• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon terhadap Iklim Mikro

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pengaruh RTH terhadap Iklim Mikro

5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon terhadap Iklim Mikro

Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap iklim mikro. Pada siang hari, pohon mampu menyerap radiasi matahari, memberikan naungan, dan melakukan transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara (Grey dan Deneke, 1978). Selain dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban udara, pohon juga dapat mempengaruhi kecepatan angin. Menurut Brown dan Gillespie (1995), pohon memiliki kemampuan cukup baik dalam mempengaruhi kecepatan dan mengubah arah aliran angin. Ukuran pohon yang cukup besar jika dibandingkan dengan struktur RTH lain menyebabkan pohon memiliki pengaruh paling besar terhadap aliran angin daripada struktur RTH lainnya. Kemampuan setiap pohon dalam mempengaruhi iklim mikro berbeda-beda sesuai dengan karakteristik strukturalnya.

Menurut Scudo (2002), terdapat beberapa karakteristik struktural pohon yang dapat mempengaruhi iklim mikro, yaitu bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk tanaman. Berikut ini adalah karakteristik struktural pohon yang dapat mereduksi suhu udara.

1. Memiliki tajuk piramidal atau bulat. Tajuk pohon dengan bentuk bulat dan piramidal memiliki daerah bebas cabang yang lebih rendah sehingga kemampuan tajuknya dalam menyerap radiasi matahari lebih tinggi.

2. Ditanam berjejer atau berkelompok. Pohon yang ditanam secara berjejer atau berkelompok memiliki kemampuan menyerap radiasi matahari sangat tinggi.

3. Memiliki tinggi yang sedang (6-15 meter). Pohon dengan tinggi sedang memiliki kemampuan menaungi serta mengurangi suhu permukaan paling baik.

4. Memiliki kepadatan tajuk tinggi. Semakin padat tajuk pohon, maka kemampuannya dalam menyerap radiasi matahari akan semakin tinggi.

Berbeda dengan pohon yang memiliki karakteristik sebagai pereduksi suhu udara, pohon yang dapat menaikkan suhu udara memiliki karakteristik, antara lain, memiliki tajuk horisontal atau kolumnar; ditanam secara tunggal; memiliki ukuran sangat rendah, rendah, atau tinggi (<6 meter dan 15< meter); serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai sedang.

Dalam hal mempengaruhi angin, pohon memiliki fungsi untuk mengarahkan, menyimpangkan, menghalangi, serta menyaring. Berikut ini adalah karakteristik struktural pohon yang dapat mengarahkan atau menyimpangkan angin.

1. Memiliki tajuk kolumnar, piramidal, atau bulat. Pohon dengan tajuk tersebut memiliki ukuran yang tidak terlalu lebar sehingga angin tidak menyebar dan dapat diarahkan.

2. Ditanam berjejer atau berkelompok. Pohon yang ditanam secara berjejer atau berkelompok memiliki kemampuan yang baik dalam mengarahkan angin.

3. Memiliki ukuran antara rendah sampai tinggi (<6-15< meter). Pohon dengan ukuran tersebut memiliki kemampuan cukup baik dalam menjangkau angin sehingga angin mudah diarahkan.

4. Memiliki kepadatan sedang atau rendah. Pohon dengan kepadatan tajuk tinggi akan cenderung menyaring angin dibanding mengarahkannya. Sementara itu, kemampuan dalam menyaring atau mengurangi kecepatan angin dapat dimiliki pohon dengan berbagai karakteristik bentuk tajuk, penanaman, dan ukuran, namun dengan kepadatan tajuk tinggi atau sedang.

Untuk melihat pengaruh antara struktur RTH pohon terhadap iklim mikro, dilakukan pengambilan data iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di bawah kanopi pohon. Pengukuran dilakukan pada siang hari yaitu pukul 12.30-13.30 WIB. Hasil pengukuran dikelompokkan sesuai areanya yaitu area pusat (rataan data Titik 1, 2, dan 3), tengah (rataan data Titik 4, 5, dan 6) , dan tepi (rataan data Titik 7, 8, dan 9) KRB. Grafik hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada struktur RTH pohon dapat dilihat pada Gambar 22, 23, dan 24.

Gambar 22 Grafik suhu udara pada struktur RTH pohon

Gambar di atas merupakan grafik hasil pengukuran suhu udara pada struktur RTH pohon pada pukul 12.30-13.30 WIB. Secara umum, kondisi seluruh grafik, dari titik awal hingga titik akhir, cenderung mengalami penurunan. Pada gambar, terlihat bahwa grafik suhu udara pada pohon di area tepi KRB memiliki posisi paling tinggi dibandingkan grafik suhu udara pohon di area lain. Grafik suhu udara pada pohon di area pusat berada pada posisi tertinggi kedua dan mengalami penurunan dari 31,6°C menjadi 30,3°C. Sementara itu, grafik suhu udara pada pohon di area tengah berada pada posisi paling rendah dan cenderung mengalami penurunan dari 31,4°C menjadi 30,5°C. Ketiga grafik di atas menunjukkan bahwa lokasi area pengambilan data tidak memberi pengaruh nyata terhadap suhu udara.

Menurut Laurie (1986), iklim ideal bagi manusia ialah udara bersih pada suhu 27-28°C. Pada grafik terlihat bahwa suhu udara pada struktur RTH pohon di KRB berada di atas 30°C atau berada di luar kriteria suhu udara ideal. Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur RTH pohon di KRB perlu memiliki karakteristik struktural tanaman yang dapat mereduksi suhu udara. Perbedaan suhu udara pada struktur RTH pohon di ketiga area terjadi akibat kemampuan struktur RTH pohon yang berbeda dalam mereduksi suhu udara. Kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik struktural setiap pohon.

Gambar 23 Grafik kelembaban udara pada struktur RTH pohon

Gambar 23 merupakan grafik kelembaban udara pada pohon di area pusat, tengah, dan tepi KRB. Pada grafik, terlihat bahwa posisi ketiga grafik mengalami naik turun di sepanjang waktu pengukuran dan mengalami perubahan yang berbeda-beda. Grafik kelembaban udara pada pohon di area pusat KRB hampir selalu berada di posisi paling atas dan mengalami kenaikan selama pengukuran dari 73,0% menjadi73,3%. Grafik kelembaban udara pada pohon di tengah KRB, pada mulanya, menempati posisi paling rendah yaitu pada titik 68,0%. Akan tetapi, grafik tersebut menunjukkan kenaikan yang berangsur-angsur sehingga posisinya berada di titik 71,3% dan mendahului grafik kelembaban udara pohon di tepi KRB. Berbeda dengan grafik kelembaban udara pohon di tengah KRB, grafik kelembaban udara pohon di tepi KRB tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan hampir selalu berada di posisi paling rendah. Urutan grafik kelembaban udara pada struktur RTH pohon tidak berlawanan dengan urutan grafik suhu udaranya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelembaban udara pada struktur RTH pohon tidak hanya dipengaruhi oleh suhu udara tetapi juga faktor lain seperti faktor lingkungan.

Berdasarkan hasil pengukuran, kelembaban udara pada struktur RTH pohon berada pada kisaran 68-73,7% atau berada pada kriteria kelembaban udara yang nyaman. Perbedaan kelembaban udara pada struktur RTH pohon di setiap area disebabkan oleh perbedaan karakteristik struktural tanaman serta faktor lingkungan.

Gambar 24 Grafik kecepatan angin pada struktur RTH pohon

Gambar di atas menunjukkan kecepatan angin pada struktur RTH pohon di area pusat, tengah, dan tepi KRB. Ketiga grafik di atas menunjukkan frekuensi datangnya angin dan kecepatan angin yang berbeda-beda. Selama pengukuran, angin tidak selalu ada sehingga kecepatan angin terkadang berada di titik nol. Dari gambar di atas, terlihat bahwa grafik kecepatan angin pada pohon di pusat KRB memiliki frekuensi dan kecepatan angin paling tinggi dibandingkan area lain. Kecepatan angin di area ini mencapai 0,5 m/s dan memiliki nilai rataan 0,14 m/s. Sama halnya dengan area pusat, kecepatan angin pada pohon di area tepi memiliki nilai tertinggi 0,5 m/s, namun nilai rataannya hanya 0,04 m/s. Grafik kecepatan angin pada pohon di tengah KRB memiliki rata-rata kecepatan terendah yaitu 0,03 m/s dan kecepatan angin tertinggi di area ini hanya mencapai 0,3 m/s.

Dari grafik di atas terlihat bahwa intensitas datangnya angin pada struktur RTH pohon cenderung kecil. Selain itu, kecepatan angin yang mengalir cukup rendah dan memiliki nilai tertinggi 0,5 m/s dan seluruh nilai rataan berada di bawah 0,2 m/s. Oleh karena itu, diperlukan suatu struktur RTH pohon yang memiliki karakteristik struktural dalam mengarahkan angin sehingga kecepatan angin dapat dioptimalkan. Intensitas dan kecepatan angin pada struktur RTH pohon di setiap area menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kemampuan setiap struktur RTH pohon dalam mengarahkan angin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik struktural

pohon di setiap area. Perbedaan karakteristik struktural pohon di setiap area dapat dilihat pada Gambar 25, 26, dan 27.

Gambar 25 Susunan struktur RTH pohon di area pusat KRB

Dari gambar di atas, dapat terlihat susunan struktur RTH pohon di area pusat KRB yang diwakili oleh Titik 1, 2, dan 3 tempat pengambilan data. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada area ini pepohonan ditanam secara berkelompok. Pada Titik 1, pohon yang digunakan untuk pengambilan data adalah

Shorea leprosula (meranti tembaga) yang memiliki tajuk kolumnar, ditanam berkelompok, memiliki ukuran 20 meter atau termasuk ke dalam pohon tinggi, serta memiliki kepadatan tajuk sedang. Pada Titik 2, pohon yang digunakan untuk pengambilan data adalah Elaeis guineensis (kelapa sawit) yang memiliki tajuk horisontal, ditanam berkelompok, memiliki ukuran 10 meter atau termasuk ke dalam pohon sedang, dan memiliki kepadatan tajuk sedang. Sementara itu, pada Titik 3, digunakan pohon tanjung (Mimusoph elengi) untuk pengambilan data, yang memiliki tajuk bulat, ditanam secara berkelompok, memiliki tinggi 15 meter atau termasuk dalam pohon sedang, dan memiliki tajuk dengan kepadatan sedang.

Jika dilihat dari karakteristik strukturalnya, terdapat beberapa karakteristik struktur RTH pohon yang cukup baik dalam mereduksi suhu udara atau meningkatkan kelembaban udara. Hal tersebut terlihat dari beberapa tanaman dengan bentuk tajuk yang bulat, penanaman pohon secara berkelompok, serta banyaknya pohon dengan ukuran sedang. Jika dilihat dari grafik, suhu udara pada struktur pohon di area ini berada di posisi tertinggi kedua. Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur RTH pohon di area ini masih memiliki beberapa kekurangan dalam mereduksi suhu udara dibandingkan area lain. Hal ini terlihat dari beberapa tanaman yang memiliki bentuk tajuk kolumnar dan horisontal, ukuran yang tinggi, dan kepadatan tajuk yang sedang. Di sisi lain, kelembaban

udara pada struktur RTH pohon di area pusat memiliki nilai paling tinggi dibanding area lain. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang dapat meningkatkan kelembaban udara. Kedekatan struktur RTH pohon dengan badan air diduga menjadi faktor yang menyebabkan kelembaban menjadi cukup tinggi. Lokasi Titik 2 yang terletak tidak jauh dari Sungai Ciliwung kemungkinan dapat menyebabkan kandungan uap air pada struktur RTH pohon cukup tinggi sehingga menghasilkan kelembaban udara cukup tinggi.

Sementara itu, struktur pepohonan di area pusat memiliki banyak karakteristik yang cukup baik dalam mengarahkan kecepatan angin. Hal ini terlihat dari banyaknya tanaman dengan bentuk tajuk yang bulat dan kolumnar, penanaman pohon secara berkelompok, banyaknya pohon berukuran tinggi sampai sedang, serta kerapatan tajuk yang sedang. Oleh karena itu, kecepatan angin pada struktur RTH pohon di area ini memiliki nilai cukup tinggi dibanding area lain.

Gambar 26 Susunan struktur RTH pohon di area tengah KRB

Gambar di atas merupakan susunan struktur RTH pohon di area tengah KRB. Pada area ini, pepohonan ditanam secara berkelompok maupun berjejer. Pada Titik 4, pohon yang digunakan sebagai tempat pengambilan data adalah

Artocarpus rotundus (peusar) yang memiliki tajuk kolumnar, ditanam secara berkelompok, memiliki tinggi 25 meter atau termasuk pohon tinggi, dan memiliki kepadatan tajuk tinggi. Pada Titik 5, digunakan pohon kenari (Canarium sp.) yang memiliki tajuk kolumnar, ditanam secara berkelompok, memiliki tinggi 10 meter atau termasuk ke dalam pohon sedang, dan memiliki kepadatan tajuk sedang. Sementara itu, pada Titik 6, digunakan pohon Dysoxylum densiflorum (majegau) untuk pengambilan data, yang memiliki tajuk bulat, ditanam secara berjejer,

memiliki tinggi 15 meter atau termasuk ke dalam pohon sedang, dan memiliki kepadatan tajuk sedang.

Dilihat dari karakteristiknya, area tengah KRB memiliki karakteristik struktur RTH pohon yang baik dalam mereduksi suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara seperti penanaman pohon secara berjejer dan berkelompok, bentuk tajuk pohon yang bulat, ukuran tanaman yang sedang, serta kepadatan tajuk yang yang mampu menyerap radiasi matahari secara optimal. Jika dilihat dari grafik, suhu udara pada struktur RTH pohon di area ini berada pada posisi paling rendah. Hal ini terjadi karena struktur RTH pohon di area tengah memiliki karakteristik struktural tanaman yang dapat mereduksi suhu udara lebih banyak dibanding area lain. Sementara itu, pada grafik kelembaban udara, terlihat bahwa kelembaban udara di area ini tidak berada pada posisi tertinggi. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurang optimalnya kondisi lingkungan dalam meningkatkan kelembaban udara jika dibanding area lain.

Sama halnya dengan struktur RTH pohon di area pusat, struktur RTH pohon di area tengah KRB banyak memiliki karakteristik struktural yang dapat mengarahkan angin. Karakteristik struktural tersebut antara lain, tajuk tanaman yang bulat dan kolumnar, pohon yang ditanam berjejer dan berkelompok, banyaknya tanaman berukuran tinggi sampai sedang, serta banyaknya kepadatan tajuk yang sedang. Akan tetapi, jika dilihat dari Gambar 24, struktur RTH pohon di tengah KRB memiliki kecepatan angin paling rendah. Kondisi pepohonan di area ini yang cenderung masif dengan jarak tanam antar pepohonan yang cukup rapat diduga menjadi penyebab rendahnya kecepatan angin yang mengalir di area ini.

Gambar 27 menunjukkan susunan struktur RTH pohon di area tepi KRB yang diwakili oleh Titik 7, 8, dan 9 tempat pengambilan data. Pada area ini, terdapat pepohonan yang ditanam secara tunggal, berjejer, maupun berkelompok. Pada Titik 7 tempat pengambilan data, digunakan pohon Pterygota alata (kasah) untuk pengambilan data yang memiliki tajuk kolumnar, ditanam secara tunggal, memiliki tinggi 15 meter atau termasuk pohon tinggi, dan memiliki kepadatan tajuk sedang. Pada Titik 8, digunakan pohon kenari (Canarium sp.) yang memiliki tajuk kolumnar, ditanam berjejer, memiliki tinggi 20 meter atau termasuk dalam pohon tinggi, dan memiliki kepadatan tajuk tinggi. Pada Titik 9, digunakan pohon palem uban (Washingtonia robusta) yang memiliki tajuk horisontal, ditanam secara berkelompok, memiliki tinggi 10 meter atau termasuk ke dalam pohon sedang, serta memiliki kepadatan tajuk sedang.

Struktur RTH pohon di area ini memiliki beberapa karakteristik yang dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara di antaranya adalah terdapat pepohonan yang ditanam secara berkelompok atau berjejer, dan ukuran pepohonan yang sedang, serta beberapa pohon dengan kepadatan tajuk tinggi. Akan tetapi, karakteristik tersebut memiliki jumlah paling sedikit jika dibandingkan dengan area lain. Hal tersebut juga dapat terlihat dari grafik suhu dan kelembaban udara. Suhu udara pada pada struktur RTH pohon di area ini berada di posisi paling tinggi, sedangkan kelembaban udara berada di posisi paling rendah.

Dilihat dari pengaruhnya terhadap kecepatan angin, struktur RTH pohon di area tepi KRB, memiliki beberapa karakteristik yang dapat memaksimalkan kecepatan angin seperti tajuk tanaman kolumnar, pepohonan yang ditanam berkelompok, ukuran tanaman tinggi sampai sedang, dan beberapa tanaman dengan kerapatan tajuk sedang. Akan tetapi, karakteristik tersebut berjumlah paling sedikit jika dibandingkan area lain. Pada grafik, kecepatan angin pada struktur RTH pohon di area tepi memiliki nilai tertinggi yang sama dengan struktur RTH pohon di area pusat walaupun intensitas datangnya angin pada area ini tidak setinggi intensitas datangnya angin pada area pusat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi RTH pohon di area tepi yang cenderung terbuka sehingga banyak mendapat aliran angin.