• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) terhadap pendapatan petani anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) terhadap pendapatan petani anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM

PEMBERDAYAAN GABUNGAN PERKUMPULAN

PETANI PEMAKAI AIR (GP3A)

TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGOTA GP3A

di KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

Oleh :

ALAN RIADI

H 34066009

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ALAN RIADI. Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K DARYANTO).

Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia yang memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya terutama beras. Namun, sampai saat ini Indonesia masih memiliki masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masalah yang sering timbul terkait dengan peran pertanian tanaman padi sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang umumnya diakibatkan oleh kontinuitas produksi yang terganggu karena ketidakpastian dari cuaca dan hama penyakit tanaman padi.

Irigasi merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan produksi tanaman padi, maka kebijakan pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan peningkatan sarana irigasi persawahan yang mati dan rusak. Salah satu upaya pemerintah dalam usaha meningkatkan pembangunan sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras adalah meningkatkan pembangunan di sektor irigasi melalui program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A).

Kondisi jaringan irigasi sangat menentukan produksi padi yang dihasilkan. Semakin baik kondisi jaringan irigasi persawahan, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Pengembangan rehabilitasi/pemeliharaan infrastruktur pertanian melalui perbaikan jaringan irigasi serta pengelolaan jaringan irigasi dengan baik dan benar harus dilakukan, karena dapat meningkatkan pendapatan dari hasil produksi padi sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan para petani.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan GP3A dengan melihat sejauh mana konsep kegiatan tersebut dapat diterapkan di GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor guna meningkatkan kinerja GP3A tersebut dalam pengelolaan irigasi, dan menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan anggotanya dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September sampai Desember 2010 di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Petani yang dijadikan sebagai responden sebanyak 30 orang petani Anggota GP3A. Penelitian ini menggunakan alat analisis pendapatan usaha tani , rasio keuntungan terhadap biaya (R/C) dan Uji t berpasangan (Paired t – test).

(3)

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor serta GP3A Mitra Tani. Data sekunder tersebut mencangkup data produktivitas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bogor tahun 2009, luas penggunaan lahan sawah tahun 2009 di Kabupaten Bogor, proyeksi permintaan beras dalam periode 2005 – 2025 menurut wilayah, penjelasan/ definisi GP3A, dan gambaran GP3A Mitra Tani. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari internet serta beberapa studi literatur berupa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini.

Input yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi secara umum sama antara sebelum dan setelah program dilakukan yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat – alat pertanian. Petani responden anggota GP3A Mitra Tani rata – rata menggunakan benih varietas Ciherang. Pupuk yang digunakan yaitu KCL, Urea, dan NPK. Pestisida yang digunakan yaitu pestisida cair merk Sistrin. Tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Alat – alat pertanian yang digunakan yaitu cangkul, parang, arit, dan semprotan.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di Desa Karehkel menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan GP3A khususnya rehabilitasi/perbaikan saluran tersier memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan petani anggota GP3A Mitra Tani. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang lebih tinggi ketika setelah program dilaksanakan bila dibandingkan dengan sebelum program dilaksanakan. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun sebelum program dilakukan adalah Rp 3.378.254. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun setelah program dilakukan adalah Rp 4.372.260. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun sebelum program dilakukan adalah Rp 9.841.205 dan pendapatan atas biaya total per hektar per tahun setelah program dilakukan adalah Rp 12.009.202.

Hasil analisis R/C rasio pada kegiatan usahatani padi di Desa Karehkel baik sebelum maupun setelah program dilaksanakan menunjukkan hasil penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai ketika sebelum program adalah 3,095, dan setelah program adalah 3,308. Kondisi ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani responden anggota GP3A Mitra Tani setelah program dilaksanakan memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan ketika sebelum program, namun perbedaan nilai R/C rasio ini tidak terlalu besar antara sebelum dan setelah program. Nilai R/C rasio atas biaya total ketika sebelum program adalah 1,793, dan setelah program adalah 1,848. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat imbangan penerimaan dan biaya setelah program memang lebih besar dibandingkan sebelum program dlaksanakan. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan responden sebelum dan setelah program dilakukan diperoleh nilai-p(0.000) < alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata – rata pendapatan sebelum program berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan sesudah program.

(4)

PENGARUH PROGRAM

PEMBERDAYAAN GABUNGAN PERKUMPULAN

PETANI PEMAKAI AIR (GP3A)

TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGOTA GP3A

DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

ALAN RIADI H34066009

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota

GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Nama : Alan Riadi

NIM : H34066009

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc NIP. 19610916 198601 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A Di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Juni 1985. Penulis adalah anak ke pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Salam dan Ibu Siti Aisyah.

Penulis memulai pendidikan di TK AL-Munawwar Bogor pada tahun 1990, SDN Perwira 1 Bogor pada tahun 1991-1997, SLTPN 8 Bogor tahun 1997-2000 dan SMUN 6 Bogor tahun 1997-2000-2003. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada tahun 2003 dan masuk perguruan tinggi negeri tahun 2003 di Program Studi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Program Diploma III IPB Bogor dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun yang sama setelah lulus dari diploma penulis melanjutkan studinya ke program sarjana penyelanggaraan khusus IPB dengan Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A Di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan GP3A dengan melihat sejauh mana konsep kegiatan tersebut dapat diterapkan di GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor guna meningkatkan kinerja GP3A tersebut dalam pengelolaan irigasi, dan menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan anggotanya dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan kerena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :

1. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penulis yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan proposal penelitian.

3. Ir. Lukman M Baga, MAEc selaku dosen penguji dalam ujian akhir yang telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Arief Karyadi Suwandi, SP selaku dosen penguji dari komite akademik dalam ujian akhir yang telah memberikan banyak masukan dan arahan.

5. Bapak H. Zulfakar selaku ketua kelompok GP3A Mitra Tani yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, serta memberikan bantuan, arahan, dan masukan selama penelitian. Serta seluruh petani responden di P3A Sugih Tani Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang.

6. Orangtua, adik, keluarga tercinta dan Karina Kartika Sari untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

7. Sekretariat Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Rekan – rekan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor, khususnya sub bagian program dan pelaporan atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Teman-teman Ekstensi Agribisnis, UKM Futsal IPB, SKDX FC atas semangat dan sharing sampai saat ini. serta seluruh pihak dan sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya, sukses untuk kita semua.

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) ... 10

2.3. Penelitian Terdahulu ... 12

2.3.1. Studi Empiris Mengenai Pemberdayaan ... 12

2.3.2. Studi Empiris Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Padi ... 13

(11)

5.3. Karakteristik Petani Responden ... 38

5.3.1. Status Usaha ... 39

5.3.2. Umur ... 40

5.3.3. Pendidikan ... 41

5.3.4. Luas Areal Usahatani Padi ... 41

5.3.5. Pengalaman Dalam Usahatani Padi ... 42

5.3.6. Status Kepemilikan Lahan ... 42

5.4. Budidaya Tanaman Padi ... 43

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

6.1. Keragaan Usahatani Padi di GP3A Mitra Tani ... 48

6.1.1. Penggunaan Input ... 48

6.1.2. Output Usahatani ... 54

6.2. Pelaksanaan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ... 55

6.2.1. Jenis Kegiatan Pelatihan pada Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ... 56

6.2.2. Kinerja GP3A Mitra Tani dalam Pengelolaan Irigasi ... 60

6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya Progaram Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ... 62

6.3.1. Penerimaan Usahatani ... 62

6.3.2. Biaya Usahatani ... 63

6.3.3. Pendapatan Usahatani ... 65

6.4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C rasio) Sebelum dan Setelah Adanya Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ... 66

6.5. Hasil Uji t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Perbedaan Pendapatan ... 67

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

7.1. Kesimpulan ... 69

7.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Proyeksi Permintaan Beras dalam Periode 2005 – 2025, menurut

wilayah (000 ton) ... 2

2. Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan di Kab. Bogor Tahun 2009 ... 2

3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor. ... 4

4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 17

5. Produktivitas Pertanian Tanaman Padi di Kec. LeuwiliangTahun 2009. ... 36

6. Daerah Irigasi Cianten Cigatet/ GP3A Mitra Tani. ... 37

7. Karakteristik Petani Responden Anggota Kelompok GP3A Mitra Tani. ... 39

8. Penggunaan Benih Kerja per Hektar per Tahun ... 48

9. Penggunaan Pupuk Kerja per Hektar per Tahun………. 49

10. Penggunaan Pestisida Kerja per Hektar per Tahun………. 50

11. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun………. 51

12. Rata – rata Nilai Penggunaan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun…. 53

13. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. ... 53

14. Hasil Produksi Tanaman Padi di GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun ... 54

15. Jumlah Peserta Pelatihan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ... 56

16. Penerimaan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Program Dilakukan per Hektar per Periode Panen dan per Tahun. ... 62

17. Produksi, Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Sebelum dan Setelah Program per Hektar per Periode Panen. ... 65

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Bagan Wilayah GP3A Mitra Tani (DI Cianten Cigatet) ... 74 2. Struktur Organisasi GP3A Mitra Tani ... 75 3. Peta Lokasi Penelitian Desa Karehkel Kec. Leuwiliang ... 76 4. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Usahatani

Padi Kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum Program per Hektar

Per Periode Panen ... 77 5. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Usahatani

Padi Kelompok GP3A Mitra Tani Setelah Program per Hektar

Per Periode Panen ... 79 6. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Usahatani

Padi Kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum dan Setelah Program

Per Hektar Per Tahun ... 81 7. Rincian Pendapatan Petani Responden Kelompok GP3A Mitra

Tani Sebelum dan Setelah Program ... 83 8. Hasil Uji t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Pendapatan

(15)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor pertanian sangat berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan PDB, perolehan devisa, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian juga tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Kebutuhan pangan nasional memang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan luar negeri (impor). Namun karena jumlah penduduk terus bertambah dan tersebar di seluruh pulau, maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan rentannya ketahanan pangan sehingga berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi, dan bahkan politik.

Sektor pertanian tanaman padi dijadikan prioritas atau lebih diperhatikan dalam pembangunan pertanian tanaman pangan, karena tantangan besar saat ini adalah konsumsi masyarakat masih bertumpu pada beras. Pengembangan pertanian tanaman padi bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas (mutu dan gizi), dan meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam mendukung ketahanan pangan, produktivitas dan perluasan areal tanaman padi perlu ditingkatkan, serta meningkatkan nilai tambah ekonomi sistem produksi, peningkatan efisiensi produksi, perbaikan mutu produk, diversifikasi, dan pengembangan sistem.

Masalah yang sering timbul terkait dengan peran pertanian tanaman padi sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang umumnya diakibatkan oleh kontinuitas produksi yang terganggu karena ketidakpastian dari cuaca dan hama penyakit tanaman padi. Inovasi teknologi, strategi, dan pendekatan program intensifikasi merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi1.

Peningkatan produktivitas tanaman padi perlu dilakukan agar dapat memenuhi proyeksi permintaan beras hingga tahun 2025 di Indonesia yang terus meningkat berdasarkan Tabel 1.

1

(16)

Tabel 1. Proyeksi Permintaan Beras dalam Periode 2005 – 2025, menurut Sumber : www.litbang.deptan.go.id/Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis

Padi. Edisi 2004.

Asumsi yang digunakan untuk menghitung proyeksi permintaan beras yaitu dengan perhitungan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 lebih dari 296 juta, 58 persen di antaranya terkonsentrasi di Jawa dan 21,3 persen di Sumatra.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang mengembangkan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya seperti palawija, sayuran, dan biofarmaka. Salah satu daerah di Kabupaten Bogor yang mengembangkan tanaman padi adalah Kecamatan Leuwiliang, dengan produktivitas tanaman padi sebesar 5.370 Kg/Ha pada tahun 20092. Nilai produktivitas tersebut berada di bawah nilai produktivitas tanaman padi di Kabupaten Bogor. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa produktivitas tanaman padi di Kabupaten Bogor tahun 2009 adalah 6.046,48 Kg/Ha.

Tabel 2. Produktivitas Pertanian Tanaman di Kab. Bogor Tahun 2009.

No Komoditi Luas Panen 2 Tanaman Palawija 17.553 243.183.000 1.3854,21 3 Tanaman Sayuran 68.189 1.252.888 18,37 4 Tanaman Biofarmaka

(Jahe, lengkuas, kencur, kunyit, dll)

80.799 3.633.799 44,97

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bogor (2010) 2

(17)

Strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi tanaman padi adalah3 :

1. Meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya, modal, teknologi, dan pasar; 2. Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru;

3. Mendorong diversifikasi produksi;

4. Mendorong partisipasi aktif seluruh pihak yang mendukung; 5. Pemberdayaan petani dan masyarakat;

6. Pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen, irigasi, koperasi, lumbung pangan desa, dan penyuluhan).

Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan intensitas panen per tahun. Tersedianya air irigasi yang cukup merupakan input untuk meningkatkan produksi padi yang tidak kalah penting dibanding input yang lain. Mayoritas petani padi anggota Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) membutuhkan air untuk kegiatan pertanian, khususnya padi sawah. Air yang mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah. Kotoran yang mengendap tersebut dapat digunakan sebagai pupuk dan lumpur yang sangat baik untuk tanaman padi. Genangan air pada ketinggian yang diinginkan berfungsi membantu pertumbuhan tanaman padi yang merata pada petak sawah.

Banyaknya saluran irigasi persawahan yang rusak (mati) akibat dikeringkan untuk kebutuhan pemukiman menyebabkan lahan yang seharusnya sangat potensial untuk pengembangan pertanian tanaman padi menjadi terlantar dan akhirnya beralih fungsi menjadi lahan permukiman.

Sawah irigasi adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang diatur dan dikuasai Dinas Pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Jenis – jenis irigasi yang ada di Kabupaten Bogor antara lain4 :

1. Irigasi pedesaan.

Merupakan irigasi yang pembangunan, pendayagunaan dan pemeliharaan jaringannya dilaksanakan oleh para petani dibawah pembinaan pemerintah desa, dengan atau tanpa bantuan pemerintah pusat maupun daerah.

3

Op.cit. Hlm 1

4

(18)

2. Irigasi sederhana.

Merupakan sistem jaringan irigasi yang belum dapat diatur dan diukur. 3. Irigasi semi teknis.

Merupakan sistem jaringan irigasi yang pemberian airnya hanya dapat diatur tetapi belum dapat diukur.

4. Irigasi teknis.

Merupakan sistem jaringan irigasi yang sudah lengkap sehingga pemberian airnya dapat diatur dan diukur.

Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor

Jenis Penggunaan Lahan Sawah Luas (ha) Persentase (%)

Sawah Irgasi Desa/ Non PU 12.453 25,54

Sawah Irigasi Sederhana 14.982 30,72

Sawah Semi Teknis 7.997 16,4

Sawah Irigasi Teknis 3.664 7,51

Sawah Tadah Hujan 9.670 19,83

TOTAL 48.766 100

Sumber :Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bogor (2010)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa luas sawah irigasi sederhana di Kabupaten Bogor tahun 2009 merupakan yang terluas dengan total 14.982 Ha (30,72% dari total seluruh luas lahan sawah), sedangkan luas sawah irigasi teknis merupakan yang terkecil dengan total 3.664 Ha (7,51%). Luas lahan sawah lainnya yaitu sawah irigasi desa/non PU 12.453 Ha, sawah setengah irigasi 7.997 Ha, dan sawah tadah hujan 9.670 Ha. Kondisi di atas menggambarkan areal persawahan di Kabupaten Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan air untuk tanaman padi masih kurang dan tidak teratur, maka jaringan irigasi di Kabupaten Bogor perlu ditingkatkan.

(19)

pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan peningkatan sarana irigasi persawahan yang mati dan rusak.

Pada era pemerintahan orde baru, pemerintah menganjurkan dibentuk organisasi perkumpulan petani pemakai air (P3A) secara formal yang membuat anggaran dana dan anggaran rumah tangga. Proses pembentukan harus dikembalikan berawal dari inisiatif masyarakat dengan nama dan dasar aturan sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang secara spesifik di daerah masing – masing. Program Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan salah satu agenda kebijakan pemerintah dalam pengelolaan irigasi di Indonesia. Hal tersebut diatur dalam KEPMENDAGRI No.50 Tahun 2001.

Untuk meningkatkan jaringan irigasi, pemerintah terus berupaya mengembangkan peran serta masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan irigasi, maka lembaga–lembaga pengelola irigasi yang telah dibentuk oleh petani secara bertahap di Kabupaten Bogor dikembangkan oleh pemerintah melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor menjadi organisasi P3A yang formal dan modern.

(20)

Dengan ketersediaan air yang cukup melalui saluran irigasi yang baik, akan membantu menghasilkan produktivitas padi yang lebih efektif. Kareana Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh harus selalu tergenangi air. Air berfungsi untuk proses fotosintesis tanaman serta membawa karbohidrat dan mineral ke bagian –bagian tanaman sebagai cadangan makanan.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk lebih meningkatkan pemberdayaan P3A di Kabupaten Bogor, maka dibentuk Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) agar dapat membantu P3A dalam mengatasi persoalan pengelolaan jaringan irigasi. Adapun Program Pemerintah bagi GP3A yang diberikan melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor adalah pemberdayaan GP3A di Kabupaten Bogor khususnya perbaikan saluran tersier di areal persawahan, dengan harapkan program tersebut dapat memenuhi kebutuhan air di areal persawahan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Hasil produksi yang meningkat tentunya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan anggotanya dengan meningkatnya pendapatan/ penghasilan dari usaha pertanian yang dilakukan. Salah satu unit GP3A di Kabupaten Bogor adalah GP3A Mitra Tani yang berlokasi di kecamatan Leuwiliang dan dibentuk pada tanggal 7 Oktober 2004. GP3A Mitra Tani berada di wilayah Daerah Irigasi (DI) Cianten Cigatet dengan luas areal yang terairi sekitar 422 Ha. GP3A Mitra Tani terdiri dari 5 Unit P3A yang meliputi 5 Desa, salah satunya yaitu P3A Sugih Tani di Desa Karehkel. Mayoritas anggota GP3A merupakan petani tanaman padi yang membutuhkan air untuk kegiatan pertanian.

(21)

persawahan GP3A Mitra Tani (Lampiran 1), sehingga menyebabkan kurangnya ketersedian air dengan kondisi saluran tersier yang rusak. Kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier ini berpengaruh untuk blok 1 di P3A Sugih Tani dengan jumlah petani sebanyak 56 orang.

Kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan air yang mencukupi bagi luas areal persawahan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi dan mempengaruhi pendapatan petani. Kegitan tersebut diharapkan memberikan pengaruh yang signifikan dari program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A yang timbul terhadap pendapatan petani padi anggota GP3A.

Berdasarkan kondisi di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ?

2. Apakah pelaksanaan program Pemberdayaan GP3A telah memberikan pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani padi peserta program dari sisi ekonomi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan dalam program

pemberdayaan GP3A dengan melihat sejauh mana konsep kegiatan tersebut dapat diterapkan di GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor guna meningkatkan kinerja GP3A tersebut dalam pengelolaan irigasi.

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Bahan masukan dan evaluasi bagi pemerintah daerah tentang pelaksanaan Program pemberdayaan GP3A.

2. Media penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh, bagi penulis. 3. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penulisan selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi, namun pada penelitian ini difokuskan untuk mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A dari kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier di areal persawahan guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi.

(23)

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Karakteristik Masyarakat Petani di Pedesaan

Masyarakat desa adalah individu yang bertinggal di desa. Secara sosiologis, desa merupakan satu kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal. Kehidupan masyarakat desa banyak bergantung kepada alam, dan desa sering digambarkan dengan masyarakat yang hidup sederhana. Sebagian besar masyarakat pedesaan hidup dari kegiatan pertanian dan pendidikannya relatif rendah. Ikatan sosial, adat dan tradisi masyarakat desa masih kuat, serta bersifat jujur dan bersahaja dalam kehidupan sehari – hari 5.

Pada umumnya atau kebanyakan mata pencaharian masyarakat di daerah pedesaan adalah bertani. Seorang petani harus kompeten dalam bermacam-macam keahlian seperti keahlian memelihara tanah, bercocok tanam, hama dan penyakit tanaman, pemasaran, dan sebagainya. Ciri-ciri umum masyarakat petani di pedesaan menurut riset Sayogyo (1993) antara lain :

1. Satuan keluarga (rumah tangga) petani adalah satuan dasar dalam masyarakat desa yang berdimensi ganda;

2. Petani hidup dari usahatani, dengan mengolah tanah atau lahan; 3. Pola kebudayaan petani berciri tradiosional dan khas;

4. Petani menduduki posisi rendah dalam masyarakat, mereka adalah ”orang kecil” terhadap masyarakat di atas desa .

Sedangkan Soekartawi (1986) mengidentifikasikan ”petani kecil” dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat. 2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup

yang rendah.

3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsistem 4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan

lainnya.

5

(24)

Petani merupakan kelompok masyarakat yang memegang peranan penting, baik dinegara industri maupun negara berkembang. Usahatani kecil merupakan bentuk usaha yang mengolah lahan terbatas, menggunakan semua atau sebagian tenaga kerja keluarga sendiri dalam kesatuan usaha ekonomi yang mandiri. Usahatani merupakan bentuk usaha paling banyak dan memasok sebagian besar hasil produksi pertanian. Tipe usahatani yang paling sering ditemui dibanyak negara adalah usahatani keluarga, mereka terorganisir menurut masing-masing struktur keluarga tani yang berlaku.

2.2. Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A)

Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) diatur dan dijelaskan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air6. Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) adalah istilah umum untuk wadah kelembagaan dari sejumlah P3A yang memanfaatkan fasilitas irigasi, yang bersepakat bekerjasama dalam pengelolaan pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder. Pembentukan GP3A dilakukan dengan cara :

1. Beberapa P3A yang berlokasi pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder mengadakan kesepakatan untuk membentuk GP3A, kepengurusan GP3A, serta menyusun rancangan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga GP3A.

2. Pembentukan GP3A, kepengurusan GP3A, serta anggaran dasar dan anggaran dasar rumah tangga GP3A ditetapkan dalam rapat anggota dan dilaporkan oleh pengurus/ketua GP3A kepada Bupati/ Walikota setempat. Dalam kaitan dengan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, pengurus GP3A wajib mendaftarkan anggaran dasar GP3A kepada pengadilan negeri atau notaris setempat untuk mendapatkan status badan hukum.

Susunan organisasi GP3A terdiri dari pengurus dan anggota. Setiap anggota GP3A berhak untuk dipilih dan memilih dalam kepengurusan serta berhak mendapatkan pelayanan air irigasi yang adil sesuai dengan ketentuan

6

(25)

pembagian air yang berlaku. Sedangkan kewajiban anggota GP3A yaitu menjaga kelangsungan fungsi sarana dan prasarana irigasi, wajib membayar iuran pengelolaan irigasi, dan melaksanakan ketentuan – ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan – keputusan lain yang ditetapkan oleh rapat anggota.

Pemberdayaan GP3A dilakukan untuk menguatkan kelembagaan sampai berstatus badan hukum dan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia di bidang organisasi, teknis, dan keuangan untuk mengelola suatu sistem irigasi secara mandiri dalam upaya keberlanjutan sistem irigasi. Pemberdayaan GP3A dilakukan melalui rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dengan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi. Berdasarkan kemitraan , transparansi, demokratis, akuntabilitas, dan kepastian hukum sesuai dengan tingkat kepentingannya.

Dana yang diterima guna pemberdayaan GP3A dikelola secara otonom oleh GP3A sendiri sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Adapun dana GP3A dapat bersumber dari :

1. Iuran pengelolaan irigasi yang berasal dari anggota P3A;

Besarnya iuran, pemungutan, pengelolaan dan pemanfaatannya ditetapkan oleh P3A dan GP3A. Serta dikelola secara transparan dalam penyelenggaraan tugas dan kewajibanya serta biaya pengelolaan irigasi. 2. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

3. Usaha – usaha lain yang sah menurut hukum;

4. Bantuan pemerintah dan pemerintah daerah (APBD atau APBN);

Bantuan ini diberikan atas dasar permintaan dan kesepakatan dengan GP3A. Besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah dan pemerintah daerah dengan memperhatikan prinsip kemandirian GP3A. Tata cara penyaluran dan pertanggungjawaban bantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan pedoman pendanan pengelolaan irigasi yang berlaku.

5. Bantuan dari Yayasan/ Luar negeri

(26)

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tugas Pembantuan dari Departemen Pekerjaan Umum kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Hasil dari kegiatan ini adalah terlaksananya perkuatan irigasi partisipatif di tingkat petani serta meningkatnya tanggung jawab P3A dalam pengelolaan irigasi partisipatif.

Program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi. Pemberdayaan GP3A melalaui kerjasama pengelolaan Irigasi secara partisipatif dilakukan untuk mengembangkan kemampuan GP3A di kabupaten Bogor yang memenuhi syarat untuk mengelola sistem irigasi secara partisipatif.

2.3.Penelitian Terdahulu

2.3.1. Studi Empiris Mengenai Pemberdayaan

Penelitian mengenai pemberdayaan komunitas nelayan melalui penerapan program sea farming, studi kasus komunitas nelayan sea farming Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Jakarta dilakukan oleh Rio (2009). Rio menggunakan metode pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perkembangan keberdayaan komunitas nelayan sea farming jika dilihat berdasarkan delapan Tingkatan Partisipasi Arnstein, telah sampai pada tahap kemitraan dan pendelegasian kekuasaan. Kemandirian secara material telah sangat terlihat jelas dari pengamatan dan pengakuan para informan, namun secara kelompok masih perlu binaan lebih jauh lagi.

(27)

yang terkait dalam kelembagaan SF sehingga kelompok SF dapat memahami peran dan posisinya dalam kelembagaan SF.

2.3.2. Studi Empiris Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru (Studi kasus Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat) dilakukan oleh Feni (2009). Feni menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C ratio. Tingkat produksi rata – rata padi pandan wangi sebesar 11.702,40 kg MKP per hektar per tahun sedangkan varietas unggul baru adalah sebesar 16.042,79 kg GKP per hektar per tahun. Pendapatan tunai usahatani padi pandan wangi pertahun perhektar lahan adalah sebesar Rp 25.817.911,57 sedangkan padi varietes unggul baru menghasilkan pendapatan tunai sebesar Rp 23.719.117,86. Pendapatan total usahatani padi pandan wangi adalah sebesar Rp 20.503.308,15 sedangkan padi varietes unggul baru adalah sebesar Rp 18.936.495,37. Nilai R/C rasio atas biaya tunai pada usahatani pandanwangi adalah 4,78 dan pada usahatani varietes unggul baru adalah 3,40. Sedangkan nilai R/C rasio atas biaya total untuk usahatani padi pandan wangi adalah 2,69 dan untuk varietes unggul baru adalah 2,29. Dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua varietes padi tersebut layak untuk diusahakan karena efisien secara pendapatan.

(28)

menjadi milik petani penggarap dan 2/3 hasil panen diberikan kepada pemilik lahan dengan seluruh biaya dikeluarkan oleh pemilik lahan.

Saluran pemasaran beras pandan wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran 2c, sedangkan saluran pemasaran beras varietas unggul baru yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran 2 karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer’s share terbesar dan penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran lebih merata.

Juniasti (2009) melakukan penelitian Analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional (Kasus : Varietas bondoyudo pada gapoktan tani bersatu, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor). Juniasti menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis faktor produksi usahatani, analisis tataniaga. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani bondoyudo adalah Rp 6.311.564, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. nilai R/C Rasio atas biaya tunai adalah 2,66, sedangkan nilai R/C Rasio atas biaya total adalah 1,50.

Faktor – faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6),

furadan (X7), pestisida (X8), dan tenaga kerja (X9). Hasil regresi secara

keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) -

1.0 (X3) – 4.02 (X4) – 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9).

Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93.6 persen. Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan, benih, dan pestisida berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP dan tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 85 persen. Saluran yang lebih efisien adalah saluran 1 (petani – pedagang pengumpul – konsumen), karena nilai farmer’s share dan rasio keuntungan/biaya nilainya paling besar dan nilai margin tataniaga paling kecil.

2.3.3. Studi Empiris Mengenai Program Pemberdayaan dan Analisis Pendapatan

Komarudin (2009) melakukan penelitian Pengaruh program local

(29)

pendapatan petani di Desa Cipelang Kec. Cijeruk Kabupaten Bogor. Pendapatan atas biaya total per musim untuk petani non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 dan 0,6 – 2,5 hektar adalah Rp 20.030.300,- dan Rp 19.314.600,-. Pendapatan atas biaya total per musim untuk petani non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 dan 0,6 – 2,5 hektar adalah Rp 8.822.919,- dan Rp 15.518.950,-. Kondisi ini dipengaruhi oleh penggunaan input produksi yang berbeda berdasarkan luas lahan yang digunakan.

Nilai R/C Rasio pada petani peserta dan non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 atas biaya total adalah 2,53 dan 1,94. Kondisi ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan pada dasarnya memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan petani non peserta program. Nilai R/C rasio atas biaya total untuk petani peserta dan non peserta program dengan luas lahan 0,6 – 2,5 hektar adalah 2,54 dan 2,09. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat imbangan penerimaan dan biaya pada petani peserta program memang lebih besar dibandingkan petani non peserta program.

Variabel bebas yang digunakan dalam model penduga fungsi produksi adalah bibit, pupuk kandang, urea, SP-36, KCL, dan Tenaga Kerja. Faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi nenas meliputi penggunaan bibit, luas lahan, penggunaan pupuk kandang dan tenaga kerja. Sedangkan faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan meliputi harga bibit, pupuk kandang, urea, Sp-36, KCL, harga jual nenas dan dummy antara peserta dan non peserta program.

(30)

bernilai negatif. Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya ketidakefisienan dalam melakukan usaha.

Hasil analisis diskriminan menunjukkan faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian adalah tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, jumlah keluarga, dan modal.

Ifan (2009) melakukan penelitian pengaruh program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pencapaian program PEMP dari sisi ekonomi terlihat dari penggunaan dana DEP bergulir yang seluruhnya untuk keberlangsungan usaha, dimana terjadi peningkatan biaya usaha yang lebih dominan dibandingkan investasi usaha. Rata – rata peningkatan biaya usaha sebesar 30,27 persen mampu meningkatkan pendapatan rata – rata per bulan sebesar 31,19 persen atau rata – rata Rp 2.258.000 dari pendapatan awal seluruh responden sebelum mengikuti program PEMP. Hal ini semakin diperjelas dari hasil uji – t yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan secara nyata terhadap pendapatan masyarakat pesisir peserta program pada taraf kesalahan < 5 persen.

Secara sosial tidak terlihat adanya perkembangan hubungan kerjasama (kelembagaan) antara pengurus koperasi dan peserta program. Hubungan yang terjadi hanya sebatas urusan permodalan bukan yang lainnya. Namun setidaknya dari sisi budaya terlihat dari mulai tumbuhnya kebiasaan untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan responden untuk ditabung.

(31)

Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

Nama

Penulis Tahun Judul Metode Analisis

Rio 2009 Pemberdayaan komunitas nelayan melalui penerapan program sea farming (studi kasus komunitas nelayan sea farming Pulau Panggang, Kel. Pulau Panggang,

2009 Analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul

2008 Analisis usahatani dan pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru (Kasus : Kec. Warungkondang, Kab. Cianjur,

2009 Analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional

Komarudin 2009 Pengaruh program local economic resources development komoditi

2009 Pengaruh program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kab. Sukabumi, Jawa Barat

Analisis

Pendapatan, R/C rasio,

(32)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya konsep usahatani, imbangan penerimaan dan biaya (R/C Rasio) dan Uji t Berpasangan (paired t - test). Konsep tersebut berfungsi untuk menguraikan teori – teori dalam upaya menjawab tujuan penelitian secara deduktif, yaitu menganalisis pendapatan masyarakat pedesaan peserta program pemberdayaan GP3A sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki, serta menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan peserta program dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum saluran tersier diperbaiki dengan sesudah saluran tersier diperbaiki.

3.1.1. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang, sehingga sampai saat ini tidak terdapat makna yang baku terhadap istilah pemberdayaan. Istilah pemberdayaan (empowerment) berasal dari akar kata empower, dapat diartikan sebagai berikut7 :

1. Menguasakan, memberi kuasa, atau memberi wewenang sehingga si objek yang menjadi kuasa

2. Memberikan kewenangan atau memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memahami sehingga mengarahkan dirinya sendiri

3. Memberikan bantuan kepada seseorang untuk memperoleh kemampuan dalam memutuskan dan bertindak sendiri dengan pengurangan keterbatasan perorangan dan masyarakat, dengan meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam memanfaatkan kemampuan, dan dengan transfer kemampuan lingkungan pada seseorang.

4. Proses untuk meningkatkan asset dan kemampuan secara individual maupun kelompok suatu masyarakat.

7

(33)

Berdasarkan pemahaman di atas, secara garis besar pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat, kemandirian tersebut merupakan proses pengembangan kekuatan pada diri manusia untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan berawal dari pemberdayaan setiap individu (rumah tangga) sampai ke komunitas (kelompok masyarakat).

Dalam konteks ini, maka pemberdayaan masyarakat setidaknya dilakukan melalui tiga aspek pokok, yakni :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Sebagai titik tolak pemahaman bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada satupun manusia atau masyarakat yang sama sekali tanpa daya atau tidak memiliki potensi sumber daya. Untuk itu, pemberdayaan merupakan upaya untuk mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi sumber daya yang dimilikinya dan mengembangkannya secara produktif. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Upaya produktif

ini dilakukan dengan pemberian input, berupa bantuan dana, pembanguna sarana dan prasarana pendukung, baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (sekolah, kesehatan), serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah, serta pemberian kemudahan akses dan berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. 3. Melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat yang

(34)

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya merupakan upaya penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh dan mengelola faktor – faktor produksi, serta penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu alternatif strategi pengelolaan pembangunan memprasyaratkan adanya keterlibatan langsung masyarakat, baik secara perorangan sebagai warga masyarakat maupun secara lembaga, dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi hasil – hasil pembangunan

Pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas atau modal saja, tetapi harus ikut serta dalam mendukung berkembangnya potensi masyarakat melalui peningkatan peran terhadap empat akses yaitu: sumberdaya, teknologi, pasar, dan sumber biaya. Empat akses tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memfasilitasinya, dan diperlukan peran aktif dari kelompok – kelompok masyarakat di desa untuk membentuk usaha bersama atas kepentingan bersama.

Konsep pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi – institusi pemerintah sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, polotik, sosial, dan budaya. Kekuatan dasar tersebut adalah hubungan sinergis antara masyarakat dengan institusi – institusi pemerintah yang harus terus dikembangkan agar perkambangan ekonomi masyarakat pedesaan terus meningkat.

3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani

(35)

yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang (Soekarwati et al, 1986).

Pendapatan usahatani yang diterima seseorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan petani ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya masih dapat berubah dalam batas-batas kemampuan petani, misalnya luas lahan usaha tani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Tetapi ada pula faktor – faktor yang tidak dapat berubah seperti iklim dan jenis lahan.

Ukuran pendapatan dan keuntungan dapat dikemukakan dalam beberapa definisi (Soekarwati et al, 1986), yaitu :

1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) : nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencangkup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.

2. Pengeluaran usahatani (farm payment) : jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani dan tidak mencangkup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.

3. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) : selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani.

4. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) : penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.

5. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive) : semua biaya-biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai , penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.

6. Pendapatan total usahatani (total farm income) : merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total.

(36)

Biaya yang diperhitungkan digunakkan untuk menghitung nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri.

Menurut Hermanto (1988), klasifikasi biaya penting dalam membandingkan pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada pernyataan pendapatan. Ada empat kategori atau pengelompokkan biaya, yaitu :

1. Biaya tetap (fixed costs) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi atau bisa juga diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan alat pertanian dan bunga pinjaman.

2. Biaya variabel atau biaya berubah (variable costs) adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi atau besar kecilnya biaya yang sangat bergantung kepada biaya skala produksi, misalnya : biaya untuk benih, pupuk, obat pembasmi hama dan penyakit, biaya tenaga kerja, biaya panen, dan biaya pengolahan tanah.

3. Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan, berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya : pajak tanah, pajak air, bunga pinjaman. Sedangkan biaya variabel misalnya : biaya untuk benih, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja luar keluarga.

4. Biaya tidak tunai adalah biaya yang diperhitungkan, berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya : biaya penyusutan alat – alat pertanian. Sedangkan biaya variabel misalnya : tenaga kerja dalam keluarga.

Dalam pembiayaan juga dikenal biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan biaya tidak langsung diluar proses produksi seperti halnya biaya penyusutan.

3.1.3. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

(37)

untuk mengetahui keuntungan usahatani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya atau R/C.

R/C Rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu berarti penerimaan yang diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan memperoleh penerimaan tersebut sehingga kegiatan usahatani efisien untuk dilakukan. Sebaliknya, jika R/C rasio lebih kecil dari satu maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan tidak efisien. Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usahatani mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas.

3.1.4. Uji t Berpasangan (Paired t Test)

Statistik memegang peranan yang penting dalam penelitian, baik dalam penyusunan model, dalam perumusan hipotesis, dalam pengembangan alat dan instrumen pengumpulan data, dalam penyusunan desain penelitian, dalam penentuan sampel, dan dalam analisis data. Statistik dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kualitas antara dua atau lebih variabel benar – benar terkait secara benar dalam suatu kualitas empiris, ataukah hubungan tersebut hanya bersifat random atau hanya kebetulan saja (M. Nazir 2005).

(38)

pendugaan mengenai karekteristik (ciri) dari suatu populasi, seperti mean dan Uji t8.

Mengingat tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk menguji hipotesis – hipotesis yang telah dirumuskan, maka statistik telah banyak sekali menolong peneliti dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu hipotesis. Dalam hubungannya dengan pengujian hipotesis, seorang peneliti dapat mengalami hasil error. Jika sebuah hipotesis ditolak, di mana sebenarnya hipotesis tersebut harus diterima, maka dikatakan, peneliti tersebut telah membuat error tipe I. Di lain pihak, jika suatu hipotesis yang seharusnya ditolak, tetapi diterima, peneliti telah membuat error tipe II. Tipe error yang dibuat sangat tergantung dari cara seseorang memformulasikan hipotesisnya.

Dalam penelitian dengan metode percobaan, hipotesis yang sering dirumuskan adalah hipotesis nul. Hipotesis ini dibuat sedemikian rupa, sehingga probabilitas membuat error tipe I dapat dicari. Probabilitas untuk membuat error

tipe I dapat dispesifikasikan, dan kemungkinan membuat error tipe I tersebut dinamakan level significance. Level significance yang sering digunakan adalah 0,05 atau 0,01.

Uji t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri – ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sempel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua9.

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian tentang pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ini diawali dari permasalahan areal persawahan di Kabupaten Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit. Sawah beririgasi adalah Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi yang dilengkapi bangunan penyada

8

http : /www.skripsizone.com/Jenis Statistik. 2008. Diakses 15 Mei 2010.

9

(39)

dan jaringan – jaringannya yang diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat.

Sistem irigasi sangat penting guna mengatur ketersediaan air bagi tanaman padi. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Dengan ketersediaan air yang cukup melalui saluran irigasi, akan menghasilkan produktivitas padi lebih efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, pemerintah mencanangkan program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A). Secara umum program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi, namun pada penelitian ini lebih mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A dari sisi kerjasama pengelolaan irigasi dengan bantuan dana dari luar negeri (WISMP) khususnya berupa kegiatan Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier.

Pelaksanaan program pemberdayaan GP3A melalui kegiatan Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier dilaksanakan guna memberikan manfaat bagi para petani padi anggota GP3A. Penilaian terhadap program tesebut perlu dilakukan guna mengetahui apakah telah memberikan pengaruh positif dan bermanfaat bagi para petani padi anggota GP3A. Bentuk penilaian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengukur tingkat pendapatan petani padi sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Pendapatan usahatani diukur dengan mengurangkan penerimaan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan ini kemudian dibandingkan dengan biaya yang terjadi (R/C) untuk mengetahui efisiensi usahatani tersebut. Bila R/C >1 maka usahatani efisien untuk dilaksanakan, tetapi bila R/C <1 maka usahatani ini tidak efisien untuk dilaksanakan.

(40)

(berpasangan). Hipotesis yang dibuat adalah Rata – rata pendapatan meningkat setelah program dilakukan.

(41)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Areal persawahan di Kab. Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit, Sebagian Besar merupakan sawah

dengan irigasi sederhana

Ketersediaan air di areal persawahan kurang tercukupi

dan tidak teratur

Program pemberdayaan GP3A (Rehabilitasi/ Perbaikan

saluran tersier)

 Kegiatan program pemberdayaan GP3A dan kinerja GP3A  Pendapatan Petani Anggota GP3A

Sebelum Program dilakukan  Analisis Pendapatan  R/C Rasio

Setelah Program dilakukan  Analisis Pendapatan  R/C Rasio

Perbedaan Pendapatan Uji t Berpasangan

(t – Paired Test)

(42)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kelompok GP3A Mitra Tani di kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa kelompok GP3A Mitra Tani merupakan salah satu kelompok GP3A yang sudah maju dan berkembang di Kabupaten Bogor. GP3A Mitra tani memiliki SDM yang berkualitas di bidang pertanian, karena sudah adanya Pusat Pelatihan dan Pendidikan Pertanian Swadaya (P4S). GP3A Mitra Tani juga telah memiliki Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA), Usaha penggilingan padi dan pengelolaan Traktor, serta kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor sehingga memiliki satu orang pendamping masyarakat (Seorang Sarjana Pertanian) untuk membantu memecahkan masalah – masalah yang timbul. Penelitian ini diawali dengan melakukan pra survei ke lokasi dan dilanjutkan dengan survey yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010.

4.2.Metode Penentuan Responden

GP3A Mitra Tani terdiri dari 5 Unit P3A yang meliputi 5 Desa, salah satunya yaitu P3A Sugih Tani di Desa Karehkel. Areal persawahan di P3A Sugih Tani terbagi dalam beberapa blok. Program pemberdayaan GP3A khususnya kegiatan Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier yang dilakukan pada bulan Agustus 2008 berada di areal persawahan Blok 1 P3A Sugih Tani, sehingga kegiatan tersebut paling dirasakan oleh petani padi di Blok 1 P3A Sugih Tani Desa Karehkel. Oleh sebab itu, populasi yang diambil adalah petani anggota GP3A Mitra Tani di blok 1 P3A Sugih Tani sebanyak 56 Orang.

(43)

4.3.Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan mencangkup data karakteristik petani responden (Status usaha petani responden, umur petani responden, tingkat pendidikan petani responden, luas lahan petani responden, pengalaman bertani, dan status kepamilikan lahan), serta kegiatan usahatani berupa penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan dalam kegiatan usahatani padi. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor serta GP3A Mitra Tani. Data sekunder tersebut mencangkup data Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan di Kab Bogor Tahun 2009, Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor, Proyeksi permintaan beras dalam periode 2005 – 2025 menurut wilayah, penjelasan/ definisi GP3A, dan Gambaran GP3A Mitra Tani. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari internet serta beberapa studi literatur berupa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini.

4.4.Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer untuk keperluan data primer. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data selalu berhubungan dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Data yang dikumpulkan harus valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan dengan alat ukur yang cukup valid serta kualitas dari pengambil data yang harus terampil.

Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok (Nazir 2005), yaitu:

1. Metode pengamatan langsung.

(44)

dapat memperoleh data dari subjek yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal.

2. Metode dengan menggunakan pertanyaan (Wawancara).

Metode ini dilakukan dengan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Wawancara ini adalah suatu proses pengumpulan data untuk penelitian, jadi harus dapat membedakan dengan percakapan sehari – hari.

Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan ketua GP3A dan para petani anggota GP3A yang menjadi responden dalam penelitian ini. Wawancara disertai dengan menggunakan panduan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian.

4.5.Metode Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dapat memberikan dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2005). Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpulan dari lapangan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian.

Data kuantitatif dianalisis untuk melihat pengaruh program Pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan peserta program dengan melakukan analisis pendapatan berdasarkan biaya usaha dan pendapatan usaha sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Analisis selanjutnya adalah dengan melakukan uji t berpasangan (pired t – test) guna mengetahui pengaruh nyata dari pelaksanaan program terhadap nilai pendapatan masyarakat pedesaan (petani padi), dilihat dari perbedaan pendapatan sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki.

(45)

menginterprestasikan hasil pengolahan data melalui tabulasi dan gambar. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunkan Microsoft Exel dan

SPSS (Statistical Package For The Social Science).

4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Untuk melihat pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan dilakukan dengan pendekatan keuntungan, yakni dengan melihat selisih perbandingan penerimaan dan pengeluaran sebelum (masa panen bulan Januari dan Juni 2008) dan sesudah (masa panen bulan Januari dan Juni 200) saluran tersier diperbaiki melalui analisis pendapatan.

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total (Soekarwati et al, 1986). Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah :

TR = P x Q

TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan π atas biaya tunai = TR – biaya tunai π atas biaya total = TR – TC

Keterangan :

TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) P : Harga Output (Rp/Kg) Q : Jumlah Output (Kg)

π : pendapatan atau keuntungan (Rp)

(46)

4.5.2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Menurut Murdiani (2008), efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C. R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan (R) dengan total biaya (C) dalam satu kali periode produksi usahatani. Rumus R/C adalah sebagai berikut :

R/C Rasio atas biaya tunai = TR/Biaya tunai R/C Rasio atas biaya total = TR/TC

Keterangan :

TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp)

Nilai R/C> 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan efisien karena kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak efisien karena kegiatan usahatani yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani.

4.5.3. Uji t Berpasangan (Paired t Test)

Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan petani padi setelah program pemberdayaan GP3A dilakukan khususnya kegiatan rehabilitasi/ perbaikan saluran tersier berdasarkan hipotesis yang diajukan, yaitu :

Hipotesis : Rata – rata pendapatan berbeda nyata setelah program dilakukan.

H0 : Rata – rata pendapatan sebelum program tidak beda nyata atau sama

dengan setelah program dilakukan.

Hα : Rata – rata pendapatan sebelum program berbeda nyata dengan setelah

(47)

Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai

thitung dengan ttabel, yakni thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak. Untuk batas penerimaan dan

penolakan H0 , ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α = 0,05.

Nilai thitung diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Supranto & Limakrisna 2010) :

Adapun pengambilan keputusan uji Hipotesis menggunakan SPSS dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dengan nilai α, yaitu jika probabilitas atau P-value < α maka H0 ditolak, sebaliknya jika P-value > α maka

H0 diterima.

4.6.Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa definisi operasional, antara lain :

1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencangkup pinjaman uang untuk keperluan usahatani dan diukur dengan satuan rupiah. 2. Pengeluaran usahatani (farm payment) adalah jumlah biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani dan tidak mencangkup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok serta diukur dengan satuan rupiah. 3. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) adalah selisih antara

penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani dan diukur dengan satuan rupiah.

4. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) adalah penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai

Sd =

(∑d)² n ∑d²

Gambar

Tabel 1. Proyeksi Permintaan Beras dalam Periode 2005 – 2025, menurut Wilayah  (000 ton)
Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor
Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pokok masalah pada penelitian ini adalah “ Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Dijadikan Sebagai Kurir Narkotika Persfektif Hukum Islam (Stud y Kasus

i. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

halnya mikroorganisme lain, diduga eksudat yang dikeluarkan oleh akar tanaman akan mempengaruhi pula populasi dan keragaman mikroorganisme pelarut fosfat di tanah

Dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, dilakukan rekapitulasi dan analisis resep yang mengandung obat antiasma dan antialergi pada

Hasil penelitian ini menunjukkan N tanah berpengaruh sangat tidak nyata untuk semua perlakuan pupuk anorganik N baik N-Urea maupun N-ZA dan pupuk organik, dan

Pengamanan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan berfikir kreatif pada mata pelajaran ekonomi kelas X

Hasil penelitiaan ini sejalan dengan penelitian oleh Nina Sufiana at all (2011) yang menyatakan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh positif