• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Investasi

Investasi pada usaha peternakan sapi perah meliputi ternak, kandang, dan peralatan. Besarnya rata-rata investasi usaha peternakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel 8.

commit to user

Tabel 8. Rata-rata investasi usaha sapi perah di Kecamatan Musuk dengan pemilikan induk 3 ekor laktasi

No. Investasi Usaha Jumlah (Rp)

a. Ternak b. Kandang c. Peralatan 22.633.333,33 10.733.333,33 89.833,33 Total 34.256.499,99

Sumber : Data primer terolah, 2010

Menurut Teken dan Asnawawi (1977), investasi adalah modal yang tidak habis pakai dalam satu periode produksi sehingga memerlukan perawatan agar dapat berdaya guna dalam jangka waktu yang lama. Investasi paling besar untuk pembelian ternak sapi yang masih produktif atau sedang laktasi yaitu rata-rata sebesar Rp. 22.633.333,33. Investasi untuk kandang merupakan nilai awal untuk pembangunan kandang yaitu sebesar 10.733.333,33. Peralatan yang digunakan dalam usaha sapi perah juga merupakan nilai investasi karena dibeli di awal usaha tersebut berdiri. Besarnya rata–rata investasi untuk peralatan yaitu Rp. 89.833,33.

b. Biaya produksi

Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh yaitu biaya untuk sarana produksi (pakan, obat, IB, biaya tenaga kerja dan biaya air). Biaya produksi ternak sapi perah meliputi biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang dan peralatan) dan biaya tidak tetap meliputi biaya bahan pakan, biaya tenaga kerja, obat-obatan, dan IB yang dapat dilihat pada Tabel 9.

commit to user

Tabel 9. Rata-rata biaya produksi usaha sapi perah pertahun di Kecamatan Musuk

Kriteria Biaya Jumlah (Rp)

a. Biaya tetap

1.Penyusutan kandang

2.Penyusutan peralatan

b. Biaya tidak tetap

1. Biaya pakan konsentrat 2. Biaya pakan hijauan 3. Biaya tenaga kerja 4. Biaya obat 5. Biaya IB 6. Biaya air 156.759,55 134.254,14 9.817.891,67 1.321.223,96 3.535.937,50 60.200,00 75.750,00 464.200,00 Total biaya (a + b ) 15.275.203,13

Sumber : Data primer terolah, 2010

Biaya penyusutan kandang dihitung berdasarkan nilai kandang ternak sapi perah bervariasi tergantung pada bahan yang digunakan dan ukuran kandangnya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kandang sapi pada usaha ternak sapi perah adalah beton, papan kayu atau bambu dan tembok untuk bagian dinding, seng dan genting untuk bagian atap, dan pada lantai ada yang menggunakan semen dan ada juga langsung ketanah. Peternak lebih banyak mendapatkan bahan– bahan dari alam sekitar. Ini mengakibatkan biaya kandang dapat ditekan lebih murah. Biaya penyusutan kandang sapi per unit yang dimiliki peternak dengan rata–rata sebesar Rp. 156.759,55. Biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas kandang yang dimiliki peternak dan juga umur teknis atau masa pakai kandang tersebut.

Peralatan yang digunakan pada usaha ternak sapi responden meliputi ember, serok dan milkcan. Harga ember antara Rp. 5.000,00 sampai Rp. 7.500,00 sedangkan harga serok antara Rp. 5.000 sampai Rp. 8.000,00 dan harga milkcan rata-rata Rp. 135.000,00. Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan oleh banyaknya peralatan yang dimiliki peternak sapi dan juga umur teknis atau masa

commit to user

tahan pakai peralatan tersebut. Total biaya penyusutan per responden pertahun dengan rata-rata sebesar Rp. 134.254,14.

Usaha ternak sapi perah pada daerah penelitian mengunakan bahan pakan berupa hijauan yang diambil sendiri dengan cara merumput (diarit). Biaya pakan hijauan diasumsikan berdasarkan besarnya biaya tenaga kerja yang digunakan untuk mengambil pakan hijauan dari ladang. Pakan konsentrat dibeli di pasar atau poultry yaitu jenis bekatul, bren dan singkong sebagai pakan tambahan.

Tenaga kerja yang digunakan peternak sapi perah ini ada tenaga kerja keluarga dan diluar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga tidak diupah namun diasumsikan berdasarkan jam kerja yang mereka gunakan untuk merawat sapi perah, kemudian dihitung biaya upah tenaga kerjanya. Biaya tenaga kerja disamakan dengan biaya tenaga kerja luar keluarga yaitu Rp 3125, 00 /jam/hr.

Obat-obatan digunakan hanya saat ternak mengalami sakit dan obat yang digunakan tergolong sederhana biasanya peternak melakukannya dengan pengobatan tradisional saja. Biaya IB dikeluarkan karena kebanyakan responden di daerah penelitian tidak memiliki sapi pejantan sendiri untuk mengawinkan ternaknya. Guna menghasilkan keturunan yang baik mereka menggunakan sistem perkawinan buatan atau inseminasi buatan. Perkawinan dengan IB ini peternak dapat memilih semen yang digunakan, dengan biaya sekali IB berkisar Rp. 25.000,00 sampai Rp. 30.000,00.

c. Penerimaan pada usaha ternak sapi perah

Penerimaan pada usaha ternak sapi perah meliputi penerimaan dari penjualan kotoran atau pupuk kandang, penjualan susu, dan penjualan pedet. Besarnya rata-rata penerimaan peternak dapat dilihat pada Tabel 10.

commit to user

Tabel 10. Rata-rata penerimaan peternak usaha sapi perah pertahun (Rp/th) dengan kepemilikan tiga ekor sapi perah laktasi.

Jenis Penerimaan Rata-rata Penerimaan

(Rp/th) 1. Penjualan pedet 2. Penjualan susu 3. Penjualan pupuk Total 4.758.333,33 11.673.725,00 8.960.750,00 25.329.808,33

Sumber :Data primer terolah, 2010

Usaha ternak sapi perah di daerah penelitian diperoleh rata-rata total penerimaan per peternak sebesar Rp. 25.329.808,33 pertahun. Nilai paling besar yaitu dari hasil penjualan susu sebesar Rp. 11.673.725,00. Penjualan susu memberikan kontribusi terhadap pendapatan terbesar karena dari usaha ternak sapi perah produk yang dihasilkan paling utama adalah susu. Hasil penjualan pedet rata-rata Rp. 4.758.333,33 yaitu perolehan dua ekor pedet dalam satu tahun dengan kepemilikan induk tiga ekor laktasi. Penjualan pupuk merupakan penghasilan tambahan dari usaha ternak sapi perah yang memberikan kontribusi rata–rata sebesar Rp. 8.960.750,00.

d. Pendapatan pada usaha ternak sapi perah

Pendapatan bersih merupakan selisih antara penerimaan usaha ternak pertahun dengan total biaya produksi pertahun. Pendapatan usaha sapi perah di Kecamatan Musuk dengan rata-rata skala pemilikan tiga ekor sapi laktasi dapat dilihat pada Tabel 11.

commit to user

Tabel 11. Analisis usaha sapi perah di Kecamatan Musuk dengan rata- rata skala pemilikan tiga ekor sapi laktasi.

Kriteria Biaya Jumlah (Rp)

a. Biaya tetap

1. Penyusutan kandang 2. Penyusutan peralatan

b. Biaya tidak tetap

1. Biaya pakan konsentrat 2. Biaya pakan hijauan 3. Biaya tenaga kerja 4. Biaya obat 5. Biaya IB 6. Biaya air c. Penerimaan 1. Penjualan pedet 2. Penjualan susu 3. Penjualan pupuk 156.759,55 134.254,14 9.817.891,67 1.321.223,96 3.535.937,50 60.200,00 75.750,00 464.200,00 4.758.333,33 11.673.725,00 8.960.750,00

Total biaya (a+b ) Pendapatan c – (a+b)

15.566.216,81 8.877.591,52 Sumber : Data primer terolah, 2010

Hasil analisis pendapatan diperoleh rata-rata pendapatan bersih pertahunnya Rp. 8.851.034,23 dengan skala pemilikan ternak tiga ekor induk laktasi. Pemilikan tiga ekor sapi laktasi masih dikatakan rendah, karena pada dasarnya usaha peternakan rakyat yang masih bersifat tradisional. Skala pemilikan ternak yang rendah mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan peternak disebabkan oleh keterbatasan modal. Sesuai pendapat Yoga (2007), besar kecilnya skala usaha pemilikan sapi perah sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan. Makin tinggi skala usaha pemilikan, maka makin besar tingkat pendapatan peternak. Pendapatan sapi perah dapat ditingkatkan dengan menambah skala usaha pemilikan ternaknya.

commit to user

Dokumen terkait