• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Penelitian ini diharapkan mampu membuka pandangan bahwa pemilihan struktur RTH merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu RTH yang dapat menciptakan kenyamanan iklim mikro. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan agar iklim mikro dapat diukur saat lokasi sedang dikunjungi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2011a. Beaufort Scale. [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/.

[30 Okt 2011].

_______. 2011b. Kebun Botani. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/. [2

Jan 2012].

Aprianto MC. 2011. Penghijauan sebagai Salah Satu Cara Mengatasi Permasalahan Kota. [terhubung berkala].

http://chusnan.web.ugm.ac.id/. [8 Jun 2011].

Brown RD, TJ Gillespie. 1995. Microclimatic Landscape Design. New York: John Wiley and Sons.

Carpenter PL, TD Walker, FO Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. San Fransisco: W.H. Freemand and Co.

Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB Press.

Deni R. 2009. Green Cities Policy in Indonesia. Dalam: Zain AFM, Syartinilia (Penyunting). Proceeding The International Symposium of Green City:

“TheFuture Challenge”; Bogor, 10-11 Agu 2009. Bogor: Departemen

Arsitektur Lanskap IPB. Hlm 28.

Grey WG, FJ Deneke. 1978. Urban Forestry. Toronto: John Wiley and Sons.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Irwan ZD. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.

Laurie M. 1986. An Introduction to Landscape Architecture. New York: American Elsevier Publ. Co. Inc.

Mamiri AS. 2008. Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Instititut Pertanian Bogor.

PKT Kebun Raya Bogor-LIPI. 2010. Tentang Kebun Raya Bogor. [terhubung berkala]. http://www.bogorbotanicgardens.org/. [12 Februari 2011].

Robinette GO. 1977. Landscape Planning for Energy Conservation. Virginia: Environmental Design Press.

Ruhiyat Y. 2008. Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Instititut Pertanian Bogor.

Saputro TH, IS Fatimah, B Sulistyantara. 2010. Studi Pengaruh Area Perkerasan terhadap Suhu Udara (Studi Kasus Area Parkir Plaza Senayan, Sarinah Thamrin, dan Stasiun Gambir). Jurnal Lanskap Indonesia 2:15-18.

Scudo G. 2002. Thermal Comfort. [terhubung berkala]. http://www.greenstructureplanning.eu/COSTC11/.[29 Sep 2011].

Simonds JO, BW Starke. 2006. Landscape Architecture. New Jersey: Mc Graw Hill.

Wardoyo J. 2011. Vegetation Configuration as Microclimate Control Strategy In Hot Humid Tropic Urban Open Space. [terhubung berkala]. http://dtap.undip.ac.id/. [3 Mei 2011].

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari data penelitian tahun 2008, diperoleh informasi bahwa 50 % penduduk Indonesia tinggal di kota dan tahun 2025 diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 65 % atau sekitar 180 juta penduduk (Deni, 2009). Populasi manusia yang semakin meningkat berdampak pada tingginya aktivitas manusia di perkotaan. Untuk mendukung kebutuhan dan aktivitas manusia, dibutuhkan banyak ruang terutama ruang terbangun. Hal inilah yang menyebabkan jumlah ruang terbangun di kawasan perkotaan selalu meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia (Aprianto, 2011). Meningkatnya kawasan terbangun di perkotaan akhirnya menyebabkan penurunan luas ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan.

RTH merupakan elemen kota yang memiliki fungsi estetis dan ekologis (Dahlan, 2004). Fungsi estetis yang dimiliki RTH, antara lain, dapat menghasilkan keindahan dan melembutkan arsitektur bangunan. Fungsi ekologis yang dimiliki RTH bermacam-macam, salah satunya, mengameliorasi iklim. RTH dapat mengameliorasi iklim dengan cara memberikan perlindungan dari sinar matahari secara langsung, hujan deras, dan angin (Irwan, 2005). Semakin banyak jumlah dan jenis tanaman yang terdapat di suatu RTH, semakin tinggi kemampuan RTH dalam menanggulangi permasalahan lingkungan yang terkait dengan elemen- elemen iklim mikro seperti suhu, kelembaban, curah hujan, radiasi matahari, dan angin. RTH perlu dipertahankan keberadaannya agar dapat memberikan kenyamanan bagi manusia. Salah satu bentuk RTH adalah kebun raya.

Kebun raya merupakan tempat yang memiliki berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanam untuk tujuan kegiatan penelitian, pendidikan, dan tujuan ornamental (Mamiri, 2008). Salah satu kebun raya yang ada di Indonesia adalah Kebun Raya Bogor (KRB). KRB memiliki struktur RTH yang beraneka ragam, seperti pohon, semak, dan rumput (Dahlan, 2004). Setiap struktur RTH memiliki kemampuan yang berbeda dalam mempengaruhi iklim mikro. Perbedaan setiap struktur RTH dalam mempengaruhi iklim mikro sangat terkait dengan

karakteristik strukturalnya maupun ukurannya. Pengaruh struktur RTH yang berbeda di KRB terhadap iklim mikro dan kenyamanan sampai saat ini belum diketahui secara kuantitatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran iklim mikro dan analisis kenyamanan untuk mengetahuinya. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh RTH terhadap iklim mikro pada beberapa RTH kota dengan ketinggian lokasi yang berbeda.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan suhu udara pada struktur RTH yang berbeda? 2. Apakah terdapat perbedaan kelembaban udara pada struktur RTH yang

berbeda?

3. Apakah terdapat perbedaan kecepatan angin pada struktur RTH yang berbeda?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

1. melakukan pengukuran iklim mikro pada struktur RTH yang berbeda di Kebun Raya Bogor dan

2. mengetahui hubungan struktur RTH yang berbeda terhadap iklim mikro.

1.4Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh nyata setiap struktur RTH (pohon, semak, dan rumput) terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin.

2. Pohon merupakan struktur RTH yang dapat menghasilkan suhu udara paling rendah, kelembaban udara paling tinggi, dan kecepatan angin paling rendah. Sementara itu, rumput merupakan struktur RTH yang dapat menghasilkan suhu udara paling tinggi, kelembaban udara paling rendah, dan kecepatan angin paling tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi Kebun Raya Bogor maupun rekomendasi pada pembangunan ruang terbuka hijau di Kota Bogor sehingga dapat memberikan kenyamanan iklim mikro bagi para pengunjungnya.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Ruang terbuka hijau kota merupakan elemen kota yang dapat mengameliorasi iklim dan memberikan kenyamanan. Secara kuantitatif, hubungan antara struktur RTH yang berbeda terhadap iklim mikro belum banyak diketahui sehingga diperlukan pengukuran iklim mikro pada berbagai struktur RTH. Data hasil pengukuran iklim mikro selanjutnya dianalisis sehingga diketahui pengaruhnya terhadap berbagai struktur RTH. Berdasarkan hasil analisis, disusunlah suatu rekomendasi untuk memperbaiki RTH (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Ruang Terbuka Hijau

Pengukuran Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin (Menggunakan Mini Microclimate Station HeavyWeather) pada Struktur RTH Pohon, Semak, dan Rumput

Diketahui Pengaruh Struktur RTH yang Berbeda terhadap Iklim Mikro

Rekomendasi Data Iklim Mikro Kebun Raya Bogor

Analisis

Memiliki Berbagai Struktur RTH Memperbaiki Iklim

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun raya. Kebun raya dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu jenis RTH yang terdapat di area perkotaan. Kebun raya yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Kebun Raya Bogor, Kota Bogor (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai November 2011. Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Maret sampai Juni 2011 dan pengolahan data dan penyusunan dilakukan selama lima bulan berikutnya.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Selama penelitian digunakan beberapa alat dan bahan seperti yang ada pada Tabel 1. Salah satu alat penting yang digunakan selama penelitian adalah

Mini Microclimate Station HeavyWeather, yang merupakan alat pengukur iklim mikro digital.

Tabel 1 Alat dan bahan penelitian

Alat/Bahan Kegunaan

Tiga perangkat Mini Microclimate Station

HeavyWeather Tipe WS2355

Mengukur iklim mikro

Tripod kamera Meletakkan alat pengukur iklim mikro Kamera Digital Merekam kondisi lokasi pengambilan data Peta Kawasan KRB Data map awal dalam menuntun turun

lapang

AutoCad 2007 Menentukan titik pengambilan data

Software HeavyWeather Menampilkan data iklim mikro dari alat

Alat pengukur iklim mikro digital yang digunakan terdiri dari beberapa bagian seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Seperangkat Mini Microclimate StationHeavyWeather

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan analisis deskriptif. Kegiatan survei bertujuan mengamati kondisi lokasi penelitian seperti kondisi fisik dan karakteristik RTH. Survei juga bertujuan menentukan titik pengambilan data, mengidentifikasi struktur RTH, dan mengambil data primer iklim mikro. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro serta mengetahui kenyamanan iklim mikro pada RTH Layar untuk menampilkan

iklim mikro

Alat pengukur suhu dan kelembaban

Alat pengukur curah hujan

Alat pengukur arah dan kecepatan angin

menggunakan THI (Temperature Humidity Index) dan skala Beaufort. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu persiapan penelitian, pengumpulan data, serta pengolahan data dan analisis (Gambar 5).

Gambar 5 Bagan proses penelitian

3.3.1 Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, dilakukan persiapan sebelum turun lapang dan pengambilan data seperti persiapan administrasi dan persiapan survei. Pada persiapan administrasi dilakukan pembuatan surat izin yang ditujukan untuk Kantor Pusat Konservasi Tumbuhan-LIPI Kebun Raya Bogor, yang merupakan pihak pengelola Kebun Raya Bogor, untuk mendapatkan izin penelitian dan data sekunder. Persiapan survei meliputi kegiatan persiapan alat dan penyusunan jadwal pengambilan data.

Persiapan Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan Data dan Analisis Perumusan Rekomendasi Persiapan Administrasi dan Survei Penentuan Titik Pengambilan Data Studi Literatur dan

Pengumpulan Data Sekunder

Pengukuran Iklim Mikro

Analisis Deskriptif Analisis Kenyamanan

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Berbagai jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan

No Jenis Data Parameter Sumber Data

1 Letak Batas wilayah Pengelola

Luas wilayah Pengelola

2 Fisik Topografi Pengelola

3 Iklim Suhu udara Survei, BMKG

Kelembaban udara Survei, BMKG

Kecepatan angin Survei, BMKG

4 RTH Sebaran Struktur Survei

5 Tanaman Nama spesies Survei

Bentuk tajuk Survei

Penanaman Survei

Ukuran Survei

Kepadatan tajuk Survei

Sebelum dilakukan pengambilan data primer, pembagian tempat pengambilan data iklim mikro ditentukan. Tempat pengambilan data iklim mikro dapat dilihat pada Gambar 6. Dari Gambar 6, terlihat bahwa pengambilan data iklim mikro akan dilakukan pada struktur RTH pohon, semak, dan rumput yang tersebar pada sembilan titik yang terdapat dalam tiga area.

Untuk menentukan lokasi tersebut pada KRB, dilakukan beberapa tahap penentuan lokasi pengambilan data iklim mikro (Gambar 7). Dari Gambar 7, terlihat bahwa lokasi penelitian terbagi menjadi tiga area. Pembagian area tersebut dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh letak area terhadap iklim mikro. Pada setiap area, dilakukan pengukuran di tiga titik. Ketiga titik berfungsi sebagai ulangan pada pengukuran di setiap area. Pada masing-masing titik dilakukan pengukuran iklim mikro pada struktur RTH rumput, semak, dan pohon. Struktur RTH tersebut dipilih karena sangat sering digunakan pada RTH dan memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga perlu diketahui pengaruhnya terhadap iklim mikro.

Penentuan lokasi pengambilan data iklim mikro pada Gambar 7 dilakukan dengan beberapa tahap berikut.

1. Membagi lokasi penelitian menjadi tiga area yaitu pusat, tengah, dan tepi pada peta

Pembagian area dilakukan dengan cara membagi area KRB menjadi tiga lingkaran dari pusat hingga ke tepi.

2. Menentukan lokasi pengukuran iklim mikro dengan metode sampling vegetasi garis

Metode ini dilakukan dengan cara membuat garis-garis imajiner pada peta. Setelah itu, dilakukan survei untuk mengetahui sebaran struktur RTH.

3. Memilih tiga buah garis yang melewati RTH yang memiliki keragaman struktur

Garis yang dipilih adalah garis yang melewati RTH dengan keanekaragaman struktur seperti pohon, semak, dan rumput.

4. Memilih tiga buah titik pada setiap garis yang mewakili setiap area

Titik yang dipilih harus memiliki struktur RTH pohon, semak, dan rumput di dalamnya. Titik pengambilan data yang terletak di area pusat adalah Titik 1, 2, dan 3. Titik pengambilan data yang terletak di area tengah adalah Titik 4, 5, dan 6. Titik pengambilan data yang terletak di area tepi adalah Titik 7, 8, dan 9. Setelah titik ditentukan, pada setiap titik, ditentukan struktur RTH pohon, semak, dan rumput yang digunakan untuk pengukuran. Struktur RTH pohon, semak, dan rumput yang dipilih pada setiap titik untuk pengambilan data adalah struktur RTH yang dilewati oleh garis imajiner. Jarak antar struktur RTH yang berbeda pada satu titik adalah sekitar 5 meter.

Setelah struktur RTH yang digunakan pengambilan data ditentukan, dilakukan identifikasi struktur RTH dan pengukuran iklim mikro. Identifikasi struktur dilakukan dengan cara mencatat identitas dan mengamati karakteristik strukturalnya beserta kondisi lingkungan di sekitar struktur RTH. Karakteristik struktural yang diamati meliputi bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk. Pengukuran iklim mikro dilaksanakan dengan jadwal sesuai pada Tabel 3.

Tabel 3 Waktu pengambilan data iklim mikro

Hari ke- Tanggal Area Titik Struktur RTH

1 1 Mei 2011 Pusat 1, 2, 3 Pohon

2 4 Mei 2011 Pusat 1, 2, 3 Semak

3 6 Mei 2011 Pusat 1, 2, 3 Rumput

4 10 Mei 2011 Tengah 4, 5, 6 Pohon

5 11 Mei 2011 Tengah 4, 5, 6 Semak

6 12 Mei 2011 Tengah 4, 5, 6 Rumput

7 13 Mei 2011 Tepi 7, 8, 9 Pohon

8 14 Mei 2011 Tepi 7, 8, 9 Semak

9 15 Mei 2011 Tepi 7, 8, 9 Rumput

Titik pengambilan data yang terletak di dalam satu area berfungsi sebagai ulangan. Oleh karena itu, struktur RTH yang sama dan terletak pada area yang sama diukur secara bersamaan menggunakan tiga buah alat yang berbeda. Pada saat pengambilan data, alat pengukur suhu dan kelembaban udara diletakkan pada ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah sehingga suhu yang diukur merupakan suhu tanah (ground temperature). Sementara itu, alat pengukur kecepatan angin dipasang pada tripod dan diletakkan pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah. Alat pengukur iklim mikro diletakkan di bawah naungan semak dan pohon tempat pengambilan data (sebelah selatan tanaman) serta di atas hamparan rumput.

Data yang diambil adalah elemen-elemen iklim mikro meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Pengambilan data dilakukan pada struktur RTH pohon, semak, dan rumput pada titik pengambilan data yang telah ditentukan. Pengambilan data dilakukan saat hari kerja, tepatnya, di siang hari saat cuaca cerah pada pukul 12.30-13.30 WIB. Waktu tersebut dipilih karena merupakan waktu ketika radiasi sinar matahari paling terik dan suhu udara paling tinggi. Data iklim mikro pada setiap struktur RTH diambil setiap menit sehingga dihasilkan 60 buah data pada setiap pengukuran. Setelah data terkumpul, alat pengukur iklim mikro digital dihubungkan pada komputer. Semua data iklim akan ditampilkan pada software HeavyWeather. Tampilan software HeavyWeather

pengukuran juga dapat ditampilkan pada software HeavyWeather (Gambar 9) kemudian diolah pada Microsoft Excel.

Gambar 8 Tampilan software HeavyWeather

Gambar 9 Tampilan data iklim yang terekam pada software HeavyWeather

3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis

Pengolahan dan analisis data dikerjakan pada Microsoft Excel 2007. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, didapatkan data karakteristik struktur RTH dan iklim mikro pada berbagai struktur RTH yang tersebar di berbagai titik. Data iklim mikro pada struktur RTH yang sama dikelompokkan sesuai areanya. Untuk mencari hubungan antara struktur RTH dan iklim mikro yang dihasilkan, dilakukan analisis deskriptif dengan cara membandingkan hasil pengukuran iklim

mikro dengan karakteristik struktur RTH yang menjadi lokasi pengambilan data iklim.

Untuk mengetahui pengaruh struktur RTH terhadap elemen iklim mikro dilakukan analisis dengan parameter penilaian. Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin secara berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 4, 5, dan 6.

Tabel 4 Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap suhu udara

Mereduksi Suhu Udara Meningkatkan Suhu Udara K ar ak ter is ti k St rukt ur al Bentuk Tajuk Kolumnar ● Piramidal ● Horisontal ● Bulat ● Penanaman Berjejer ● Tunggal ● Berkelompok ● Ukuran Tinggi ● Sedang ● ● Rendah Sangat Rendah Kepadatan Tajuk Tinggi ● Sedang ● Rendah ● Sumber: Scudo (2002)

Tabel 5 Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap kelembaban udara

Meningkatkan Kelembaban Udara Menurunkan Kelembaban Udara K ar ak ter is ti k St rukt ur al Bentuk Tajuk Kolumnar ● Piramidal ● Horisontal ● Bulat ● Penanaman Berjejer ● Tunggal ● Berkelompok ● Ukuran Tinggi ● Sedang ● ● Rendah Sangat Rendah Kepadatan Tajuk Tinggi ● Sedang ● Rendah ● Sumber: Scudo (2002)

Tabel 6 Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap kecepatan angin 1 2 3 4 K ar ak ter is ti k St rukt ur al Bentuk Tajuk Kolumnar ● ● ● ● Piramidal ● ● ● ● Horisontal ● Bulat ● ● ● ● Penanaman Berjejer ● ● ● ● Tunggal ● Berkelompok ● ● ● ● Ukuran Tinggi ● ● ● ● Sedang ● ● ● ● Rendah ● ● ● ● Sangat Rendah ● Kepadatan Tajuk Tinggi ● Sedang ● ● ● Rendah ● ● ●

Keterangan: (1) Menghalangi angin, (2) Menyimpangkan angin, (3) Menyaring angin, dan (4) Mengarahkan angin.

Sumber: Scudo (2002)

Oleh karena struktur RTH rumput berasal dari spesies yang sama, analisis pengaruh struktur RTH rumput terhadap iklim mikro tidak dilihat dari karakteristik strukturalnya, tetapi dari kondisi lingkungannya. Parameter analisis kondisi lingkungan terhadap suhu dan kelembaban udara yang diamati adalah ada atau tidaknya struktur naungan di sekitar struktur RTH rumput. Sementara itu, parameter analisis kondisi lingkungan terhadap kecepatan angin yang diamati adalah ada atau tidaknya struktur pengarah atau penghalang angin di sekitar struktur RTH rumput.

Selain dilakukan analisis pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro, pada setiap struktur RTH, dilakukan analisis kenyamanan dari data iklim mikro yang diperoleh. Analisis kenyamanan dilakukan dengan menghitung THI (Temperature Humidity Index):

T = Suhu udara (°C) RH = Kelembaban udara (%)

Suatu area dikatakan nyaman jika memiliki nilai THI 21-27 (Laurie, 1986). Untuk mengukur standar kenyamanan kecepatan angin, digunakan skala Beaufort (Tabel

7). Skala Beaufort merupakan suatu ukuran yang dapat menghubungkan kecepatan angin dengan kondisi yang terjadi di darat atau laut. Menurut skala Beaufort, kecepatan angin di darat berada pada kondisi nyaman ketika terpaan angin terasa di kulit atau pada kecepatan 2-3 m/s.

Tabel 7 Skala Beaufort dan kecepatan angin Skala

Beaufort Tingkatan

Kecepatan

(m/s) Tanda-tanda di darat 0 Tenang <0,3 Tenang, asap mengepul vertikal 1 Teduh 0,3-2 Asap mengepul miring

2 Sepoi lemah 2-3 Terpaan angin terasa di kulit

3 Sepoi lembut 3-5 Daun-daun kecil di pohon bergerak, bendera dapat berkibar

4 Sepoi sedang 6-8 Debu dan kertas dapat terbang, ranting pohon bergerak

5 Sepoi segar 8,1-10,6

Pohon-pohon kecil terlihat condong, genangan air di tanah terlihat

berombak kecil

6 Sepoi kuat 10,8-13,6

Batang pohon terlihat bergerak, suara berdesing lewat kawat telepon dapat terdengar

7 Angin ribut

lemah 13,9-16,9

Pohon-pohon bergerak, berjalan terasa berat

8 Angin ribut 17,2-20,6 Batang pohon dapat patah, sampai pohon tumbang

9 Angin ribut

kuat 20,8-24,4

Dapat menyebabkan kerusakan cerobong, pot-pot beterbangan

10 Badai 24,7-28,3 Kerusakan lebih besar, tetapi di darat jarang terjadi

11 Badai Amuk 28,6-32,5 Kerusakan berat, tetapi di darat jarang terjadi

12 Topan >32,8 Hampir tidak pernah terjadi Sumber: Anonim (2011a)

Setelah dilakukan analisis deskriptif dan kenyamanan, akan diketahui karakteristik struktur RTH yang mempengaruhi iklim mikro dan tingkat kenyamanan pada RTH di KRB. Berdasarkan hal tersebut, disusunlah rekomendasi untuk meningkatkan kualitas iklim mikro pada KRB sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi para penggunanya. Rekomendasi disusun secara deskriptif.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun raya. Kebun raya dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu jenis RTH yang terdapat di area perkotaan. Kebun raya yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Kebun Raya Bogor, Kota Bogor (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai November 2011. Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Maret sampai Juni 2011 dan pengolahan data dan penyusunan dilakukan selama lima bulan berikutnya.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Selama penelitian digunakan beberapa alat dan bahan seperti yang ada pada Tabel 1. Salah satu alat penting yang digunakan selama penelitian adalah

Mini Microclimate Station HeavyWeather, yang merupakan alat pengukur iklim mikro digital.

Tabel 1 Alat dan bahan penelitian

Alat/Bahan Kegunaan

Tiga perangkat Mini Microclimate Station

HeavyWeather Tipe WS2355

Mengukur iklim mikro

Tripod kamera Meletakkan alat pengukur iklim mikro Kamera Digital Merekam kondisi lokasi pengambilan data Peta Kawasan KRB Data map awal dalam menuntun turun

lapang

AutoCad 2007 Menentukan titik pengambilan data

Software HeavyWeather Menampilkan data iklim mikro dari alat

Alat pengukur iklim mikro digital yang digunakan terdiri dari beberapa bagian seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Seperangkat Mini Microclimate StationHeavyWeather

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan analisis deskriptif. Kegiatan survei bertujuan mengamati kondisi lokasi penelitian seperti kondisi fisik dan karakteristik RTH. Survei juga bertujuan menentukan titik pengambilan data, mengidentifikasi struktur RTH, dan mengambil data primer iklim mikro. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro serta mengetahui kenyamanan iklim mikro pada RTH Layar untuk menampilkan

iklim mikro

Alat pengukur suhu dan kelembaban

Alat pengukur curah hujan

Alat pengukur arah dan kecepatan angin

menggunakan THI (Temperature Humidity Index) dan skala Beaufort. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu persiapan penelitian, pengumpulan data, serta pengolahan data dan analisis (Gambar 5).

Gambar 5 Bagan proses penelitian

3.3.1 Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, dilakukan persiapan sebelum turun lapang dan pengambilan data seperti persiapan administrasi dan persiapan survei. Pada persiapan administrasi dilakukan pembuatan surat izin yang ditujukan untuk Kantor Pusat