• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerimaan Sayuran Hidroponik

Perhitungan penerimaan yang diterima suatu usaha dipengaruhi oleh harga jual komoditas serta jumlah yang dapat dijual atau nilai yang diperoleh dari komoditas tersebut. Pada usaha sayuran hidroponik PT KSS harga jual untuk masing-masing komoditas (bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy) dipatok dengan harga sama yaitu Rp 9.500 untuk tiap kemasan 250 gram atau setara dengan harga Rp 38.000 per kilogram. Harga jual sayuran hidroponik bila dibandingkan dengan sayuran konvensional jauh lebih tinggi. Dalam pengamatan di lapangan, misalnya untuk komoditas bayam dan kangkung konvensional yang dijual di pasar tradisional, harga jual per 250 gram hanya berkisar Rp 1.500 - 2.500. Harga jual sayuran hidroponik lebih dari tiga kali lipat harga jual sayuran konvensional.

51 Jumlah produksi sayuran dihitung berdasarkan produktivitas sayuran setelah disortasi. Produktivitas sayuran ini diperoleh dari data perusahaan yang telah menghitung bahwa produktivitas bayam 1,5 kg/m2, kangkung 2 kg/m2, caysim 1,5 kg/m2, dan pakcoy 1,8 kg/m2. Besarnya produktivitas tersebut dipengaruhi oleh kualitas benih dan berapa besar tanaman yang terbuang saat sortasi dilakukan. Maka untuk menghitung jumlah produksi dalam luas lahan 500 m2 dalam waktu satu tahun dapat diperoleh dengan cara mengalikan produktivitas sayuran dengan luas lahan dan jumlah siklus produksi per tahun. Jumlah siklus produksi dalam satu tahun untuk komoditas bayam 11 kali, kangkung 13 kali, pakcoy dan caysim delapan kali. Siklus produksi tersebut diperoleh dari asumsi jumlah hari dalam setahun (360 hari) dibagi dengan lamanya waktu produksi dari tanam hingga saat panen, yaitu bayam 31 hari, kangkung 27 hari, pakcoy dan caysim 42 hari. Penerimaan usaha sayuran hidroponik per 500 m2 dalam waktu satu tahun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penerimaan Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS Per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun

Komponen Komoditas Sayuran Hidroponik

Bayam Kangkung Pakcoy Caysim Total penerimaan (Rp) 330.600.000 505.400.000 294.120.000 245.100.000 Jumlah produksi (kg) 8700 13300 7740 6450 Harga satuan (per kg) 38000 38000 38000 38000

Berdasarkan pada Tabel 9, total penerimaan yang paling besar diperoleh pada komoditas kangkung. Komoditas kangkung memiliki produktivitas sayuran yang paling tinggi yaitu 2 kg/m2 dan jumlah siklus produksi dalam satu tahun juga paling banyak yaitu 13 kali siklus produksi. Oleh karena itu, dengan harga jual yang sama, total penerimaan kangkung sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Penerimaan yang paling rendah yaitu pada komoditas caysim. Hal ini dikarenakan produktivitas caysim hanya sebesar 1,5 kg/m2 dengan siklus produksi 8 kali dalam setahun.

52 6.3 Analisis Keuntungan, Efisiensi Usaha, dan Titik Impas Sayuran

Hidroponik

Analisis keuntungan usaha diperoleh dengan cara mengurangi total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Total penerimaan dan total biaya pada tiap komoditas berbeda sehingga keuntungan usaha yang diperoleh juga berbeda jumlahnya. Keuntungan usaha yang besar dapat diperoleh dari kecilnya jumlah biaya yang dikeluarkan ataupun tingginya jumlah penerimaan yang diperoleh. Perhitungan keuntungan usaha pada komoditas bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy hidroponik untuk luasan lahan 500 m2 dalam kurun waktu satu tahun dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Keuntungan Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS pada Luasan 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun

Komponen Komoditas Sayuran Hidroponik

Bayam Kangkung Pakcoy Caysim Total penerimaan (Rp) 330.600.000 505.400.000 294.120.000 245.100.000 Total biaya (Rp) 205.391.988 186.670.488 197.614.588 192.574.988 Keuntungan usaha (Rp) 125.208.013 318.729.513 96.505.413 52.525.013

Keuntungan usaha paling tinggi terdapat pada komoditas kangkung yaitu sebesar Rp 318.729.513, sedangkan komoditas lainnya hanya berkisar antara Rp 52 juta – Rp 125 juta. Jika dilihat dari penerimaan yang diperoleh, komoditas kangkung memiliki penerimaan paling tinggi, sementara biaya yang dikeluarkan paling rendah. Komoditas caysim menghasilkan keuntungan usaha yang paling rendah, dikarenakan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, namun penerimaan yang diperoleh tidak besar jumlahnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komoditas kangkung merupakan komoditas yang paling menguntungkan untuk diusahakan.

Efisiensi usaha dianalisis dengan menggunakan analisis R/C rasio. Efisiensi usaha memperlihatkan perbandingan antara penerimaan yang diterima dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pada produksi sayuran hidroponik. R/C rasio dihitung dengan cara membagi total penerimaan dengan total biaya. Usaha dikatakan efisien apabila memiliki nilai R/C rasio > 1. Semakin besar nilai R/C rasio maka usaha tersebut semakin efisien. Perhitungan efisiensi usaha pada

53 komoditas bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy hidroponik untuk luasan lahan 500 m2 dalam kurun waktu satu tahun dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS pada Luasan 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun

Komponen Komoditas Sayuran Hidroponik

Bayam Kangkung Pakcoy Caysim Total penerimaan (Rp) 330.600.000 505.400.000 294.120.000 245.100.000 Total biaya (Rp) 205.391.988 186.670.488 197.614.588 192.574.988 Efisiensi usaha (R/C rasio) 1,61 2,71 1,49 1,27

Berdasarkan Tabel 11, efisiensi usaha (R/C rasio) yang diperoleh pada setiap komoditas sayuran hidroponik telah mencapai angka lebih dari satu, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut efisien. Nilai R/C rasio yang didapatkan tiap komoditas berbeda. Komoditas bayam memiliki nilai R/C rasio 1,61, kangkung 2,71, pakcoy 1,49, dan caysim 1,27. Komoditas yang dapat dikatakan kurang efisien yaitu yaitu komoditas caysim sedangkan komoditas yang paling efisien yaitu kangkung dengan nilai R/C rasio sebesar 2,71.

Penerimaan kangkung hidroponik paling tinggi dengan penggunaan biaya yang paling rendah sehingga menghasilkan usaha yang sangat efisien. Komoditas kangkung ditanam oleh perusahaan dengan metode substrat kerikil, sedangkan komoditas lain menggunakan media styrofoam dan rockwool sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi cukup besar. Siklus produksi kangkung juga paling singkat yaitu hanya 27 hari dari benih hingga siap dipanen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa usaha sayuran yang paling efisien untuk dijalankan yaitu komoditas kangkung.

Analisis titik impas (break even point) dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum sayuran hidroponik yang harus terjual agar hasil penjualan yang diperoleh sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Jadi dapat diketahui jumlah penjualan tiap komoditas sayuran hidroponik agar perusahaan tidak mengalami kerugian namun pada kondisi ini perusahaan juga belum mendapatkan keuntungan. Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam usaha sayuran hidroponik ini adalah BEP dalam jumlah unit produksi (kg). Analisis titik impas dihitung dengan cara membagi total biaya tetap dengan hasil pengurangan harga

54 jual dan biaya variabel rata-rata per kilogramnya. Perhitungan titik impas pada tiap komoditas sayuran hidroponik dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Titik Impas pada Tiap Komoditas Sayuran Hidroponik di PT KSS Komponen Komoditas Sayuran Hidroponik

Bayam Kangkung Pakcoy Caysim Total biaya tetap (Rp) 136.893.188 112.655.188 136.893.188 136.893.188 Harga jual per kg (Rp) 38000 38000 38000 38000 Biaya variabel rata-rata

per kg (Rp) 7.873 5.565 7.845 8.633 Titik impas (kg) 4.544 3.473 4.540 4.661 Jumlah produksi (kg) 8700 13300 7740 6450 Berdasarkan Tabel 12, hasil analisis titik impas memperlihatkan bahwa jumlah minimum sayuran hidroponik yang harus dijual pada tiap komoditas berbeda sesuai dengan besarnya jumlah biaya variabel rata-rata per kilogramnya. Komoditas kangkung memiliki jumlah minimum/titik impas yang paling rendah, sedangkan komoditas caysim memiliki titik impas yang paling tinggi. Pada komoditas kangkung jumlah minimum produksi yaitu 3.473 kg, sedangkan jumlah produksi aktual mencapai 13.300 kg. Titik impas pada komoditas caysim tidak berbeda jauh dengan jumlah produksi caysim aktual sehingga keuntungan yang diperoleh rendah. Hal ini berarti dengan memproduksi jumlah minimum, perusahaan sudah dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, namun belum memperoleh keuntungan. Semakin jauh nilai titik impas produksi dengan jumlah produksi aktual, maka dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh semakin besar.

Berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan seperti analisis struktur biaya, keuntungan, efisiensi usaha, serta analisis titik impas dapat disimpulkan bahwa usaha sayuran hidroponik yang diusahakan PT KSS efisien dan menguntungkan. Walaupun sayuran hidroponik yang diproduksi sama dengan sayuran konvensional, namun sayuran hidroponik yang diusahakan tetap menguntungkan. Hal ini dikarenakan produktivitas tinggi serta harga jual yang ditetapkan juga tinggi (harga premium) sehingga dapat menutupi tingginya biaya yang dikeluarkan. Komoditas kangkung hidroponik merupakan komoditas yang paling efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan sayuran hidroponik

55 lainnya. Kangkung hidroponik memiliki jumlah produksi yang tinggi serta penggunaan metode substrat kerikil yang dapat lebih menghemat biaya.

6.4 Perbandingan Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Konvensional