• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

C. Analisis Persepsi Kehidupan Pelacur

Pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah. Penyebab terjadinya pelacuran dilihat dari factor endogen dan eksogen. Di antara faktor endogen dapat disebutkan nafsu kelamin yang besar, sifat malas serta keinginan besar untuk hidup mewah.. Sedangkan di antara faktor eksogen paling

commit to user

utama adalah faktor ekonomi, urbanisasi yang tidak teratur, keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat dan sebagainya.

Pelacuran mempunyai pengaruh besar terhadap moral. Pelacuran yang dijumpai di kota besar seperti Surabaya dikatakan bukan masalah sosial utama, karena pengaruhnya terhadap ekonomi Negara, stabilitas politik, kebudayaan bangsa atau kekuatan nasional kecil sekali. Sebab utama yang sebenarnya adalah konflik mental, situasi hidup yang tidak menguntungkan pada masa anak-anak dan pola yang kurang dewasa serta ditambah dengan tingkat intelegensia yang rendah tarafnya.

Pada cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto, tokoh Lely menekuni dunia pelacuran bukanlah keinginannya sendiri. Namun Lely telah dijerumuskan oleh Jarod, seorang laki-laki yang baru dikenalnya saat di Terminal. Jarod memanfaatkan situasi dan kondisi Lely yang sedang kalut pikirannya, karena telah mengetahui suaminya berselingkuh. Perselingkuhan yang telah dilakukan oleh Tanoto, telah membawa dampak yang sangat buruk pada kehidupan Lely serta Tanoto sendiri. Akibat perselingkuhan yang dilakukan mereka, Tanoto dan Partiyem menghasilkan seorang anak hasil hubungan gelap keduanya. Partiyem sebagai selingkuhan memang bukan perempuan bodoh. Partiyem tidak mau menyerahkan anaknya pada Lely, yang ingin merawat anak tersebut. Karena Partiyem berfikir, anak hasil hubungannya dengan Tanoto tersebut dapat menjadi alat untuk menguras harta Tanoto. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :

Lely lagi sadhar yen dheweke kuwi pancen wis dadi iwak kecemplung ing wuwu, sing wis ora bakal bisa uwal maneh. Uga banjur ngreti yen Mami kuwi pancen

commit to user

Ning Partiyem iku ya dudu wong bodho, ora gelem dheke masrahake bayine, wong iku kena kanggo gaman ngeruk dhuwit. Dikaya ngapa, kanggo sawatar wulan rumah tanggane Lely saka njaba katone isih tentrem, jalaran sesambunge

sing lanang karo Partiyem kaya-kaya pancen wis cuthel tenan kae. ( Seri 8 : 17 )

Terjemahan :

Lely baru menyadari kalau dirinya memang sudah menjadi ikan yang masuk dalam jarring, yang sudah tidak akan bisa lepas lagi. Kemudian baru tahu kalau Mami itu germo. Jarot yang mencari mangsa….

Tetapi Partiyem itu bukan perempuan bodoh, tidak mau dirinya menyerahkan bayinya, karena itu bisa dijadikan alat menguras uang. Dibuat seperti apapun, untuk sementara waktu rumah tangga Lely dari luar terlihat masih tentram, karena hubungan suaminya dengan Partiyem sepertinya sudah benar-benar putus.

Pekerjaan sebagai pelacur sudah dikenal di masyarakat sejak masa lampau. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar pelacur dari masa ke masa. Pelacur atau PSK, selain keberadaannya meresahkan masyarakat juga dapat mematikan. Sebab mereka di tengarai menyebarkan atau menularkan penyakit AIDS, penyakit tersebut muncul salah satu penyebabnya merupakan perilaku seks bebas tanpa pengaman yang berupa kondom.

Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatife dan bagi mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun tetap dibutuhkan. Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya

commit to user

kaum laki-laki). Tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik.

Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial ( PSK ) atau wanita tuna susila, istilah lain tersebut juga mengacu kepada layanan seks komersial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelacur memiliki arti wanita tuna susila. Wanita yang menjual dirinya. Tapi dalam pengertian saya, para pelacur kehidupan merupakan orang-orang yang menjual dirinya untuk kehidupannya. Pelacur alias wanita tuna susila merupakan bagian dari para pelacur kehidupan. Bahkan kita pun merupakan para pelacur kehidupan.

Di kota-kota besar, banyak kaum urban yang menetap. Campuran budaya pun kerap terjadi. Alhasil, gaya hidup yang tinggi pun menjadi suatu harga diri. Uang menjadi Tuhan. Dalam pemahaman saya, saat ini fenomena ini sedang melanda kaum urban di kota-kota besar. Menjadi para pelacur kehidupan. Tidak hanya terjadi pada perempuan tetapi juga para lelaki. Banyak kaum urban yang bekerja di gedung mewah yang bertempat di kawasan bisnis dengan bayaran yang tinggi. Bayaran tinggi untuk menunjang gaya hidup yang tinggi. Tingkat stress pun menjadi tinggi. Bayangkan saja, berangkat dan pulang kerja terkena macet. Bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Rutinitas menjadi bagian hidup dan hasilnya pun kepenatan yang tidak kunjung hilang. Bekerja hanya menjadi suatu rutinitas yang tak ada rasa cinta di dalamnya. Tak ada perasaan senang dalam menjalaninya. Hanya demi materi yang telah menjadi Tuhan untuk memenuhi gaya hidup. Inilah pemahaman saya terhadap para pelacur kehidupan.

commit to user

Ismoe Rianto, selaku pengarang cerita bersambung Mecaki Lurung kang

Ilang memiliki persepsi sendiri tentang pelacur. Menurut Ismoe Rianto, seseorang

yang menjadi pelacur terdapat empat penyebabnya, antara lain yaitu: faktor ekonomi, pendidikan rendah, keadaan, serta pergaulan. Akan tetapi dari berbagai penyebab-penyebab tersebut, pada dasarnya semua manusia itu memiliki sifat yang baik serta tidak ada seorangpun yang memiliki keinginan / cita-cita sebagai pelacur. Pelacur sebenarnya tidak berbeda jauh dengan orang-orang biasa seperti pada umumnya, mereka mempunyai harga diri, rasa cinta, rasa kasih sayang pada sesama. Hanya saja, keadaan yang terkadang membuat mereka menjadi manusia yang liar serta seolah-olah kehilangan sosial masyarakatnya. Apalagi pada era seperti sekarang, godaan semakin banyak serta keinginan yang semakin besar. Misalnya saja bekerja di toko dengan gaji yang minim / sedikit, sementara kebutuhan hidup sehari-hari begitu besar. Hal tersebut yang membuat mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal seperti itu.

Pada kehidupan bermasyarakat, pelacur cenderung tidak menampakkan / menonjolkan diri sebagai pelacur. Bahkan tidak jarang, apabila dikatakan sebagai pelacur, mereka akan marah. Pada saat bulan puasa tiba, para pemuka agama serta pamong praja mengusik keberadaannya di lokalisasi agar dapat menutup sementara kegiatannya, dengan tujuan untuk menghormati orang-orang sedang melaksanakan puasa. Sebenarnya tanpa disuruh, mereka sangat menghormati bulan puasa. Dapat dibuktikan, pada siang hari mereka tidak melayani pelanggan bahkan mereka juga melaksanakan puasa. Pada waktu malam hari, mereka juga ikut melaksanakan Sholat

commit to user

Tarawih berjama’ah di Masjid. Mereka akan melayani pelanggan setelah Sholat Tarawih sampai waktu sahur tiba.

Pelacur dalam menjajakan seks tidak hanya yang bersifat terbuka, seperti halnya pelacur-pelacur yang mangkal di pinggir jalan untuk mencari pelanggan. Namun ada juga yang bersifat tertutup, misalnya saja perempuan-perempuan yang menjajakn seks dengan sembunyi-sembunyi dengan tujuan tidak diketahui orang tua, saudara, atau teman-temannya. Kebanyakan yang bersifat tertutup ini, umurnya masih terbilang muda. Tidak jarang mereka juga masih duduk di bangku sekolah tingkat pertama, tingkat menengah, maupun perguruan tinggi. Faktor penyebabnya karena ekonomi yang kurang, namun cenderung menginginkan gaya hidup yang mewah.

Mawar (nama samaran), merupakan pelajar Sekolah Menengah Atas yang kini duduk di bangku kelas dua. Jalan kehidupan yang dia jalani kini berliku dan berkelok. Sekitar satu tahun yang lalu, orang tuanya memutuskan untuk bercerai karena suatu permasalahan. Mawar serta adiknya memilih tinggal bersama Ibunya, sebab tidak berselang lama setelah perceraian itu terjadi, Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi. Untuk membantu keuangan Ibunya serta memenuhi keinginannya, Mawar memutuskan bekerja sebagai pelayan kafe. Di usianya yang terbilang masih muda, Mawar harus memikirkan untuk mendapatkan banyak uang tanpa harus memberatkan Ibunya. Awal mulanya, Mawar bekerja seperti biasa saja. Namun, karena di kafe itu tamu yang datang kebanyakan memesan minum-minuman keras, Mawar pun sering menemani tamunya minum. Sampai pada akhirnya, Mawar

commit to user

diminta untuk melayani nafsu seorang tamu yang tengah mabuk. Pertama Mawar menolaknya, tetapi dengan iming-iming uang Mawar pun tak kuasa menolaknya.

Kini kehidupannya berubah, Mawar sering membolos sekolah dan sering mendapat teguran dari guru. Sekarang Mawar terbiasa dengan profesinya tersebut, terbiasa melayani nafsu lelaki hidung belang serta terbiasa minum-minuman yang memabukkan itu. Dengan tarif 250 ribu sampai 300 ribu per tamu, Mawar mampu membantu kebutuhan Ibu, adik, serta dirinya sendiri. Dia selalu berusaha menutup-nutupi profesinya tersebut, baik Ibu maupun orang lain hanya mengetahui kalau dirinya bekerja sebagai pelayan kafe. Meski harus sembunyi-sembunyi, namun belum pernah terlintas dalam pikirannya untuk meninggalkan profesinya itu. Sebab menurutnya, profesi tersebut merupakan cara yang paling cepat untuk mendapatkan uang. Dari profesinya itu juga, dirinya mampu memenuhi semua kebutuhan serta keinginannya.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan yang mencolok antara Lely dan Mawar. Lely seorang pelacur yang bersifat terbuka, namun dia berada pada deretan pelacur yang tarifnya relatif mahal. Dalam satu kali pakai, hasilnya cukup digunakan makan jangka waktu satu bulan. Meski begitu, Lely mampu tergerak hatinya untuk meningglkan profesinya. Perkenalannya dengan Rasmoyo telah membawa kehidupannya menuju ke arah yang lebih baik. Lely sanggup menerima pendapatnnya dari menjahit dan membuka warung kelontong. Padahal pendapatannya tidak seberapa bila dibandingkan saat masih di Wisma. Lain halnya dengan Mawar, dia lebih memilih untuk menekuni profesinya hampir satu

commit to user

tahun ini. Dan belum ada pikiran Mawar untuk merubah jalan hidupnya ke arah yang lebih baik lagi.

Dokumen terkait