• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Berbagai Struktur RTH terhadap Suhu Udara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pengaruh RTH terhadap Iklim Mikro

5.1.4 Analisis Pengaruh Berbagai Struktur RTH terhadap Suhu Udara

Selain dilakukan analisis suhu udara pada struktur RTH yang sama di area yang berbeda, dilakukan juga analisis antara struktur RTH yang berbeda pada area yang sama. Pada analisis dilakukan perbandingan suhu antara struktur RTH pohon, semak, dan rumput pada area yang sama. Rata-rata suhu udara pada seluruh struktur RTH di KRB berada di atas 30°C sehingga dibutuhkan karakteristik struktural dan kondisi lingkungan yang dapat menurunkan suhu udara.

Berdasarkan hipotesis, kemampuan suatu struktur RTH dalam mereduksi suhu udara sangat dipengaruhi oleh karakteristik strukturalnya. Struktur RTH pohon memiliki kemampuan mereduksi suhu udara paling tinggi. Struktur RTH pohon memiliki ukuran lebih tinggi serta tajuk yang lebih padat dibanding struktur RTH lain. Hal tersebut menyebabkan struktur RTH pohon memiliki kemampuan yang baik dalam menaungi dan menyerap radiasi matahari sehingga dapat mereduksi suhu dengan baik.

Berdasarkan karakteristik struktural, struktur RTH semak memiliki kemampuan mereduksi suhu udara tertinggi kedua setelah pohon. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik struktural struktur RTH semak juga memiliki kemampuan dalam menaungi dan menyerap radiasi matahari, namun dalam skala yang lebih kecil.

Berbeda dengan struktur RTH pohon dan semak, struktur RTH rumput tidak memiliki kemampuan menaungi area di sekitarnya. Hal tersebut diakibatkan karakteristik struktural struktur RTH rumput yang tidak dapat menaungi area di sekitarnya dan hanya digunakan sebagai elemen penutup tanah.

Selain dipengaruhi oleh karakteristik struktural, elemen iklim mikro seperti suhu udara dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain sehingga menyebabkan hasil pengukuran tidak sesuai perkiraan. Oleh karena itu, dilakukan analisis suhu udara

pada struktur RTH untuk mengetahui pengaruh struktur RTH yang berbeda terhadap suhu udara. Rata-rata suhu udara pada struktur RTH di KRB dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rata-rata suhu udara pada struktur RTH di KRB

Area

Struktur RTH

Pohon Semak Rumput

---(°C)---

Pusat 30,8 31,9 34,7

Tengah 30,5 31,1 34,3

Tepi 31,4 31,5 32

Tabel di atas merupakan hasil pengukuran suhu udara pada struktur RTH pohon, semak, dan rumput di seluruh area KRB. Dari tabel tersebut, di masing- masing area, terlihat bahwa rata-rata suhu pada struktur RTH pohon paling rendah di antara struktur RTH lainnya, semak memiliki rataan suhu terendah kedua setelah pohon, sedangkan rumput merupakan struktur RTH yang memiliki rataan suhu paling tinggi. Tabel di atas menunjukkan bahwa suhu udara pada struktur RTH di seluruh area KRB sangat dipengaruhi oleh karakteristik strukturalnya. Hasil pengukuran suhu udara pada berbagai struktur RTH di setiap area dapat dilihat pada Gambar 40, 41, dan 42.

Pada Gambar 40, terlihat bahwa pada awal pengukuran suhu udara pada ketiga struktur RTH yang berbeda memiliki nilai yang hampir sama yaitu pada kisaran 32-35°C. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang cukup kondusif pada pukul 12.30 WIB sehingga suhu udara di berbagai struktur RTH cenderung sama. Kondisi lingkungan tersebut dapat ditandai dengan rendahnya aktivitas manusia di lokasi pengambilan data. Seiring berjalannya waktu, suhu udara menunjukkan perubahan. Pada area pusat, suhu udara pada struktur RTH pohon paling rendah dibanding struktur RTH lainnya dan memiliki rataan suhu udara paling rendah yaitu 30,8°C. Suhu udara pada struktur RTH rumput berada di posisi paling tinggi dan memiliki rataan suhu udara paling tinggi yaitu 34,7°C. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran suhu udara di berbagai struktur RTH sesuai dengan hipotesis. Selama pengukuran, suhu udara pada pohon dan semak mengalami penurunan. Berbeda dengan pohon dan semak, suhu udara pada rumput cenderung mengalami kenaikan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh banyaknya hamparan rumput di area pusat yang tidak ternaungi sama sekali sehingga cahaya matahari diterima oleh hamparan rumput secara optimal dan mengalami kenaikan suhu udara.

Gambar 41 Grafik suhu udara pada area tengah KRB

Gambar di atas merupakan grafik hasil pengukuran suhu udara pada area tengah. Pada awal pengukuran, terlihat bahwa suhu udara pada struktur RTH semak berada di posisi paling rendah. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu,

suhu udara pada struktur RTH pohon mengalami penurunan dan berada di posisi paling rendah. Rataan suhu udara pada struktur RTH pohon memiliki nilai paling rendah yaitu 30,5°C. Berbeda dengan struktur RTH pohon, suhu udara pada struktur RTH rumput berada di posisi paling tinggi sejak awal hingga akhir pengukuran dan memiliki rataan suhu udara paling tinggi yaitu 34,3°C. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa pohon merupakan struktur RTH yang memiliki kemampuan menurunkan suhu udara paling optimal, sedangkan rumput tidak memiliki kemampuan optimal dalam menurunkan suhu udara.

Gambar 42 Grafik suhu udara pada area tepi KRB

Gambar 42 menunjukkan grafik suhu udara pada berbagai struktur RTH di area tepi yang sangat fluktuatif. Pada awal pengukuran, posisi grafik suhu udara pada berbagai struktur RTH berbeda satu sama lain. Namun, di akhir pengukuran, posisi grafik terletak cukup rendah dan pada nilai yang cenderung sama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang cukup kondusif menjelang pukul 13.30 WIB. Kondisi ini dapat ditandai oleh rendahnya aktivitas manusia, laju transportasi, dan aktivitas perkantoran yang ada di tepi KRB. Dari gambar, terlihat bahwa posisi terendah didominasi oleh suhu udara pada struktur RTH pohon. Hal ini juga terlihat dari rataan suhu udara pada struktur RTH pohon yang memiliki nilai paling rendah yaitu 31,4°C. Suhu udara pada struktur RTH

rumput hampir selalu berada di posisi paling tinggi dan memiliki rataan suhu udara paling tinggi yaitu 32°C. Grafik suhu udara tersebut menunjukkan bahwa hasil pengukuran sesuai dengan hipotesis. Namun demikian, apabila dilihat dari rataan suhu udara, terlihat bahwa hasil pengukuran suhu udara di berbagai struktur RTH memiliki selisih yang kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan struktur RTH pohon dalam menurunkan suhu udara tidak terlalu signifikan dan kondisi struktur RTH rumput dalam menurunkan suhu udara cukup baik sehingga didapat hasil pengukuran suhu udara yang tidak jauh berbeda.

Untuk mengetahui perbedaan signifikansi penggunaan struktur RTH di setiap area dalam menurunkan suhu udara, dilakukan penghitungan selisih suhu udara (ΔT ). Pada tabel, dapat dilihat selisih suhu udara (ΔT ) antara struktur RTH pohon dan semak serta semak dan rumput. Semakin tinggi selisih suhu udara antara struktur RTH pohon dan semak, semakin signifikan penggunaan struktur RTH pohon dibanding struktur RTH semak. Semakin tinggi selisih suhu udara antara struktur RTH semak dan rumput, semakin signifikan penggunaan struktur RTH semak dibanding struktur RTH rumput. Selisih rataan suhu udara antara struktur RTH pohon dan semak yang paling besar terletak di area pusat yaitu dengan selisih 1,1°C. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan struktur RTH pohon dan semak di area ini memiliki perbedaan paling signifikan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kemampuan struktur RTH pohon yang cukup baik dalam mereduksi suhu udara, sedangkan struktur RTH semak kurang mampu mereduksi suhu udara. Berbeda dengan di area pusat, selisih rataan suhu udara antara struktur RTH pohon dan semak di area tepi hanya 0,1°C. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan struktur RTH pohon pada area ini tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan suhu udara. Banyaknya karakteristik struktur RTH pohon buruk dalam menurunkan suhu udara menyebabkan penggunaan struktur RTH pohon tidak berdampak terhadap penurunan suhu udara.

Selisih rataan suhu udara antara struktur RTH semak dan rumput yang paling besar terletak di area tengah yaitu dengan selisih 3,2°C. Selisih yang besar ini menunjukkan bahwa penggunaan struktur RTH semak di area tengah memberikan pengaruh penurunan suhu udara cukup besar dibanding penggunaan struktur RTH rumput yang cukup terbuka. Hal ini disebabkan oleh karakteristik

struktur RTH semak yang cukup baik dalam menurunkan suhu udara. Selisih rataan suhu udara antara struktur RTH semak dan rumput yang paling kecil terletak di area tepi yaitu dengan selisih 0,5°C. Banyaknya struktur RTH rumput yang mendapat naungan dari struktur bangunan menyebabkan suhu udara cukup rendah sehingga penggunaan semak di area ini tidak berdampak signifikan.

5.1.5 Analisis Pengaruh Berbagai Struktur RTH terhadap Kelembaban