• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Keragaan Usahatani Padi di GP3A Mitra Tani

6.1.1. Penggunaan Input

Input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi sama antara sebelum dan setelah program dilakukan. input produksi yang digunakan antara lain benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat – alat pertanian.

a. Benih

Petani responden anggota GP3A Mitra Tani menggunakan benih varietas Ciherang. Para petani menggunakan varietas Ciherang dengan pertimbangan bahwa varietas tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dari varietas lain, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta rasa nasi yang dihasilkan pun enak (pulen).

Nilai diperhitungkan atas penggunaan benih sebelum maupun setelah program lebih besar dibanding nilai tunainya, nilai tunai adalah nilai pembelian benih padi yang dibeli petani dari pihak lain sedangkan nilai diperhitungkan adalah nilai atas penggunaan benih milik sendiri.

Tabel 8. Penggunaan Benih per Hektar per Tahun

Berdasarkan Tabel 8, rata – rata kebutuhan benih per hektar petani responden sebelum dan setelah program sebesar 52.03 kg. Namun biaya untuk benih yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program

Waktu Penggunaan Benih Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp)

Tunai Diperhitungkan Total Sebelum

Program 52,03 4.750 247.119 - 247.119

Setelah

dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga benih varietas Ciherang. Biaya benih sebelum program sebesar Rp 247.119 dengan harga benih per kilogram Rp 4.750, sedangkan biaya benih setelah program sebesar Rp 260.125 dengan harga benih per kilogram Rp 5.000 .

b. Pupuk

Pada usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani , rata – rata jenis pupuk yang digunakan antara lain KCL, Urea, dan NPK. Kegiatan pemupukan dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu musim tanam. Rata – rata penggunaan pupuk dan biaya yang dikeluarkan oleh petani responden sebelum dan setelah program dilakukan disajikan pada Tabel 9. Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa Rata – rata kebutuhan pupuk per hektar petani responden sebelum program adalah 200,11 kg KCL, 400 kg Urea, dan 600,11 kg NPK dan setelah program adalah 197,26 kg KCL, 394,52 kg Urea, dan 589,96 kg NPK.

Tabel 9. Penggunaan Pupuk per Hektar per Tahun

Berdasarkan Tabel 9, biaya untuk pupuk yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga pupuk KCL, Urea, dan NPK. Biaya pupuk KCL sebelum program sebesar Rp. 460.262 dengan harga KCL per kilogram Rp 2.300, sedangkan biaya pupuk KCL setelah program sebesar Rp 493.155 dengan harga KCL per kilogram Rp 2.500. Biaya pupuk Urea sebelum program sebesar Rp 680.000 dengan harga Urea per kilogram Rp 1.700, sedangkan biaya pupuk Urea setelah program sebesar Rp 710.000 dengan harga Urea per kilogram Rp 1.800. Biaya pupuk NPK sebelum program sebesar Rp 1.080.205 dengan harga NPK per kilogram Rp

Jenis Pupuk

Sebelum Program Setelah Program Jumlah (kg) Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah (kg) Harga (Rp) Nilai (Rp) KCl 200,11 2.300 460.262 197,26 2.500 493.155 Urea (kg) 400,00 1.700 680.000 394,52 1.800 710.143 NPK 600,11 1.800 1.080.205 589,96 2.000 1.179.920 Total biaya pupuk 2.220.468 2.383.217

1.800, sedangkan biaya pupuk NPK setelah program sebesar Rp 1.179.920 dengan harga NPK per kilogram Rp 2.000.

c. Pestisida

Pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah salah satu bentuk komponen teknologi yang berguna untuk mengurangi resiko gagal panen. Penggunaan pestisida untuk memberantas hama dan penyakit merupakan salah satu cara yang secara umum digunakan oleh kebanyakan petani, tidak terkecuali petani responden anggota kelompok GP3A Mitra Tani di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang.

Beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi diantaranya adalah tikus, wereng, burung dan lain sebagainya. Petani responden menggunakan pestisida cair merek sistrin untuk mengatasi masalah hama dan penyakit tersebut. Pemberian pestisida tersebut dilakukan sebanyak dua kali atau tergantung dari datangnya serangan hama dan penyakit.

Tabel 10. Penggunaan Pestisida per Hektar per Tahun

Rata – rata kebutuhan pestisida per hektar petani responden sebelum program sebesar 400 ml dan setelah program sebesar 394,52 ml. Namun biaya untuk pestisida yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga pestisida tersebut. Biaya pestisida yang dikeluarkan sebelum program sebesar Rp 200.000 dengan harga pestisida per ml Rp 500, sedangkan biaya pestisida setelah program sebesar Rp 600.

d. Tenaga Kerja

Kegiatan usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani baik sebelum program maupun setelah program dilakukan menggunakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Kegiatan tersebut

Pestisida yang digunakan Sebelum Program Setelah Program

Sistrin (ml) Jumlah (ml) 400 394,52

Harga (Rp/ml) 500 600

dimulai dari kegiatan Pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyemprotan, pemanenan dan Pasca Panen. Pada kegiatan penanaman, pemupukan, dan penyiangan para petani responden banyak menggunakan tenaga kerja perempuan (TKDK). Sedangkan kegiatan penyiangan, penyemprotan dan pemanenan menggunakan tenaga kerja laki – laki (TKLK). Penggunaan tenaga kerja dalam analisis usahatani padi ini menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK), setiap harinya tenaga kerja yang dihitung dengan jumlah jam kerja rata – rata delapan jam per hari.

Rata – rata penggunaan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani responden sebelum dan setelah program dilakukan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun.

Kegiatan

Sebelum Program Setelah Program Jumlah (HOK) Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumla h (HOK) Harga (Rp) Nilai (Rp) TKLK (Tunai) Pengolahan Tanah (Traktor) 2 700.000 1.400.000 2 800.000 1.600.000 Penanaman 34,51 14.000 483.172 34,51 16.000 552.196 Pemupukan 3,83 14.000 53.668 3,83 16.000 61.335 Penyiangan 46 22.000 1.012.000 46 24.000 1.104.000 Penyemprotan 4 22.000 88.000 4 24.000 96.000 Pemanenan 50 22.000 1.100.000 50 24.000 1.200.000 Pasca Panen(kg) 9.677 40 387.085 10,470 40 418.807 KCl 200,11 2.300 460.262 197,26 2.500 493.155 Urea (kg) 400,00 1.700 680.000 394,52 1.800 710.143 NPK 600,11 1.800 1.080.205 589,96 2.000 1.179.920 TKDK (Diperhitung kan) Penanaman 15,49 14.000 216.828 15,49 16.000 247.804 Pemupukan 10,17 14.000 142.332 10,17 16.000 162.665 Total biaya Tenaga Kerja 4.883.085 5.442.807

Berdasarkan Tabel 11, biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga upah per HOK. Dimana upah tenaga kerja wanita per HOK naik dari Rp 14.000 sebelum program menjadi Rp 16.000. Begitu pula dengan tenaga kerja laki - laki per HOK naik dari Rp 22.000 sebelum program menjadi Rp 24.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp 216.828, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 483.172, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp. 700.000. Sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 247.804, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 552.196, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp 800.000.

Biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp. 142.332, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 53.668, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 196.000. Sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 162.665, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 61.335, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 224.000.

Biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.012.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.104.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 88.000, sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 96.000. Biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.100.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.200.000.

e. Alat – Alat Pertanian

Jenis alat – alat pertanian yang umumnya digunakan dalam kegiatan usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani antara lain cangkul, parang, arit,

dan semprotan. Rata rata jumlah alat pertanian yang dimiliki petani responden per hektar dan nilai penggunaan dari masing – masing alat pertanian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata – Rata Nilai Penggunaan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun.

NO Jenis Alat

Volume Harga Satuan (Rp) Nilai Ekonomis (Rp) 1 Cangkul 9,81 60.000 588.705 2 Parang 12,32 30.000 369.652 3 Arit 6,85 40.000 273.816 4 Semprotan 2,97 95.000 281.803 Jumlah 1.513.976

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai penggunaan alat – alat pertanian setelah sebesar Rp 1.513.976, dimana nilai terbesar dikeluarkan untuk pembelian alat cangkul sebesar Rp 588.705 yang jumlah kebutuhannya cukup banyak yaitu 10 buah per hektar. Pengeluaran terbesar kedua adalah pembelian parang sebesar Rp 369.652, lalu diikuti pembelian semprotan sebesar Rp 281.803 dan arit sebesar Rp 273.816.

Para petani responden tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah alat – alat pertanian tersebut masih layak dan dapat dimanfaatkan beberapa kali sampai sudah tidak layak digunakan lagi, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan alat – alat pertanian tersebut. Nilai penyusutan dari peralatan yang digunakan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun.

NO Jenis Alat Umur

Ekonomis Nilai Ekonomis (Rp) Penyusutan (Rp) 1 Cangkul 4 588.705 147.176 2 Parang 3 369.652 123.217 3 Arit 3 273.816 91.272 4 Semprotan 5 281.803 56.361 Jumlah 418.026

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yaitu sebesar Rp 418.026 per hektar per tahun, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp 147,176, nilai penyusutan parang sebesar Rp 123.217, nilai penyusutan arit Rp 91.272, dan nilai penyusutan semprotan Rp 56.361.

Besarnya nilai penyusutan alat – alat pertanian sebelum dan setelah program dilakukan tidak mengalami perubahan. Alat – alat pertanian tersebut memang sudah ada ketika para petani responden memulai usahataninya. Namun biaya pengeluaran akan kembali dipergunakan apabila alat – alat pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru.

Dokumen terkait