• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6.3. Analisis Persamaan Output Regresi

Besarnya pengaruh Quality of Work Life terhadap motivasi berprestasi karyawan diukur melalui persamaan regresi berganda, dengan X sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat motivasi berprestasi yaitu variabel partisipasi dalam pemecahan masalah, sistem imbalan yang inovatif, restrukturisasi kerja, dan perbaikan lingkungan kerja, sedangkan Y merupakan variabel yang dipengaruhi yaitu tingkat motivasi berprestasi. Output dari hasil perhitungan regresi berganda dapat dilihat pada Lampiran 6.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode enter, terlihat pada Tabel 20 diperoleh harga koefisien determinasi (R2) sebesar 0,294 (29,4 persen). Hal ini berarti bahwa 29,4 persen motivasi berprestasi bisa dijelaskan oleh variabel partisipasi dalam pemecahan masalah, sistem imbalan yang inovatif, restrukturisasi kerja dan variabel perbaikan lingkungan kerja. Sedangkan sisanya (100 – 29,4% = 70,6 persen) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Nilai R2 ini relatif kecil, hal ini disebabkan masih banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi yang tidak termasukkan dalam model regresi tersebut.

Standard Error of Estimate yang diperoleh adalah sebesar 2,038. Hal ini berarti semakin kecil standar kesalahan yang didapatkan akan semakin tepat dalam memprediksi variabel

dependen (Y), dalam hal ini adalah untuk memprediksi tingkat motivasi berprestasi.

Tabel 15. Koefisien determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .542a .294 .244 2.038

Untuk menguji lebih jauh model maka harus dilakukan uji-F. Nilai F digunakan untuk pengujian signifikansi koefisien regresi secara keseluruhan. Dengan signifikansi nilai F yang mendekati nol tersebut, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen yang terkait dengan korelasi regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen motivasi berprestasi (Y) yang diteliti. F hitung untuk persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini :

Tabel 16. Nilai F hitung

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 98.893 4 24.223 5.834 .001(a) Residual 232.517 56 4.152

Total 329.410 60

Dari tabel di atas diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,001 sementara alpha yang ditetapkan sebesar 0,05, dengan demikian signifikansi F lebih kecil dari alpha maka Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh ditolak. Sebagai konsekuensinya harus menerima Ha, yang berarti terdapat pengaruh. Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa model linier pendugaan antara X dan Y dapat dipakai sebagai parameter.

Koefisien regresi menunjukkan pada besarnya perubahan pada variabel dependen (Y) yang diakibatkan oleh adanya perubahan pada variabel independen yang masuk dalam model. Hasil perhitungan regresi dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini :

Tabel 17. Output regresi berganda mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi motivasi berprestasi

Unstandardize d Coefficients Standardized Coefficients Correlations Variabel B Std. Error Beta t Sig.

Zero-order Partial Part Motivasi berprestasi 13.298 1.80 9 7.351 .000 Partisipasi dalam pemecahan masalah .125 .173 .101 .722 .473 .331 .096 .081 Sistem imbalan yang inovatif .069 .132 .072 .524 .603 .319 .070 .059 Restrukturisa si kerja .035 .141 .039 .247 .806 .400 .033 .028 Perbaikan lingkungan kerja .301 .107 .425 2.816 .007 .522 .352 .316

Dari tabel di atas dapat diketahui persamaan regresi adalah sebagai berikut :

Y = 13,298 + 0,125 X1 + 0,069 X2 + 0,035 X3 + 0,301 X4

Nilai intercept (a) sebesar 14,484, nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika koefisien regresi X1, X2, X3, dan X4

dianggap tidak ada (0), maka persepsi karyawan mengenai motivasi berprestasi diperoleh sebesar 14,484. Hal ini dapat dikatakan juga bahwa tanpa adanya variabel seperti partisipasi dalam pemecahan masalah, sistem imbalan yang inovatif, restrukturisasi kerja dan perbaikan lingkungan kerja, para karyawan tetap mempunyai motivasi yang berasal dari faktor lain diluar keempat variabel tersebut.

Sesuai dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka perubahan tingkat variabel motivasi berprestasi yang terjadi di PT Pos Indonesia (Persero) akan searah dengan perubahan yang terjadi padaX1, X2, X3, dan X4. Hal ini karena kondisi koefisien regresi yang ada seluruhnya bertanda positif. Oleh karena itu penurunan nilai pada komponen QWL akan mengakibatkan penurunan pada tingkat variabel Y, demikian juga peningkatan pada tingkat variabel dependen Y.

Partisipasi dalam pemecahan masalah, terlihat bahwa nilai koefisiennya sebesar 0,125 artinya dengan meningkatnya nilai X1

sebesar satu satuan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka persepsi karyawan terhadap tingkat motivasi berprestasi diharapkan meningkat sebesar 0,125 persen. Selanjutnya, dari hasil uji-t didapat nilai signifikansi sebesar 0,473 sehingga variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi berprestasi karyawan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa partisipasi dalam pemecahan masalah mempengaruhi motivasi berprestasi karyawan.

Sistem imbalan yang inovatif, terlihat bahwa nilai koefisiennya sebesar 0,069 artinya dengan meningkatnya nilai X2

sebesar satu satuan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka persepsi karyawan terhadap tingkat motivasi berprestasi diharapkan meningkat sebesar 0,069 persen. Selanjutnya, dari hasil uji-t didapat nilai signifikansi sebesar 0,603 sehingga variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi berprestasi karyawan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa sistem imbalan yang inovatif mempengaruhi motivasi berprestasi karyawan.

Restrukturisasi kerja, terlihat bahwa nilai koefisiennya sebesar 0,035 artinya dengan meningkatnya nilai X3 sebesar satu satuan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka persepsi karyawan terhadap tingkat motivasi berprestasi diharapkan meningkat sebesar 0,035 persen. Selanjutnya, dari hasil uji-t didapat nilai signifikansi sebesar 0,806 sehingga variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi berprestasi karyawan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa restrukturisasi kerja mempengaruhi motivasi berprestasi karyawan.

Perbaikan lingkungan kerja, terlihat bahwa nilai koefisiennya sebesar 0,301 artinya dengan meningkatnya nilai X4 sebesar satu

satuan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y di PT Pos Indonesia (Persero) akan meningkat sebesar 0,301 persen. Jika dilihat dari nilai t hitung diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2,816 > 1,67, yang menunjukkan bahwa hipotesis mengenai terdapat pengaruh perbaikan lingkungan kerja terhadap motivasi berprestasi karyawan adalah diterima, sedangkan variabel X1, X2, X3 secara signifikan tidak berpengaruh karena berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hanya nilai X4

yang memiliki signifikansi kurang dari 0,05 (5 persen). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa motivasi berprestasi akan meningkat seiring dengan adanya perbaikan dalam lingkungan kerja. Kemampuan variabel independen X4 untuk menjelaskan variasi pada variabel dependen Y apabila variabel bebas/independen lainnya dikendalikan adalah sebesar 12,39 persen sebagaimana ditunjukkan oleh harga koefisien r hitung yang sebesar 0,352.

Di antara ke empat variabel tersebut diperoleh nilai t hitung

yang paling besar yaitu nilai t hitung dari variabel perbaikan lingkungan kerja sebesar 2,816. Hal ini menunjukkan bahwa variabel perbaikan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang paling besar terhadap motivasi berprestasi karyawan PT Pos Indonesia (Persero). Kedua variabel lainnya, yaitu partisipasi dalam pemecahan masalah dan sistem imbalan yang inovatif memiliki pengaruh terhadap motivasi berprestasi akan tetapi kontribusi pengaruh tersebut sangat kecil. Hal ini disebabkan karena nilai signifikansi kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05 dan nilai zero order yang masih lebih kecil dari 0,4. Variabel restrukturisasi kerja pada awalnya di duga berpengaruh, tetapi pada kenyataannya variabel tersebut tidak berpengaruh karena variabel tersebut telah dipenuhi oleh perusahaan sehingga hal tersebut tidak berpengaruh terhadap motivasi berprestasi karyawan (berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan).

Dokumen terkait