• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Keragaan Usahatani Padi di GP3A Mitra Tani

6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani

Analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan Rasio R/C usahatani padi sebelum dan sesudah program dilakukan. Adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai merupakan pengeluaran secara tunai yang dikeluarkan guna untuk pembelian barang dan jasa usahatani. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan benih, pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani, seperti biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), biaya penyusutan pertanian, dan iuran GP3A.

6.3.1. Penerimaan Usahatani

Jumlah produksi per hektar padi berbeda pada setiap musim panen. Oleh karena itu jumlah penerimaan per hektar yang diperoleh petani responden anggota GP3A Mitra Tani juga berbeda pada setiap musim seperti yang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penerimaan Usahatani Padi Sebelum dan Sesudah Program Dilakukan per Hektar per Periode Panen dan per Tahun.

Waktu Panen Jumlah Produksi (kg) Harga Satuan (Rp/kg) Nilai (Rp) Sebelum Program

- Periode panen bulan Januari 2008 - Periode panen bulan Juni 2008 Total 4.832 3.845 9.677 2.300 2.300 11.114.261 11.143.126 22.257.387 Setelah Program

- Periode panen bulan Januari 2009 - Periode panen bulan Juni 2009 Total 5.170 5.300 10.470 2.500 2.500 12.925.271 13.250.143 26.175.414

Jumlah produksi padi sebelum program dilakukan yaitu pada periode panen bulan Januari 2008 sebanyak 4.832 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 11.114.261 dan periode panen bulan Juni 2008 sebanyak 3.845 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 11.143.126. Jumlah produksi padi setelah program dilakukan yaitu pada periode panen bulan Januari 2009 sebanyak 5.170 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 12.925.271 dan periode panen bulan Juni 2009 sebanyak 5.300 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 13.250.143

Total jumlah produksi sebelum program per hektar per tahun adalah 9.677 kilogram sedangkan padi setelah program adalah 10.470 kilogram. Penerimaan usahatani per hektar per tahun yang diperoleh petani responden sebelum dan setelah program pun tidak jauh berbeda yaitu sebesar Rp 3.918.027. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan hasil produksi dan kenaikan harga satuan gabah kering per kilogram. Penerimaan petani responden sebelum program sebesar Rp 22.257.387/ha/tahun dan setelah program sebesar Rp 26.175.414/ha/tahun.

6.3.2. Biaya Usahatani

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani padi yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, sewa lahan dan iuran GP3A.

Total biaya usahatani per hektar yang dikeluarkan sebelum dan sesudah program berbeda setiap musim. Perbedaan tersebut dikarenakan pada setiap musim tanam terdapat perbedaan harga benih, harga pupuk, perbedaan biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya sewa lahan. Biaya tersebut berbeda karena perhitungannya berdasarkan jumlah produksi padi yang dihasilkan. Dengan demikian perbedaan jumlah produksi pada setiap musim mengakibatkan biaya tersebut juga berbeda. Biaya pasca panen dihitung dengan mengalikan jumlah produksi dengan biaya Rp 40/kg gabah kering.

Perhitungan biaya sewa lahan didasarkan pada jumlah produksi dimana penggunaan lahan sawah dibayar dengan hasil panen yang menggunakan sistem bagi hasil paro - paro. Pada sistem tersebut seluruh nilai hasil panen terlebih

dahulu dikurangi dengan biaya sarana produksi seperti biaya benih, pupuk dan pestisida. Dari hasil pengurangan tersebut 1/2 merupakan bagian pemilik lahan yang dianggap sebagai sewa lahan dan 1/2 merupakan bagian penggarap. Oleh karena itu perbedaan jumlah produksi pada setiap musim baik sebelum maupun setelah program menyebabkan biaya pasca panen dan sewa lahan berbeda pada setiap musim.

Total biaya usahatani per hektar sebelum program pada periode penen bulan Januari 2008 adalah Rp 6.204.942 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.595.505 dan biaya diperhitungkan Rp 2.609.437. Pada periode panen bulan Juni 2008, total biaya yang dikeluarkan Rp 6.211.240 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.596.007 dan biaya diperhitungkan Rp 2.615.233. Rincian biaya usahatani sebelum program per hektar per periode panen dapat dilihat pada Lampiran 4.

Total biaya usahatani per hektar setelah program pada periode penen bulan Januari 2009 adalah Rp 7.018.084 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.933.307 dan biaya diperhitungkan Rp 3.084.777. Pada periode panen bulan Juni 2009, total biaya yang dikeluarkan Rp 7.148.127 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.979.087 dan biaya diperhitungkan Rp 3.169.040. Rincian biaya usahatani setelah program per hektar per periode panen dapat dilihat pada Lampiran 5.

Total biaya tunai pada setiap musim baik sebelum program maupun setelah program lebih besar dari pada biaya diperhitungkan yang dikeluarkan. Tingginya biaya tunai disebabkan oleh tingginya biaya tenaga kerja luar keluarga yang digunakan untuk pengolahan tanah dan pemanenan, juga dipengaruhi oleh biaya pupuk yang cukup tinggi.

Total biaya yang dikeluarkan per hektar periode panen setelah program lebih besar dari pada sebelum program dilakukan. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya harga benih, harga pupuk, upah pekerja luar keluarga dan sewa lahan yang dikeluarkan dalam usahatani padi oleh petani responden anggota GP3A. Total biaya per hektar per tahun yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari pada sebelum program. Total biaya usahatani setelah program sebesar Rp 14.166.212/ha/tahun sedangkan sebelum program sebesar Rp 12.416.182/ha/tahun. Rincian biaya usahatani sebelum dan setelah program per hektar per Tahun dapat dilihat pada Lampiran 6.

6.3.3. Pendapatan Usahatani

Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluarannya bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total.

Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar yang diterima petani responden anggota GP3A setelah program pada setiap musim lebih besar daripada sebelum program. Hal ini dikarenakan meningkatnya hasil produksi setelah program (setelah saluran tersier diperbaiki), sehingga kebutuhan air bagi areal persawahan lebih mencukupi dibandingkan sebelum program dilakukan (saluran tersier rusak). Produksi, penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C Rasio usahatani per hektar per periode panen sebelum dan setelah program dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Produksi, Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan, Usahatani Sebelum dan Setelah Program per Hektar per Periode Panen.

No Uraian

Periode Panen Sebelum Program

Periode Panen Setelah Program

Jan-2008 Juni 2008 Jan-2009 Juni 2009 A Produksi (kg) 4.832 4.845 5.170 5.300 B Penerimaan Usahatani 11.114.261 11.143.126 12.925.271 13.250.143 C Biaya Usahatani 6.204.942 6.211.240 7.018.084 7.148.127 Tunai 3.595.505 3.596.007 3.933.307 3.979.087 Diperhitungkan 2.609.437 2.615.233 3.084.777 3.169.040 D Pendapatan atas biaya tunai 1.684.130 1.694.124 2.153.401 2.218.859 E Pendapatan atas biaya total 4.909.319 4.931.886 5.907.187 6.102.015

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis usahatani petani responden anggota GP3A Mitra Tani per hektar per tahun agar perbandingan yang dilakukan antara sebelum dan sesudah program dilakukan menjadi lebihjelas. Rincian biaya usahatani sebelum dan setelah program per hektar per tahun juga dapat dilihat

pada Tabel 17. Pendapatan atas biaya tunai sebelum program lebih kecil yaitu Rp 3.378.254/ha/tahun sedangkan setelah program adalah Rp 4.372.260/ha/tahun. Begitu juga pendapatan atas biaya total sebelum program lebih kecil yaitu Rp 9.841.205/ha/tahun sedangkan setelah program adalah Rp 12.009.202 /ha/tahun.

6.4.Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Sebelum dan

Dokumen terkait