• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Konvensional Sayuran hidroponik memiliki harga jual dan produktivitas yang tinggi bila

dibandingkan dengan sayuran konvensional. Harga jual sayuran hidroponik yang tinggi disebabkan oleh penggunaan biaya dan teknologi yang tinggi pada hidroponik. Harga jual sayuran hidroponik dapat diterima oleh segmen pasar kalangan menengah ke atas sehingga sayuran hidroponik biasa dijual di pasar-pasar modern.

Produktivitas sayuran hidroponik per kilogram per m2 juga lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional. Produktivitas yang tinggi menyebabkan jumlah produksi sayuran hidroponik dalam setahun lebih banyak dibandingkan sayuran konvensional. Produktivitas tinggi ini dikarenakan sayuran hidroponik selama masa tanamnya diberikan air dan nutrisi yang cukup dan langsung diserap melalui akar tanaman. Selain itu, siklus produksi sayuran hidroponik relatif lebih pendek dibandingkan dengan sayuran konvensional. Perbandingan sayuran hidroponik dengan sayuran konvensional dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan Sayuran Hidroponik dengan Sayuran Konvensional Komponen Bayam Kangkung Pakcoy Caysim

H K H K H K H K Harga jual (Rp/kg) 38.000 10.000 38.000 8.000 38.000 6.000 38.000 5.600 Produktivitas (kg/m2)* 1,5 0,34 2 0,64 1,8 0,9 1,5 0,9 Siklus Produksi (hari) 31 356 27 357 42 408 42 408 Keterangan : H = Hidroponik ; K = Konvensional

Sumber : *) BPS dan Dirjenhort (2011)

6

http://hortikultura.litbang.deptan.go.id. Budidaya dan Produksi Benih Bayam. [18 Maret 2013].

7

http://bibit-unggul-online.blogspot.com. Cara Menanam Kangkung Cabut. [18 Maret 2013].

8

http://bisnisukm.com/info-bisnis-budidaya-sayur-sawi.html. Info Bisnis Budidaya Sawi. [18 Maret 2013].

56 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa harga jual sayuran hidroponik per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan sayuran konvensional. Harga jual sayuran hidroponik pada PT KSS dijual dengan harga sama untuk semua komoditas yaitu Rp 38.000 per kilogram, sedangkan harga jual sayuran konvensional yang diperoleh melalui pengamatan di pasar tradisional bahwa harga jual sayuran konvensional hanya berkisar Rp 5.600 – Rp 10.000 per kilogram. Hal ini berarti sayuran hidroponik memiliki harga premium di pasaran. Apabila PT KSS menjual sayuran hidroponik dengan menggunakan harga sayuran konvensional maka biaya yang dikeluarkan tidak dapat tertutupi dan tidak memperoleh keuntungan. Analisis struktur biaya, keuntungan, dan efisiensi usaha sayuran hidroponik dengan penggunaan harga sayuran konvensional dapat dilihat pada Lampiran 6.

Produktivitas sayuran hidroponik PT KSS juga lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional. Produktivitas sayuran hidroponik dapat mencapai 2 kg/m2, sedangkan produktivitas sayuran konvensional hanya berkisar 0,3 – 0,9 kg/m2. Siklus produksi sayuran hidroponik relatif lebih pendek dibandingkan sayuran konvensional. Siklus produksi bayam hidroponik yaitu 31 hari, sedangkan bayam konvensional rata-rata 35 hari. Siklus produksi kangkung hidroponik yaitu 27 hari, sedangkan kangkung konvensional rata-rata 35 hari. Siklus produksi pakcoy dan caysim hidroponik yaitu 42 hari, sedangkan pakcoy dan caysim konvensional rata-rata 40 hari. Siklus produksi pakcoy dan caysim konvensional sedikit lebih pendek dibandingkan hidroponik.

Dari perbandingan harga jual, produktivitas, dan siklus produksi antara sayuran hidroponik dan sayuran konvensional dapat ditarik kesimpulan bahwa sayuran hidroponik memiliki harga jual premium dan jumlah produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional. Tingginya harga jual dan jumlah produksi sayuran hidroponik dapat menutupi tingginya biaya produksi yang dikeluarkan.

57

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Persentase total biaya tetap terhadap total biaya pada masing-masing komoditas sayuran berkisar antara 60-71 persen, sedangkan persentase total biaya variabel terhadap total biaya berkisar antara 28-40 persen. Komponen biaya tetap tertinggi yaitu biaya tenaga kerja tetap dan biaya distribusi, sedangkan komponen biaya variabel tertinggi yaitu biaya tenaga kerja harian. Biaya produksi yang paling kecil dikeluarkan yaitu pada komoditas kangkung. Penggunaan metode substrat dengan media kerikil pada komoditas kangkung dapat menghemat jumlah biaya yang dikeluarkan.

2) Penerimaan yang diperoleh PT KSS tinggi yaitu berdasarkan harga jual dan jumlah produksi sayuran yang dihasilkan. Jumlah produksi sayuran hidroponik PT KSS tinggi dikarenakan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan konvensional. Harga jual sayuran hidroponik juga memiliki harga premium yaitu Rp 38.000 per kilogram, sementara itu pada pengamatan di lapangan harga jual sayuran konvensional hanya berkisar Rp 5.600 – 10.000 per kilogram. Apabila sayuran hidroponik dijual dengan harga konvensional maka PT KSS tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. 3) Meskipun sayuran hidroponik yang diproduksi oleh PT KSS merupakan jenis

sayuran yang biasa diproduksi dengan konvensional, namun usaha sayuran hidroponik yang dijalankan tetap efisien dan menguntungkan. Hal ini dikarenakan harga jual serta produktivitas sayuran hidroponik yang tinggi. Efisiensi dan keuntungan ditunjukkan oleh besarnya keuntungan usaha per tahun dan nilai efisiensi usaha (R/C rasio) yang lebih dari satu yaitu 1,27 – 2,71. Komoditas kangkung hidroponik merupakan komoditas yang paling efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan sayuran hidroponik lainnya. Kangkung hidroponik memiliki jumlah produksi yang tinggi serta penggunaan metode substrat kerikil yang dapat lebih menghemat biaya.

58 7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :

1) Perusahaan harus dapat mempertahankan kualitas agar sayuran hidroponik dapat terus dijual dengan harga yang tinggi (premium). Selain itu, produktivitas yang tinggi juga harus dipertahankan untuk dapat memperoleh keuntungan sehingga usaha dapat terus berjalan. Untuk dapat meningkatkan keuntungan dan lebih menghemat biaya, sebaiknya penggunaan sistem NFT substrat dengan media kerikil tidak hanya diterapkan pada komoditas kangkung tetapi untuk semua sayuran hidroponik. Hal ini dikarenakan penggunaan media kerikil jauh lebih murah dibandingkan dengan penggunaan styrofoam dan rockwool. Media kerikil juga mampu mempersingkat siklus produksi sayuran hidroponik.

2) Identitas, ciri, dan kualitas dari sayuran hidroponik yang diproduksi harus tetap terjaga agar sayuran hidroponik tetap unggul dibandingkan sayuran konvensional. Perusahaan juga dapat lebih mempromosikan keunggulan sayuran hidroponik kepada masyarakat, misalnya dengan cara menyebar brosur, melakukan seminar dan bekerjasama dengan pemerintah agar semakin banyak konsumen yang tertarik untuk mengkonsumsi sayuran hidroponik.

59

DAFTAR PUSTAKA

Agustina H. 2009. Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Teknik Hidroponik Untuk Budidaya Bayam Hijau [Makalah]. Depok : Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia.

Anggayuhlin R. 2012. Studi Populasi Tanaman Terhadap Peningkatan Produktivitas dan Konsumsi Air Tanaman Bayam Hidroponik [skripsi]. Bogor : Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Anggraini A. 1999. Budidaya Sayuran Hidroponik Dengan Metode NFT Ditinjau Dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran (Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Astuti MD. 2007. Optimalisasi Produksi Sayuran Hidroponik PT Saung Mirwan Di Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Bogor [skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Sayuran Tahun 2009-2010. Jakarta : BPS Indonesia.

[BPS dan Dirjenhort] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Produktivitas Sayuran di Indonesia. Jakarta : BPS dan Dirjenhort Indonesia.

Chow V. 1990. The Commercial Approach in Hydroponics. International Seminar on Hydroponic Culture of High Value Crops in The Tropics in Malaysia, November 25-27.

Dahlia E. 2002. Analisis Finansial Usahatani Tomat Apel (Recento F1) Hidroponik [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[Dirjenhort] Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2010. Jakarta: Dirjen Hortikultura.

Ginting D. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Paprika dan Timun Jepang Hidroponik Pada PT Horti Jaya Lestari Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara [skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

60 Halim P. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sayuran

Hidroponik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran Bogor [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Jensen MH, Collins WL. 1985. Hydroponic Vegetable Production. Hortic Reviews 7, 483-553.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.

Permana HW. 2001. Tingkat Pertumbuhan Pakchoi (Brassica Cltinensis) yang Ditanam Secara Hidroponik dan Nonhidroponik [skripsi]. Bogor : Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Prawoto B. 2012. Pengelolaan proses Produksi dan Pasca Panen Selada Secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique di Amazing Farm, Lembang, Bandung [skripsi]. Bogor : Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prihmantoro H, Indriani YH. 1998. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta : Penebar Swadaya.

. 2002. Hidroponik Tanaman Buah Untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rindyani R. 2012. Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik : Studi Kasus PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor [skripsi]. Jakarta : fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah.

Rony H. 1990. Akuntansi Biaya : Pengantar Untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. Jakarta : Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Rosario AD, Santos. 1990. Hydroponic Culture Of Crops In The Philippines: Problems And Prospect. International Seminar on Hydroponic Culture of High Value Crops in The Tropics in Malaysia, November 25-27.

Rosyidi S. 2009. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Sameto H. 2003. Hidroponik Sederhana Penyejuk Ruang. Jakarta : Penebar

61 Savvas D. 2003. Hydroponics: A Modern Technology Supporting The

Application of Integrated Crop Management in Greenhouse. Food, Agriculture & Environment Vol.1(1): 80-86.

Soekartawi, Dillon JL, Hardaker JB, Soeharjo A. 2011. Ilmu Usahatani Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press.

Soeseno S. 1999. Bisnis Sayuran Hidroponik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Suhardiyanto H. 2011. Kumpulan Makalah Pengantar Ilmu-Ilmu Pertanian. Bogor : IPB Press

Sukirno. 2009. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Tampubolon SH. 2005. Analisis Persaingan Usaha Paprika Hidroponik Kasus PT. Abdoellah Bastari Agriculture Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wahendra R. 1999. Analisis Ekonomi Pengembangan Letas (Lettuce) dengan Sistem Budidaya Hidroponik Metode Nutrient Film Technique (NFT) [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Widia HS. 2000. Analisis Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

62

1 Lampiran 1. Perhitungan Penyusutan Greenhouse Persemaian dan Pembesaran di PT KSS

Komponen Biaya Satuan (Rp) Biaya Total (Rp) Umur (tahun) Nilai Sisa (Rp) Penyusutan (Rp/tahun) Per komoditas (Rp/tahun)* Greenhouse persemaian (200 m2) 39000/m2 7.800.000 4 0 1.950.000 650.000

Rak untuk semai (bambu, plastik,

TK) 35000/m2 7.000.000 2 0 3.500.000 1.166.667

Drum nutrisi kecil 500.000 500.000 3 0 166.667 55.556

Alat penyiraman 70.000 70.000 3 0 23.333 7.778

Total 5.640.000 1.880.000 Keterangan : *) = Penyusutan greenhouse persemaian untuk bayam, caysim, pakcoy.

Kangkung tidak menggunakan greenhouse persemaian.

Komponen Biaya Satuan (Rp) Biaya Total (Rp) Umur(tahun) Nilai Sisa (Rp) Penyusutan (Rp/tahun)**

Greenhouse pembesaran (500 m2) 39000/m2 19.500.000 4 0 4.875.000

2 Lampiran 2. Penyusutan Sarana Irigasi untuk Komoditas Bayam, Caysim, Pakcoy pada Luas Lahan 500 m2 di PT KSS

Komponen Biaya Satuan

(Rp)

Biaya Total

(Rp) Umur (tahun)

Nilai Sisa (Rp)

Penyusutan per komoditas (Rp/tahun)

Mesin pompa 350.000 1.050.000 2 0 525.000

Pipa paralon/inlet 9000/m2 4.500.000 5 0 900.000

Drum penampung larutan nutrisi 4.000.000 4.000.000 3 0 1.333.333 Drum plastik penampung nutrisi AB 500.000 1.000.000 3 0 333.333

Bak induk nutrisi 7.000.000 10 0 700.000

Rak tanam (bambu, asbes, plastik, TK) 44500/m2 22.250.000 2 0 11.125.000

Styrofoam 13500/m2 6.750.000 2 0 3.375.000

3 Lampiran 3. Penyusutan Sarana Irigasi untuk Komoditas Kangkung Media Kerikil pada Luas Lahan 500 m2 di PT KSS

Komponen Biaya Satuan (Rp) Biaya Total (Rp) Umur (tahun) Nilai Sisa (Rp) Penyusutan (Rp/tahun)

Mesin pompa 350.000 1.050.000 2 0 525.000

Pipa paralon/inlet 9000/m2 4.500.000 5 0 900.000

Drum penampung larutan nutrisi 4.000.000 4.000.000 3 0 1.333.333 Drum plastik penampung nutrisi AB 500.000 1.000.000 3 0 333.333

Bak induk nutrisi 7.000.000 7.000.000 10 0 700.000

Media kerikil + plastik 29500/m2 14.750.000 10 0 1.475.000

4 Lampiran 4. Join Cost PenyusutanPeralatan untuk Komoditas Bayam, Pakcoy, Caysim, Kangkung di PT KSS

Komponen Jumlah Biaya Satuan (Rp) Biaya Total (Rp) Umur (tahun) Nilai Sisa (Rp) Penyusutan (Rp/tahun) Per komoditas (Rp/tahun)

Vacuum sealer 1 unit 800.000 800.000 5 0 160.000 40.000

Timbangan 1 unit 150.000 150.000 3 0 50.000 12.500

Container plastik 15 unit 45.000 675.000 4 0 168.750 42.188

Troli/gerobak besi 3 unit 500.000 1.500.000 5 0 300.000 75.000

EC meter 1 unit 850.000 850.000 3 0 283.333 70.833

Mobil box toyota

dyna 4 unit 150.000.000 600.000.000 10 0 60.000.000 15.000.000

5 Lampiran 5. Perhitungan Tenaga Kerja untuk Komoditi Bayam, Caysim, Pakcoy, Kangkung (asumsi hari kerja = 25 hari per bulan)

Kegiatan Jumlah TK (orang) Upah (Rp) Total upah (Rp/tahun)

Penanaman + Persemaian + pembesaran 6 18000/hari 32.400.000

Panen 4 18000/hari 21.600.000

Pengemasan 6 18000/hari 32.400.000

Pengawas/Controlling 3 1000000/bulan 36.000.000

Manajer produksi 1 1700000/bulan 20.400.000

Asisten manajer produksi 1 1400000/bulan 16.800.000

Distribusi 8 700000/bulan 67.200.000

Total upah tenaga kerja harian 86.400.000

Biaya tenaga kerja variabel per komoditas 21.600.000

Total upah tenaga kerja bulanan 140.400.000

6 Lampiran 6. Struktur Biaya, Keuntungan, dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun dengan

Penggunaan Harga Sayuran Konvensional

Komponen Bayam % Kangkung % Pakcoy % Caysim %

Rp Rp Rp Rp

A. Total Penerimaan 87.000.000 106.400.000 46.440.000 36.120.000 Jumlah Produksi 8.700 13.300 7.740 6.450 Harga Satuan (per kg) 10.000 8.000 6.000 5.600

B. Biaya Tetap

Sewa lahan 9.090.000 4,43 9.090.000 4,87 9.090.000 4,60 9.090.000 4,72 Penyusutan greenhouse persemaian 1.880.000 0,92 0 0,00 1.880.000 0,95 1.880.000 0,98 Penyusutan greenhouse pembesaran 4.875.000 2,37 4.875.000 2,61 4.875.000 2,47 4.875.000 2,53 Penyusutan sarana irigasi 18.291.667 8,91 5.266.667 2,82 18.291.667 9,26 18.291.667 9,50 Penyusutan peralatan 15.240.521 7,42 15.240.521 8,16 15.240.521 7,71 15.240.521 7,91 Biaya tenaga kerja tetap 35.100.000 17,09 35.100.000 18,80 35.100.000 17,76 35.100.000 18,23 Biaya listrik 18.666.000 9,09 9.333.000 5,00 18.666.000 9,45 18.666.000 9,69 Biaya distribusi 33.750.000 16,43 33.750.000 18,08 33.750.000 17,08 33.750.000 17,53 C. Total Biaya Tetap 136.893.188 66,65 112.655.188 60,35 136.893.188 69,27 136.893.188 71,09

D. Biaya Variabel

Tenaga kerja harian 21.600.000 10,52 21.600.000 11,57 21.600.000 10,93 21.600.000 11,22 Benih 10.208.000 4,97 11.185.300 5,99 10.320.000 5,22 6.880.000 3,57

Rockwool 5.370.800 2,61 0 0,00 3.981.800 2,01 3.981.800 2,07

Nutrisi 17.400.000 8,47 19.950.000 10,69 12.900.000 6,53 12.900.000 6,70 Kemasan 13.920.000 6,78 21.280.000 11,40 11.919.600 6,03 10.320.000 5,36 E. Total Biaya Variabel 68.498.800 33,35 74.015.300 39,65 60.721.400 30,73 55.681.800 28,91 F. Total Biaya 205.391.988 100 186.670.488 100 197.614.588 100 192.574.988 100 G. Keuntungan Usaha -118.391.988 -80.270.488 -151.174.588 -156.454.988