• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

C. Konsep Berita 1. Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagaimana ada yang menyebut dengan Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta, “berita” berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi”. Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.36

Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita informasi

35

Septian Santana K, Jurnalisme Kotemporer,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hal. 137

36

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 46

yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita. Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu „churiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosial. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a

collective agitator, a collective propagandist”.37

Sedangkan pers barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe bahwa “News is anything out of ordinary” (berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa).38

Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule dalam News Writing and Reporting mendefinisikan berita dengan mengungkapkan berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya.39

37

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda, 2005), hal. 32

38

Ibid, hal. 33

39

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik : Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 108

Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan cerita tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.40

Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associete yang dikutip oleh AS Haris Sumadira, menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.41

2. Nilai Berita

Menurut Zaenuddin HM, sesuatu bisa disebut sebagai berita jika memandang nilai­nilai berita/jurnalistik, yakni: aktual, penting, berdampak, kedekatan, luarbiasa, konflik, ketegangan/drama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.

 Aktual. Wartawan memilih sesuatu, baik peristiwa maupun pernyataan yang benar­benar baru terjadi sebagai berita.

 Penting. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap penting terutama untuk diketahui khalayak pembaca dan pemirsa.

40

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Klam Indonesia, 2005), hal. 55

41

AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. Kedua, 2006), hal. 64

 Berdampak. Wartawan juga memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap mempunyai dampak atau akibat yang ditimbulkannya bagi masyarakat, baik negatif maupun positif.

 Kedekatan. Wartawan memilih sesuatu sebagai berita karena sesuatu itu secara geografis dekat dengan khalayak pembaca atau pemirsanya. Karena nilai kedekatannya, khalayak merasa tertarik untuk mengetahuinya.

 Luar biasa. Wartawan juga memilih sesuatu sebagai berita karena itu luar biasa.

 Konflik. Wartawan memilih peristiwa sebagai berita karena di dalamnya terdapat konflik, baik fisik maupun emosional.

 Ketegangan/Drama. Wartawan juga memilih peristiwa yang mengandung ketegangan sebagai berita.

 Tragis. Tragisme mengandung nilai jurnalistik yang tinggi karena melibatkan emosional dan nurani kemanusiaan.

 Ketokohan. Wartawan juga memiliki sesuatu atau peristiwa karena terkait dengan tokoh atau orang terkenal.

 Seks. Wartawan juga sangat tertarik memberitakan peristiwa yang mengandung seks karena nilai jurnalistiknya cukup tinggi.

 Humor. Sesuatu atau peristiwa yang mengandung humor juga dianggap layak sebagai berita.42

42

Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan Para

3. Proses Pencarian dan Teknis Penulisan Berita

Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut sebagai piramida terbalik. Piramida terbalik adalah pola gambaran yang memberikan gambaran bagaimana sebuah informasi yang terpenting berada di posisi paling atas dan semakin ke bawah informasi yang disajikan hanyalah penjelasan dari paragraph sebelumnya.

Manfaat dari pola piramida terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau detail sehingga public dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut; kedua, keterbatasan kolom atau ruang disurat kabar atau tabloid menyebabkan berita yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita, dan biasanya pertama kali kalimat yang akan dihilangkan/dipendekkan adalah kalimat atau paragraf yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini.43

Gambar 2.2 Pola Piramida Dalam Penulisan Berita

Oleh karena itu, dalam berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, when, dan how bisa disebut rumus 5W+1H dapat dimuat di paragraph­paragraf terdepan. Sedangkan

43

Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hal. 30

Sangat Penting

Penting

selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau beberapa poin dalam rumusan 5W+1H.44

Selain kepandaian dalam membuat judul, dalam pola piramida terbalik ini jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap penting, karena lead merupakan paragraph pembuka yang mengantarkan khalayak pembaca untuk masuk kedalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis dengan menarik, maka jangan berharap jika berita tidak akan dibaca.

D. Kontroversi Ucapan Selamat Natal

Dokumen terkait