010 di Media Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan penjabaran ruang lingkup landasan teori yang membangun struktur wacana terhadap objek penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM

(23)

Republika Online yang ditemukan peneliti dalam sumber­ sumber pendukung.

BAB IV ANALISIS DATA

Membahas tentang isi teks, proses produksi dan konsumsi teks serta sosiocultural practice terkait berita Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online.

BAB V PENUTUP

(24)

13 A. Konsep Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/uak yang memiliki arti berkata atau bercakap. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada di belakang

adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan’ (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan atau tuturan.1

Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut­urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.2Jika definisi ini kita pakai sebagai penganan, maka dengan sendirinya semua tulisan yang teratur, yang menurut urut­urutan yang semestinya, atau logis , adalah wacana. Karena itu, sebuah wacana harus mempunyai dua unsur penting yaitu kesatuan dan kepaduan.

Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media menggambarkan wacana dalam aspek makna kebahasan di antaranya, komunikasi pikiran dengan kata­kata, ekspresi ide­ide atau gagasan­gagasan konverasi atau percakapan, komunikasi

1

Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), hal. 3

2

(25)

secara umum terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah, dan yang terakhir risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah dan khotbah.3

Dalam analisis wacana yang menjadi sorotan utama adalah representasi, bagaimana seseorang atau segala sesuatu itu tidak tampil sendiri, tetapi ditampilkan melalui mediasi bahasa. Baik tertulis, suara, maupun gambar. Bahasa disini tidak dimaknai sebagai sesuatu yang netral yang bias mentransmisikan dan mengahadirkan realitas seperti keadaan aslinya. Bahasa disini bukan dimaknai sebagai sesuatu yang netral, tetapi sudah tercelup oleh ideologi yang membawa muatan kekuasaan tertentu. Bahasa adalah suatu praktik sosial, melalui mana seseorang atau kelompok ditampilkan dan didefinisikan. Lewat bahasa, seseorang ditampilkan secara baik dan buruk untuk ditampilkan kepada masyarakat.4

Analisis wacana berbeda apa yang dilakukan oleh analisis isi kuantitatif.5 Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya, analisis wacana tidak memerlukan lembar koding yang mengambil beberapa item atau turunan dari konsep tertentu. Meskipun ada panduan apa yang biasa dilihat dan diamati dari suatu teks, pada prinsipnya semua tergantung pada interpretasi peneliti. Isi dipandang bukan sesuatu yang mempunyai arti yang tepat, dimana peneliti dan khalayak mempunyai penafsiran yang sama atas suatu teks. Justru yang terjadi sebaliknya, setiap teks pada dasarnya biasa dimaknai secara berbeda, dapat

3

Ibid, hal. 10

4

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group, 2001), hal. 343

5

(26)

ditafsirkan secara beraneka ragam. Perbedaan ini terutama di dasarkan pada yang satu merupakan bagian dari tradisi penelitian empiris, sedangkan yang satu interpretatif.

Kedua analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan yang tersembunyi (laten). Banyak sekali teks komunikasi disampaikan secara implisit. Makna suatu pesan dengan demikian tidak dapat hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, tetapi harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Pretense analisis wacana adalah pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media.

Ketiga, analisis wacana bukan hanya bergerak dalam level makro (isi dari suatu teks) tetapi juga pada level mikro yang menyusun suatu teks. Dalam analisis wacana, bukan hanya kata atau aspek isinya yang dapat dikodekan tetapi struktur wacana yang kompleks pun dapat dianalisis pada berbagai tingkatan deskripsi. Bahkan makna kalimat dan relasi koheren antarkalimat pun dapat dipelajari. Dalam pendekatan ini, pengandaian yang digunakan untuk memeriksa makna yang tersembunyi yang dimiliki wacana juga dapat dipelajari dan dibedah. Kita juga dapat melihat bagaimana suatu peristiwa dapat digambarkan dengan sedikit atau banyak detail dalam teks. Intinya, semua elemen yang membentuk teks baik yang terlihat secara eksplisit maupun tersamar dapat dibedakan dengan analisis wacana. Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi dengan beberapa asumsi.6

6

(27)

Foucault mengatakan wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement), kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang­kadang sebagai praktik regulative yang dilihat dari sejumlah pernyataan (Millis, 1997: 8). Sementara Eriyanto (2005: 5) mendefinisikan analisis wacana sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Wacana merupakan praktik sosial (mengkonstruksi realitas) yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara peristiwa yang diwacanakan dengan konteks sosial, budaya, ideologi tertentu. Disini bahasa dipandang sebagai faktor penting untuk mereprentasikan maksud si pembuat wacana.7

Dalam analisisnya, analisis wacana lebih bersifat kualitatif, karena analisis wacana lebih menekankan pemaknaan teks daripada unit kategori seperti pada analisis isi kuantitatif. Unsur penting dalam analisis wacana adalah kepaduan (coherence) dan kesatuan (unity) serta penafsiran peneliti.8

2. Analisis Wacana Kritis

Dalam analisis wacana kritis, wacana di sini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian lingusitik tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi

7

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke­3 hal. 260

8

(28)

juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.9

Maka dari itu wacana kritis memandang bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek serta berbagai tindakan representasi yang terdapat di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, analisis wacana kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis menganalisis bahasa tidak saja dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud adalah tujuan dan praktik tertentu.

Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dan praktik sosial. Wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa wacana tertentu dan situasi, institusi, dan sktruktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana biasa jadi menampilkan ideologi: ia dapat memproduksi dan memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak berimbang antara kelas sosial, laki­laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan minoritas. Melalui perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Melalui wacana, sebagai contoh, dalam sebuah wacana keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran/alamiah, dan memang seperti kenyataannya.10

Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam

9

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group, 2001), hal. 7

10

Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,

(29)

masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial dan saling bertarung dan mengajukan versinya masing­masing.11 Berikut ini disajikan karakteistik penting dari analisis wacana kritis yang disarikannya oleh Eriyanto dari tulisan Van Djik, Fairclough, dan Wodak.

a. Tindakan

Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan pemahaman semacam itu wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal.

b. Konteks

Anaisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar, situasi, pristiwa, dan kondisi. Merujuk pandangan Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi.12 Titik tolak dari analisis wacana di sini, bahasa tidak biasa dimengerti sebagai mekanisme internal dari linguistik semata, bukan suatu objek yang diisolasi dalam ruang tertutup. Bahasa di sini dipahami dalam konteks secara keseluruhan.

c. Historis

Contoh dari konteks historis. Misalnya, kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa menentang Suharto. Pemahaman mengenai wacana teks tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita memberikan konteks historis dimana teks tersebut dibuat.

d. Kekuasaan

11

Ibid. hal. 29

12

(30)

Di dalam analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan di dalamnya. Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan ataupun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat.13

Dari pernyataan di atas mengimplikasikan bahwa analisis wacana kritis tidak membatasi diri pada detail teks atau struktur wacana saja, tetapi juga menghubungkannya dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu.

e. Ideologi

Ideologi merupakan suatu konsep yang sentral dalam analisis wacana bersifat kritis. Hal tersebut karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari suatu praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.14

Van Dijk menyatakan bahwa ideologi dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok sehingga bertindak dalam situasi yang sama dan menghubungkan masalah mereka, serta memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi dalam kelompok.15

Analisis bahasa kritis atau Critical Linguistics adalah melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain,

13

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group, 2001), hal. 11

14

Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke­1, hal. 34

15

(31)

aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu. Ideologi itu dalam taraf yang umum menunjukan bagimana suatu kelompok berusaha memenangkan dukungan publik, dan bagaimana kelompok lain berusaha memarjinalkan lewat pemakaian bahasa dan struktur gramatika tertentu. Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dimana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu.16

3. Paradigma Kritis

Paradigma kritis ialah adanya kekuatan­kekuatan yang berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses komunikasi. Oleh sebab itu, pertanyaan utama dari paradigma ini adalah siapa yang mengontrol media? Kenapa ia mengontrol? Keuntungan apa yang bisa diambil dengan kontrol tersebut? Kelompok mana yang tidak dominan dan menjadi objek pengontrolan? Paradigma ini percaya bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media.17

Seperti ditulis oleh Sindhunata, teori kritis lahir karena ada keperihatinan akumulasi dan kapitalisme lewat modal yang besar, yang mulai menentukan dan mempengaruhi kehidupan masyarakat18

Modal inilah yang kini bisa menggerakan atau mengontrol masyarakat dan individu­individu tidak lagi memiliki kontrol terhadap modal tersebut, malah

16

Ibid. hal. 15

17

Ibid, hal. 23­24

18

(32)

secara rasional atau secara alamiah di luar batas kesadarannya ia harus menyesuaikan dengan masyarakat yang dikuasai modal.

Salah satu sifat dasar dari teori kritis adalah selalu curiga dan mempertanyakan kondisi masyarakat pada saat ini. Karena kondisi masyarakat yang terlihat produktif, dan bagus tersebut sesungguhnya memiliki struktur masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak.19

Contohnya dalam proses berita. Kondisi berita pada saat ini dengan mempunyai modal besar­besaran menyatakan bahwa berita itu objektif. Sehingga pertanyaan yang timbul ialah bagaimana supaya media dapat meliput peristiwa dengan objektif. Dalam teori kritis, pertanyaan yang pertama kali harus selalu diajukan adalah mengenai objektivitas itu sendiri. Semua kategori seperti nilai berita dan objektif harus dipertanyakan, karena bisa menjadi alat kelompok yang dominan yang ada di dalam masyarakat. Lewat kategori itu, bisa jadi dominasi kekuasaan sedang dimapankan, sehingga kita percaya kepada objektivitas, pada saat itu juga kita memperkuat dan mempercayai struktur sosial yang pada dasarnya tidak seimbang dan palsu tersebut. Oleh karena itu, berbagai definisi dan kategori harus satu per satu dipertanyakan ulang secara kritis.

Paradigma kritis mempunyai pandangan tersendiri terhadap berita, yang bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan wartawan dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita. Paradigma pluralis percaya bahwa wartawan dan media adalah entitas yang otonom, dan berita yang dihasilkan haruslah menggambarkan realitas yang terjadi

19

(33)

di lapangan. Sementara paradigma kritis mempertanyakan posisi wartawan dan media dalam keseluruhan struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Pada akhirnya posisi tersebut mempengaruhi berita, bukan pencerminan dari realitas yang sesungguhnya.20

Aliran kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi, termasuk komunikasi massa. Bagi aliran ini, penelitian komunikasi massa yang mengabaikan struktur sosial sebagai penelitian yang ahistoris. Kritik dari pendekatan ini ditujukan kepada pendekatan yang diambil dari paradigma positivistik. Paradigma kritis beragumentasi, melihat komunikasi, dan proses yang terjadi di dalamnya haruslah dengan pendangan holistik. Menghindari konteks sosial akan menghasilkan distorsi yang serius.21 Paradigma kritis mempunyai pandangan bahwa media bukanlah saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan.

4. Analisis Wacana Model Norman Fairclough

Pendekatan yang akan digunakan dalam analisis wacana ini menggunakan model Norman Fairclough, dengan melihat berbagai perbandingan antar model pada analisis wacana. Titik perhatian besar dari Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Model analisis wacana ini dibagi ke dalam tiga sktruktur besar, yakni : 1. teks, 2. discourse practice dan 3. sociocultural practice.

20

Ibid. hal. 31­32

21

(34)

Dalam model Fairclough, teks yang dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata semantik dan tata kalimat. Termasuk di dalamnya koherensi dan kohesivitas, bagaimana antarkata atau antarkalimat tersebut digabung sehingga membentuk sebuah pengertian. Intinya adalah teks bukan hanya menunjukan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek di definisikan. Disini dilakukan analisis linguistik pada struktur teks untuk menjelaskan teks tersebut, yang meliputi kosakata, kalimat, proposisi, makna kalimat dan lainnya, untuk mempermudah analisis bisa digunakan metode analisis pembingkaian.22

Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut. Setiap teks pada dasarnya, menurut Fairclough dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut.23

Tabel 2.1

Unsur Yang Ingin Dilihat

Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apa pun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan

22

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke­3 hal. 263

23

[image:34.595.99.516.216.725.2]
(35)

partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita

ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

1.1 Representasi dalam anak kalimat

Aspek ini berhubungan dengan bagaimana seseorang, kelompok, peristiwa, dan kegiatan ditampilkan dalam teks, dalam hal ini bahasa yang dipakai. Menurut Fairclough, ketika sesuatu tersebut ditampilkan, pada dasarnya pemakai bahasa dihadapkan pada paling tidak dua pilihan. Pertama, pada tingkat kosakata: kosakata apa yang dipakai untuk menampilkan dan menggambarkan sesuatu, yang menunjukan bagaimana sesuatu tersebut dimasukan dalam satu set kategori. Kedua, pilihan yang didasarkan pada tingkat tata bahasa. Pertama­tama terutama perbedaan di antara tindakan dan sebuah peristiwa. Ini bukan semata persoalan ketatabahasaan, karena realitas yang dihadirkan dari pemakaian tata bahasa ini berbeda. Pemakai bahasa dapat memilih, apakah seseorang, kelompok, atau kegiatan tertentu hendak ditampilkan sebagai sebuah tindakan ataukah sebagai sebuah peristiwa.24

1.2 Representasi dalam kombinasi anak kalimat

Antara satu anak kalimat dengan anak kalimat yang lain dapat digabung sehingga membentuk suatu pengertian yang dapat dimaknai. Pada dasarnya, realitas terbentuk lewat bahasa dengan gabungan antara satu anak kalimat dengan anak kalimat yang lain. Dalam proses kerja penulisan berita, wartawan pada

24

(36)

dasarnya membuat abstraksi bagaimana fakta­fakta yang saling terpisah dan tercerai­berai digabungkan sehingga menjadi suatu kisah dapat dipahami oleh khalayak dan membentuk pengertian. Gabungan antara anak kalimat ini akan membentuk koherensi lokal, yakni pengertian yang didapat dari gabungan anak kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti.25

1.3 Representasi dalam rangkaian anak kalimat

Ketika dua anak kalimat digabung, maka aspek ini berhubungan dengan bagaimana dua anak kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini berhubungan dengan bagaimana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan dengan bagian yang lain. Salah satu aspek penting adalah apakah partisipan dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks berita.26 Rangkaian kalimat yang dimaksudkan penjelasan diatas ialah rangkaian kalimat itu bukan hanya berhubungan dengan teknis penulisan, karena rangkaian itu bisa mempengaruhi makna yang ditampilkan kepada khalayak.

2. Relasi

Relasi berhubungan dengan bagaimana partisipan dalam media berhubungan dan ditampilkan dalam teks. Media disini dipandang sebagai suatu arena sosial, dimana semua kelompok, golongan, dan khalayak yang ada dalam masyarakat saling berhubungan dan menyampaikan versi dan gagasannya.

3. Identitas

Aspek identitas ini terutama dilihat oleh Fairclough dengan melihat bagaimana identitaas wartawan ditampilkan dan dikonstruksi dalam teks

25

Ibid. hal. 294

26

(37)

pemberitaan. Menurut Fairclough, bagaimana wartawan menempatkan dan mengidentifikasikan dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang terlibat.27

Analisis Discourse Practice memusatkan perhatian pada bagimana produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang akan menentukan bagaimana teks tersebut diproduksi. Ketika terjadi di dalam media, teks melibatkan praktik diskursus yang rumit dan kompleks. Praktik wacana inilah yang menentukan bagaimana teks tersebut terbentuk. Menurut Fairclough, ada dua sisi dari praktik diskursus tersebut, yakni produksi teks ( dipihak media) dan konsumsi teks (di pihak khalayak). Jadi kalau ada teks yang merendahkan dan memarjinalkan posisi wanita, memarjinalkan posisi buruh, kita harus mencari tahu bagaimana teks tersebut diproduksi dan bagaimana juga teks tersebut dikonsumsi.

Kedua hal tersebut berhubungan dengan jaringan yang kompleks yang melibatkan berbagai aspek praktik diskursif. Dari berbagai faktor yang kompleks tersebut, setidaknya ada aspek yang penting. Pertama dari sisi individu wartawan itu sendiri. Kedua, dari sisi bagaimana hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media, baik sesama anggota redaksi maupun dengan bidang lain dalam satu media. Ketiga, praktik kerja/ rutinitas kerja dari produksi berita mulai dari pencarian berita, penulisan, editing sampai muncul sebagai tulisan di media. Ketiga elemen tersebut merupakan keseluruhan dari praktik wacana dalam suatu media yang saling kait dalam memproduksi suatu wacana berita.28

27

Ibid. hal. 303­304

28

(38)

Faktor pertama dari pembentukan wacana ini adalah individu dan profesi jurnalis itu sendiri. Faktor ini berhubungan dan berkaitan dengan para professional. Faktor ini antara lain melingkupi latar belakang pendidikan mereka, perkembangan professional, orientasi politik dan ekonomi para pengelolanya, dan keterampilan mereka dalam memberitakan secara akurat. Penting juga untuk diamati prilaku, pemahaman terhadap nilai dan kepercayaan dari para professional tersebut, juga orientasi dari para professional, paling tidak dalam proses sosialiasasi terhadap bidang pekerjaannya. Apakah mereka meletakkan dirinya sebagai pihak yang netral atau partisipan aktif dalam mengembangkan suatu berita.

Produksi teks juga berhubungan dengan struktur organisasi media. Teks yang memarjinalkan seseorang atau suatu melibatkan struktur yang timpang. Struktur organiasasi ini meliputi bagaimana bentuk organisasinya, bagaimana promosi dan jenjang orang­orangnya, bagaimana proses pengambilan keputusan dibuat, khususnya hal­hal yang berada di luar proses rutinitas media.29

Produksi teks berhubungan dengan bagaimana pola dan rutinitas pembentukan berita di meja redaksi. Proses ini melibatkan banyak orang dan banyak tahapan dari wartawan di lapangan, redaktur, editor bahasa sampai bagian pemasaran. Pertimbangan apa yang dipakai menyangkut bagaimana suatu berita diturunkan. Di dalam setiap organisasi media umumnya mempunyai struktur dan fungsi berbeda­beda, dari proses turun ke lapangan, menulis, mengedit dari suatu

29

(39)

berita. Praktik itu merupakan rutinitas media yang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pemberitaan.30

Analisis sosiocultural practice didasari pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang steril. Tetapi, sangat ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sosiocultural practice

ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.

Ketika sosiocultural practice ini menentukan teks, menurut Fairclough, hubungan itu bukan langsung, tetapi di mediasi oleh discourse practice. Kalau ideologi dan kepercayaan masyarakat itu paternalistik. Maka hubungannya dengan teks akan di mediasi oleh bagaimana teks tersebut diproduksi dalam suatu proses dan praktik pembentukan wacana. Mediasi itu meliputi dua hal. Pertama, bagaimana teks tersebut diproduksi. Ideologi partikal itu akan mewujud dalam bagaimana teks tersebut diproduksi. Kedua, khalayak juga akan mengkonsumsi dan menerima teks tersebut dalam pandangan yang partikal.31

B. Perbedaan Media Cetak dengan Media Online

Media cetak adalah berita­berita yang disiarkan melalui benda cetakan. Dalam sejarahnya, jurnalisitik media cetak adalah bentuk jurnalistik pertama sebelum munculnya radio, televisi, dan internet. Dari segi format atau ukurannya media massa cetak terbagi menjadi berbagai segi. Pertama, format broadsheet,

30

Ibid. hal. 319

31

(40)

yakni media cetak berukuran surat kabar umum. Kedua, format tabloid, yakni media yang ukurannya setengah ukuran dari tabloid. Ketiga, format buku, yakni ukuran setengah halaman majalah.32

Meskipun media­media cetak itu kini tumbuh dan berkembang pesat, tetapi memiliki kompetisi atau persaingan yang sangat ketat. Sementara itu, jumlah pembacanya tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Pembaca tidak membeli atau membaca banyak media, tetapi cenderung hanya berpindah dari satu media ke media lainnya.33

Sejak dunia internet berkembang dengan sangat pesat dan canggih, jurnalistik lewat media pun berkembang. Di Amerika dan Eropa, jurnalisme ini telah menjadi pesaing yang sangat ketat bagi jurnalistik media cetak, khususnya Koran dan majalah. Harus diakui, jurnalistik media online memiliki sejumlah keunggulan disbanding jurnalistik media cetak. Pertama, berita­berita yang disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di update.

Kedua, untuk mengakses berita­berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan lewat computer atau laptop yang dipasang di internet, tetapi lewat ponsel atau HP pun bisa sangat mudah dan praktis. Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita­berita yang disukai atau yang tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan.34

32

Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan Para Mahasiswa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hal. 3­4

33

Ibid. hal. 5

34

(41)

Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasi lima perbedaan utama yang diantaranya jurnalisme online dan media massa tradisional: 1) Kemampuan internet untuk mengkombinasikan sejumlah media, 2) Kurangnya tirani penulis atas pembaca, 3) Tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak, 4) Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung, dan 5) interaktifitas web.35

C. Konsep Berita 1. Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagaimana ada yang menyebut dengan Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta

dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta, “berita” berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia

terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian

atau peristiwa yang terjadi”. Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau

peristiwa yang terjadi.36

Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita informasi

35

Septian Santana K, Jurnalisme Kotemporer,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hal. 137

36

(42)

yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita. Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan

arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu „churiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosial. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a

collective agitator, a collective propagandist”.37

Sedangkan pers barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai

“barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe

bahwa “News is anything out of ordinary” (berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa).38

Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule dalam News Writing and Reporting mendefinisikan berita dengan mengungkapkan berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya.39

37

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda, 2005), hal. 32

38

Ibid, hal. 33

39

(43)

Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan cerita tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.40

Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associete yang dikutip oleh AS Haris Sumadira, menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.41

2. Nilai Berita

Menurut Zaenuddin HM, sesuatu bisa disebut sebagai berita jika memandang nilai­nilai berita/jurnalistik, yakni: aktual, penting, berdampak, kedekatan, luarbiasa, konflik, ketegangan/drama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.

 Aktual. Wartawan memilih sesuatu, baik peristiwa maupun pernyataan

yang benar­benar baru terjadi sebagai berita.

 Penting. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita

karena dianggap penting terutama untuk diketahui khalayak pembaca dan pemirsa.

40

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Klam Indonesia, 2005), hal. 55

41

(44)

 Berdampak. Wartawan juga memilih sesuatu atau peristiwa sebagai

berita karena dianggap mempunyai dampak atau akibat yang ditimbulkannya bagi masyarakat, baik negatif maupun positif.

 Kedekatan. Wartawan memilih sesuatu sebagai berita karena sesuatu

itu secara geografis dekat dengan khalayak pembaca atau pemirsanya. Karena nilai kedekatannya, khalayak merasa tertarik untuk mengetahuinya.

 Luar biasa. Wartawan juga memilih sesuatu sebagai berita karena itu

luar biasa.

 Konflik. Wartawan memilih peristiwa sebagai berita karena di

dalamnya terdapat konflik, baik fisik maupun emosional.

 Ketegangan/Drama. Wartawan juga memilih peristiwa yang

mengandung ketegangan sebagai berita.

 Tragis. Tragisme mengandung nilai jurnalistik yang tinggi karena

melibatkan emosional dan nurani kemanusiaan.

 Ketokohan. Wartawan juga memiliki sesuatu atau peristiwa karena

terkait dengan tokoh atau orang terkenal.

 Seks. Wartawan juga sangat tertarik memberitakan peristiwa yang

mengandung seks karena nilai jurnalistiknya cukup tinggi.

 Humor. Sesuatu atau peristiwa yang mengandung humor juga

dianggap layak sebagai berita.42

42

(45)

3. Proses Pencarian dan Teknis Penulisan Berita

Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut sebagai piramida terbalik. Piramida terbalik adalah pola gambaran yang memberikan gambaran bagaimana sebuah informasi yang terpenting berada di posisi paling atas dan semakin ke bawah informasi yang disajikan hanyalah penjelasan dari paragraph sebelumnya.

[image:45.595.100.509.245.633.2]

Manfaat dari pola piramida terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau detail sehingga public dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut; kedua, keterbatasan kolom atau ruang disurat kabar atau tabloid menyebabkan berita yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita, dan biasanya pertama kali kalimat yang akan dihilangkan/dipendekkan adalah kalimat atau paragraf yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini.43

Gambar 2.2 Pola Piramida Dalam Penulisan Berita

Oleh karena itu, dalam berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, when, dan how bisa disebut rumus 5W+1H dapat dimuat di paragraph­paragraf terdepan. Sedangkan

43

Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal. 30

Sangat Penting

Penting

(46)

selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau beberapa poin dalam rumusan 5W+1H.44

Selain kepandaian dalam membuat judul, dalam pola piramida terbalik ini jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap penting, karena lead merupakan paragraph pembuka yang mengantarkan khalayak pembaca untuk masuk kedalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis dengan menarik, maka jangan berharap jika berita tidak akan dibaca.

D. Kontroversi Ucapan Selamat Natal 1. Pengertian Kontroversi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi kontroversi ialah perdebatan, persengketaan atau pertentangan.45 Jadi, disebut kontroversi karena ada dua definisi yang berbeda dan berlawanan. Tidak ada dari keduanya yang salah secara definitif, tetapi tidak akan biasa bertemu.

2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Islam

Pada dasarnya, Natal ialah hari raya untuk memperingati kelahiran Isa Almasih (Yesus Kristus) tanggal 25 Desember. Kita sebagai umat muslim hukum mengucapkan selamat Natal adalah haram, karena ini merupakan bagian dari kegiatan khas keagamaan mereka yang batil. Kita pun dilarang meniru mereka dalam hari raya mereka. Keharaman itu dinyatakan dalam al­kitab, as­Sunnah dan Ijma‟ Sahabat.

Dalam Al­Qur‟an, Allah SWT berfirman :

44

Ibid. hal. 29

45

(47)









“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga

kehormatan dirinya” (Q.s. Al-Furqan [25]: 72)

Tetapi ada juga yang bertolak belakang, contohnya Dr. Yusuf al­ Qaradhawi (Seorang cendikiawan Islam dari Mesir yang terkenal. Beliau merupakan ketua Majelis Fatwa dan Penyelidikan Eropa dan presiden Persatuan Ilmuan Islam Antar bangsa) mengatakan, bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing­masing agama, selama tidak merugikan agama lain. Termasuk hak tiap agama untuk memberikan ucapan selamat saat perayaan agama lain. Dia mengatakan, “Sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang untuk

memberikan ucapan selamat kepada non­Muslim warga Negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik).







“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tiada memerangimu karena agama, dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berlaku adil.”(Q.s. Al-Mumtahanah: 8)

Begitu, kata Dr. Yusuf al­Qaradhawi. Padahal, Q.s. al­Mumtahanah: 8 di atas, khususnya frasa “Tabarrûhum wa tuqsithû ilaihim”(berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka) tidak ada kaitannya dengan mengucapkan “Selamat

Hari Raya” kepada kaum Kafir yang tidak memerangi kita. Karena bersikap baik

(48)

Sedangkan mengucapkan “Selamat Hari Raya” kepada mereka bagian dari ibadah.

Konteks ayat ini terkait dengan Bani Khuza‟ah, dimana mereka menandatangani

perjanjian damai dengan Nabi untuk tidak memerangi dan menolong siapapun untuk mengalahkan baginda Nabi Muhammad SAW, maka Allah perintahkan kepada baginda saw untuk berbuat baik, dan menepati janji kepada mereka hingga berakhirnya waktu perjanjian. (Al­Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Juz XVIII/59).46

Bila kita lihat, kekuatan umat Islam lebih besar dari pada umat Nasrani atau Yahudi. Namun, mengapa justru kita yang harus meniru kebiasaan mereka, sementara mereka tidak pernah meniru kebiasaan kita? Jika demikian, bekal apa yamg akan kita bawa ketika bertemu dengan Nabi saw. Pada hari kiamat nanti, padahal kita telah banyak melanggar dan menyepelekan sunnahnya?

Lebih jauh lagi, Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa ayat Al­Qur‟an berikut mensyariatkan penyelenggaraan hari raya:47











“Bagi tiap-tiap umat Telah kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) Ini dan Serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”. (Al-Hajj: 67)

Sementara, dalam hari raya yang diselenggarakan kaum kafir yang dominan adalah penyelenggaraan pesta hari raya itu sendiri dari pada syariatnya.

46

http://www.voa­islam.com, dikutip 1 April 2013

47

(49)

Itulah yang menyimbolkan kekafiran mereka. Dengan demikian, betapa beraninya kita mengucapkan Merry Christmast atau Happy New Year padahal Allah telah menjanjikan neraka jika kita melakukan hal itu. Dalam buku Ahkam Ahliz-Zimmah, Imam Ibnu al­Qayyim al­Jauziyyah menguraikan bahwa hukum memberikan ucapan selamat kepada kaum kafir adalah haram, dan orang­orang yang mengucapkannya dapat dikategforikan sebagai kafir. Di dalamnya tercakup juga larangan mengucapkan selamat hari natal lewat kartu­kartu ucapan atau lewat media lainnya. Demikian juga, umat Islam tidak berhak menerima ucapan selamat atau menerima kartu ketika Idul Fitri tiba.48

Kesimpulannya ialah dalil­dalil yang menyatakan keharamannya jelas ada, contohnya dalam Al­Qur‟an surat Al­Furqan ayat 72 dan Al­Hajj ayat 67. Sedangkan dalil­dalil yang digunakan untuk menyatakan kebolehannya sama sekali tidak ada kaitannya, baik langsung maupun tidak. Karena itu, tidak layak dijadikan hujah dalam masalah ini.

48

(50)

39 A. Sejarah Singkat Republika Online

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan Muslim bagi publik di indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat, khususnya para wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim se ­ Indonesia (ICMI) yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya­upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.1

Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, na

Gambar

Tabel   1.1 Pemberitaan
Unsur Tabel 2.1 Yang Ingin Dilihat
Gambar 2.2 Pola Piramida Dalam Penulisan Berita
Temuan Elemen Teks Tabel 4.1 Berita “Kontroversi Ucapan Natal (1)”
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian Beton mengalami penurunan kuat tekan seiring dengan penambahan variasi serbuk bata merah sebagai substitusi semen pada campuran beton untuk setiap jenis

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimental dengan desain nonequivalen (pretest- posttest) control group design yang dilaksanakan di salah satu SMP swasta

Peribahasa Mandarin merupakan salah satu kreasi rakyat Tiongkok dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Zaman dahulu sampai

Penggunaan bersamaan dengan obat yang dijual bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual bebas mempunyai efek samping serupa dengan agen

jrnglx p.ndcr. drupuD r'Jtrxr jxrsl.l njxns. lujud jxish pend.k misa]n)a keing nan trnrrk mcmptulc[ laba d sjurnhh dam yars diinvesiasiko prda p€rlsdh.m

Trichoderm a viride strain T1sk merupakan yang terbaik dalam mengkolonisi akar, bersifat endofit dan dapat menekan tingkat serangan penyakit layu Fusarium

Sistem informasi merupakan suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan

Hasil penelitian menunjukkan (1) perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik transformasi naskah drama, (2) pelaksanaan