• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL LOKASI, ALIH FUNGSI LAHAN, PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEJADIAN

ANALISIS POLA STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SAAT KEJADIAN BANJIR

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bagaimana kerugian yang dialami oleh petani di Desa Sungai Buntu akibat berbagai dampak perubahan iklim salah satunya adalah banjir. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat melakukan tindakan adaptasi. Tindakan adaptasi merupakan proses awal saat terjadi bencana, namun dengan seringnya intensitas bencana yang hampir rutin selalu terjadi setiap tahunnya, masyarakat melakukan strategi nafkah. Strategi nafkah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Sungai Buntu. Kajian ini mencoba melihat bagaimana strategi adaptasi dilakukan oleh pemilik lahan dan buruh tani pada masyarakat yang bekerja sebagai petani. Strategi nafkah dalam hal ini untuk melihat sejauh mana pilihan dari strategi nafkah tersebut dapat meningkatkan ketahanan rumahtangga saat terjadi bencana akibat perubahan iklim.

Tindakan Kolektif Masyarakat Menghadapi Kejadian Banjir

Masyarakat Desa Sungai Buntu sebagian besar merupakan petani. Petani di Desa Sungai Buntu didominasi oleh buruh tani (petani gurem) sedangkan pemilik tanah di Desa Sungai Buntu hanyalah 6 orang. Penguasaan tanah umumnya dikuasai oleh sedikit orang, sebab sebagian besar tanah petani setempat sudah dijual dan petani lokal hanya sebagai buruh tani Saat terjadi bencana banjir maka petani pengelola umumnya menanggung kerugian yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan pendapatan buruh tani hanya berasal dari pertanian yang hasilnya dibagi dua dengan pemilik sedangkan pemilik umumnya memiliki penghasilan lain namun mendapat tambahan dari adanya share profit dari buruh tani.

Bencana akibat perubahan iklim seperti banjir, hama dan penyakit tanaman maupun kurang suburnya lahan pertanian yang berdampak pada produktivitas tanaman mengakibatkan petani mengalami gagal panen berturut turut dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi tersebut diatasi melalui berbagai tindakan antara lain tindakan adaptasi. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat umumnya guna melindungi diri sendiri maupun untuk tujuan mencukupi kebutuhan sehari hari. Strategi adapatsi yang dilakukan oleh masyarakat pada dasarnya sejalan dengan rencana aksi daerah setempat. Hal tersebut disebabkan ada beberapa tindakan adaptasi yang dilakukan secara bergotong royong dan merupakan bagian dari kegiatan desa.

Adaptasi merupakan perilaku responsif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif merupakan proses penataan sistem bagi tindakan atau tingkah laku yang bertujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang ada (Bennet (1976) dan Pandey 14(1993). Kejadian banjir berdampak pada rusaknya areal sawah, kegagalan panen, rusaknya tanggul akibat meluapnya saluran irigasi. Dampak kejadian banjir yang terjadi di Desa Sungai Buntu antara lain rusaknya kawasan pertanian, bendungan, saluran air maupun

14

irigasi infrastruktur baik jalan utama maupun tanggul pembatas di kawasan pesisir pantai.

Masyarakat Desa Sungai Buntu melakukan tindakan kolektif dalam mengatasi dampak banjir melalui pembersihan saluran irigasi untuk mengurangi luapan banjir dan pembuatan tanggul tanggul darurat untuk mengatasi luapan air sungai masuk ke sawah petani. Masyarakat Desa Sungai Buntu melakukan tindakan kolektif untuk mengurangi dampak banjir akibat rob dengan membuat pembatas menggunakan berbagai benda mulai dari pasir sampai kasur yang sudah tidak terpakai yang digunakan sebagai pembatas. Intensitas kejadian banjir mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan masyarakat juga melakukan melakukan tindakan kolektif yang didukung oleh pemerintah desa setempat. dan strategi nafkah yang dilakukan oleh masing masing rumahtangga petani.

Desa umumnya hanya memfasilitasi berbagai tindakan masyarakat dalam bentuk infrastuktur yaitu pengembangan jaringan irigasi maupun pengembangan teknologi panen air, sedangkan peningkatan hasil melalui minimalisir kehilangan akibat puso dan OPT dilakukan oleh masyarakat secara swadaya melalui kelompok tani. Masyarakat Desa Sungai Buntu yang memiliki strategi penanganan OPT dan Puso yang dilakukan secara terorganisir oleh kelompok tani maupun lembaga swadaya masyarakat setempat. Pada masyarkat Desa Sungai Buntu tindakan kolektif untuk mengtasi kerugian akibat bencana selain banjir sudah diaplikasikan baik oleh pemerintah desa yang didukung oleh pemerintah daerah setempat maupun dilakukan oleh masyarakat sendiri. Pada tabel 12 terdapat kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa Sungai Buntu.

Tabel 12 Tindakan Kolektif Masyarakat Menghadapi Kejadian Banjir

Tindakan

 Penggunaan bibit yang tahan hama dan penyakit

 Pemindahan rumah sementara (saat terjadi bencana salah satunya air pasang)

 Penggunaan pupuk yang lebih baik  Pembangunan tanggul dari komponen rumah tangga seperti kasur, bantal maupun pasir untuk menahan abrasi air laut.

 Perbaikan saluran irigasi guna melancarkan air irigasi

Capacity building yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan tujuan agar tanggap terhadap bencana. Umumnya dilakukan dalam bentuk rapat desa

 Pembuatan kolam tampungan / embung disekitar kawasan pertanian yang bertujuan saat terjadi musim panas / kering sawah tidak kekurangan pasokan air.

sumber : data primer hasil wawancara di lapangan

Tindakan lain yang dilakukan masyarakat adalah dalam penyesuaian infrastruktur daerah dalam hal ini pembuatan batas untuk mengatasi abrasi. Strategi tersebut dilakukan masyarakat Desa Sungai Buntu yang tinggal dikawasan pesisir adalah membangun batas untuk mengatasi abrasi. Umumnya atas inisiatif warga masyarakat sendiri untuk mengatasi dampak abrasi maupun menutupi jalan berlubang. Masyarakat telah memiliki kesiapan jika terjadi

bencana dimana masyarakat telah memiliki pola untuk “pindah rumah” pada waktu tertentu setiap bulannya. Perpindahan rumah sementara yang dilakukan oleh masyarakat umumnya dilakukan saat bulan penuh (purnama) dan tidak ada bulan (bulan mati). Hal tersebut disebabkan pada saat itu kondisi air pasang hingga permukaan dan sering masuk kedalam rumah.

Tindakan kolektif yang dipaparkan pada Tabel 12 dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Buntu secara bergotong royong maupun dilakukan oleh masing masing rumahtangga. Tindakan yang dilakukan secara bergotong royong dilakukan hampir oleh 90% rumahtangga petani. Kegiatan pembersihan saluran irigasi umumnya dilakukan secara bergantian oleh kelompok tani setiap hari jumat sebelum melakukan penanaman. Kegiatan tersebut diketuai oleh mitra cai yang merupakan lembaga yang mengatur pembagian air.

Tindakan lain yang dilakukan oleh rumahtangga dan bukan tindakan kolektif adalah pemindahan rumah saat terjadi bencana. Pada saat bencana banjir umumnya rumahtangga melakukan pemindahan rumah ke rumah kerabat atau tetangga desa sedangkan jika terjadi bencana rob umumnya masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana akan menggeser sementara rumahnya jika air pasang. Selain tindakan dalam bentuk fisik maupun tindakan kolektif, masyarakat juga melakukan tindakan untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga. Tindakan tersebut disebut sebagai strategi nafkah. Strategi nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga dibagi dua yaitu untuk melihat perbedaan strategi nafkah yang dilakukan oleh pemilik lahan dan buruh tani untuk dapat bertahan hidup pada saat terjadi bencana banjir.

Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Masyarakat

Perilaku masyarakat dalam menetukan strategi nafkah yang akan dipilih untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain modal sosial, modal sumberdaya, dan modal materi. Kajian ini mencoba untuk melihat perbedaan faktor yang mempengaruhi pilihan strategi nafkah terhadap dua kelompok yang menjadi kajian di Desa Sungai Buntu antara lain pemilik lahan dan buruh tani.

Tabel 13 Faktor yang mempengaruhi pilihan strategi nafkah

Akses Pemilik Lahan Buruh Tani

Penggarap Aset Kendaraan √ Aset Benda Berharga √ Aset Tanah √ Aset Ternak √ Materi √ Jaringan / relasi √ √

Sumber : Hasil wawancara mendalam dengan masyarakat Desa Sungai Buntu

Berdasarkan tabel 13 dari dua kategori petani yaitu pemilik lahan, buruh pengelola dan penggarap menunjukkan masing masing memiliki faktor yang mempengaruhi pilihan strategi nafkah yang akan dipilih. Pemilik lahan memiliki berbagai modal baik modal sosial maupun modal ekonomi serta relasi atau

jaringan terhadap perbankan, sedangkan petani penggarap (buruh tani) hanya memiliki akses terhadap relasi dalam hal ini pemilik lahan maupun rentenir. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan strategi nafkah yang dilakukan oleh ketiganya. Tabel 14 berikut menunjukkan pilihan strategi dari masing masing kelompok antara lain :

Tabel 14. Pilihan Strategi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Buntu

Keterangan Pemilik Lahan Petani Penggarap

Strategi Nafkah

a.Diversifikasi sumber Pendapatan

1. Menjual Asset √

2. Pinjaman √

3. Menggadaikan Sawah √

4. Berdagang √

5. Bekerja sebagai Pelayan Toko √

6. Bekerja serabutan √

7. Bekerja ke kota √

8. Buruh Migran √

9. Industri Kecil Pembuatan Opak √ √

10. PSK √

b. Memanfaatkan Jaringan √ √

c. Alternative TIndakan Lain √ √

Sumber : Hasil wawancara mendalam dengan masyarakat Desa Sungai Buntu

Berbagai strategi yang dilakukan oleh masyarakat saat terjadi banjir dipengaruhi oleh modal baik modal sosial maupun modal asset dan ekonomi. Hal tersebut mendasari perbedaan pilihan strategi nafkah yang dilakukan oleh masyarakat Desa. Kejadian banjir pada awalnya disikapi masyarakat setempat melalui strategi adaptasi baik membuat tanggul, perbaikan saluran irigasi, melakukan penanaman alternatif, dan melakukan alternatif waktu tanam. Hal tersebut bertujuan agar saat terjadi kejadian banjir maka petani tidak merugi terlalu besar dengan adanya strategi nafkah ganda yang dilakukan rumahtangga petani. Kejadian banjir tidak hanya berdampak secara fisik baik terhadap bangunan maupun berdampak pada kondisi ekonomi dalam rumahtangga petani yang mengalami kerugian. Kerugian secara ekonomi disebabkan oleh berkurangnya kemampuan petani dalam memprediksi kondisi lingkungan akibat tidak pastinya waktu hujan di kemarau dalam satu tahun. Kondisi tersebut menyebabkan petani melakukan beberapa pilihan strategi nafkah antara lain sebagai buruh migran, pedagang, pekerja seks komersial dan beberapa pilihan strategi nafkah lainnya.

Pilihan strategi nafkah akibat kejadian banjir dibagi menjadi strategi nafkah yang dilakukan oleh pemilik dan strategi yang dilakukan oleh buruh tani. Pada Tabel 15 menunjukkan pilihan strategi yang dilakukan oleh pemilik dalam waktu satu tahun dimana pada tahun tersebut terjadi kejadian bencana banjir (bulan Januari sampai Mei) dengan waktu tanam yang terjadi pada Januari dan Agustus. Pada bulan Januari terjadi kegagalan panen, namun pada masa tanam kedua masyarakat Desa Sungai Buntu mengalami keberhasilan panen. Pada Tabel 15 menunjukkan pilihan strategi yang dilakukan pemilik lahan dalam satu tahun.

Tabel 15 Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Pemilik Lahan dalam satu tahun

Ket Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Ket Banjir Banjir Banjir X ROB X

Pemilik Menjual Ternak/Emas Menjual Ternak/Emas Menjual Ternak/Emas Usaha Opak Usaha Opak Usaha Opak

Pendapatan 1-3juta 1-3juta 1-3juta 2,850

(ribu)

2,850 (ribu)

2,850 (ribu)

Ket Jul Aug Sep Okt Nov Des

Ket X Tanam Tanam Tanam Panen Istirahat

Pemilik Gadai Sawah Tanam Tanam Tanam Panen Jual

Pendapatan ≥ 10 juta Tanam Tanam Tanam 24jt 24jt

sumber : Data primer hasil wawancara dengan narasumber

Pilihan strategi nafkah yang dilakukan saat terjadi kejadian banjir yang dilakukan oleh pemilik lahan antara lain menjual ternak atau barang berharga seperti emas untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, meningkatkan penjualan opak dengan mengembangkan industri rumahtangga yang tidak hanya dilakukan saat terjadi kejadian banjir namun juga dilakukan saat normal, dan strategi nafkah lain adalah dengan intensifikasi pertanian yang umumnya dilakukan dengan menggadaikan sawah sebelum memasuki masa tanam. Gadai sawah tersebut akan ditebus jika panen berhasil. Selain itu pemilik lahan juga melakukan penjualan yang bekerjasama dengan pengusaha penggilingan maupun pasar untuk menjual hasil panen.

Pilihan strategi nafkah akibat kejadian banjir dibagi menjadi strategi nafkah yang dilakukan oleh pemilik dan strategi yang dilakukan oleh buruh tani. Pada Tabel 16 menunjukkan pilihan strategi yang dilakukan oleh buruh tani dalam waktu satu tahun dimana pada tahun tersebut terjadi kejadian bencana banjir (bulan Januari sampai Mei) dengan waktu tanam yang terjadi pada Januari dan Agustus. Pada bulan Januari terjadi kegagalan panen, namun pada masa tanam kedua masyarakat Desa Sungai Buntu mengalami keberhasilan panen. Pada Tabel 16 menunjukkan pilihan strategi yang dilakukan pemilik lahan dalam satu tahun.

Tabel 16 Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Buruh Tani dalam satu tahun

Ket Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Ket Banjir Banjir Banjir X ROB X

Buruh  Migrasi  Menjual Ikan Buruh Migran PSK Buruh Migran PSK  Pelayan Toko  Mencari kerang  Migrasi Buruh Migran PSK Pdptn <1jt 2-10jt 2-10jt 500 -1jt 1jt 2-10jt

Ket Jul Aug Sep Okt Nov Des

Ket X Tanam Tanam Tanam Panen Istirahat

Buruh Buruh Migran

PSK

Tanam Tanam Tanam Panen Pesta

Pdptn 2-10jt Tanam Tanam Tanam 4.8jt 4.8jt

Pilihan strategi nafkah yang dilakukan saat terjadi kejadian banjir yang dilakukan oleh buruh tani antara lain migrasi ke Kabupaten untuk menjual opak maupun hasil dari desa yang dilakukan oleh petani (suami), maupun pergi ke tetangga desa untuk mengais padi. Sebesar 60% buruh tani melakukan pekerjaan mengais padi bukan untuk dijual namun untuk dikonsumsi sendiri. Tindakan tersebut umumnya dilakukan saat paceklik baik yang disebabkan oleh kejadian banjir maupun kejadian lainnya. Strategi nafkah lain yang dilakukan oleh buruh adalah mengirim anggota keluarganya menjadi buruh migran, menjual ikan, maupun menjadi pekerja seks komersial.

Berbagai pilihan strategi nafkah tersebut dilakukan baik oleh pemilik lahan maupun buruh tani untuk dapat bertahan hidup disaat kritis. Perbedaan pilihan strategi anfakah antara pemilik lahan dan buruh tani sebagaimana yang dijelaskan Sajogyo (1991) yang membedakan pilihan startegi nafkah berdasarkan luas kepemilikan lahan. Lapisan atas yang merupakan pemilik lahan memiliki tanah lebih dari 1 hektar umumnya melakukan startegi akumulasi modal yang menggunakan surplus pertanian untuk membesarkan usaha diluar pertanian dan sebaliknya. Pada Pemilik lahan di Desa Sungai Buntu memiliki startegi akumulasi untuk membesarkan usaha industri opak dimana usaha tersebut dipergunakan sebagai salah satu strategi untuk bertahan saat terjadi kerugian akibat kejadian banjir. Pada buruh tani yang tidak memiliki tanah, strategi nafkah yang dilakukan adalah sebagai katup penyelamat dalam hal ini adalah untuk mencukupi keutuhan sehari hari yang berusaha untukmenutup defisit pertanian akibat hutang saat terjadi bencana banjir. Hal tersebut terlihat dari berbagai pilihan strategi nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga buruh tani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari hari tidak hanya saat terjadi banjir namun juga disaat normal.

Analisis Pilihan Strategi Nafkah Pemilik Lahan

Masyarakat Desa Sungai Buntu memiliki beberapa alternatif pekerjaan sebagai strategi nafkah yang dilakukan oleh pemilik lahan. Strategi adaptasi lain adalah usaha kecil pembuatan opak yang merupakan strategi nafkah pemilik lahan. Pada strategi alternatif kedua yaitu usaha kecil pembuatan opak jika dikembangkan dengan baik lebih menguntungkan sustainable dimasa yang akan datang. Persoalan sumberdaya utama yaitu beras ketan dapat disiasati dengan membangun tempat penyimpanan berupa lumbung dimana jika sewaktu waktu terjadi kejadian banjir persediaan bahan baku untuk membuat opak dapat diambil dari tempat penyimpanan. Hal tersebut menjadi salah satu alternatif dimana pemilik lahan tetap dapat bertahan hidup tanpa harus keluar dari desa. Analisis dampak ekonomi dalam hal ini tidak hanya melihat berapa besar pendapatan yang dapatkan namun juga pengeluaran dari setiap rumahtangga setiap bulannya. Pengeluaran dalam hal ini penting sebagai dasar untuk melihat berapa besar tabungan yang dapat disimpan sebagai cadangan jika sewaktu waktu terjadi kejadian banjir, sakit, kecelakaan dan sebagainya.

Pemilik lahan memiliki beberapa alternatif strategi yaitu beternak, berdagang, memiliki usaha pembuatan opak, menjual asset, dan menggadaikan sawah. Strategi lain adalah memajukan dan memundurkan masa tanam maupun masa panen jika terjadi kejadian banjir. Beberapa pilihan strategi tersebut dilakukan tidak hanya saat terjadi kejadian banjir namun juga dilakukan saat

normal. Pada Gambar 9 menunjukkan pilihan strategi nafkah yang hanya dilakukan oleh pemilik lahan pada saat terjadi kejadian banjir. Pilihan strategi yang banyak dilakukan oleh pemilik lahan sat banjir antara lain menggadaikan sawahnya (22%), menjual asset (22%) dan menjadi pedagang (22%) baik membuka warung maupun menjual opak di pasar atau di kota.

Gambar 9 Pilihan Strategi Nafkah Saat Terjadi Banjir

Pilihan strategi nafkah berupa penjualan asset dan gadai sawah hanya dilakukan pada saat terjadi paceklik baik yang disebabkan oleh kejadian banjir maupun kejadian lain. Pilihan strategi nafkah lain seperti berdagang, menjadi tengkulak, membuat opak merupakan startegi nafakh yang dilakukan tidak hanya saat terjadi banjir, namun juga saat normal dengan tujuan sebagai antisipasi jika terjadi kejadian banjir rutin setiap tahunnya. Pilihan strategi nafkah menjual asset dan gadai sawah adalah untuk mencukupi kebutuha saat paceklik dan menutup kerugian akibat gagal panen.

Strategi Nafkah On Farm

Pilihan strategi nafkah yang dilakukan oleh pemilik lahan dibagi berdasarkan tiga aspek antara lain pilihan strategi nafkah yang masih berhubungan dengan pertanian sebagai dasar melakukan tindakan. Pertanian sebagai strategi nafkah antara lain dengan melakukan peternakan dan menggadaikan sawah. Peternakan umumnya usaha yang dilakukan oleh petani beriringan dengan usaha pertanian. Petani umumnya melakukan gadai sawah saat terjadi paceklik yang bertujuan untuk modal saat masa tanam selanjutnya (setelah pacekllik).

Gambar 10 Pertanian sebagai Pilihan Strategi Nafkah Pemilik Lahan Pedagang Tengkulak Membuat Opak Peternak Menjual Aset Gadai Sawah 22% 0 20 40 60 80 100

ayah ibu anak lk anak pr

Gadai Sawah Peternak 22% 22% 11% 15% 7%

Pada Gambar 10 terlihat bawah sebagian besar rumahtangga petani melakukan strategi nafkah beternak dan menggadaikan sawahnya saat terjadi kejadian banjir. Strategi nafkah beternak (menjual ternak) dan menggadaikan sawah umumnya dilakukan pemilik lahan saat terjadi kejadian bencana banjir yang menyebabkan kegagalan panen. Pemilik modal kehilangan sumber pendapatan (modal) untuk melakukan tanam kembali sehingga menjual ternak maupun menggadaikan sawah merupakan alternatif solusi yang diambil oleh rumahtangga pemilik lahan.

Pada saat terjadi banjir tahunan (yang terjadi setiap tahun) dengan waktu kurang dari 25 hari, maka strategi yang dilakukan petani tidaklah dengan menjual seluruh asetnya. Pilihan untuk menggadaikan sawahnya masih menjadi alternatif pilihan strategi nafkah, namun selain itu pemilik lahan memiliki alternatif strategi lain yaitu :

1. Memajukan masa panen jika kejadian banjir terjadi pada akhir masa tanam dengan umur tanaman yang sudah mencukupi;

2. Memundurkan masa tanam jika kejadian banjir terjadi pada awal masa tanam;

3. Jika banjir terjadi pada masa pertengahan (panen dan tanam), umumnya pemilik lahan akan melihat kondisi padi jika memungkinkan dan dapat bertahan maka akan dibiarkan untuk dipanen sesuai jadwal jika tidak maka akan dibatalkan masa panen (gagal panen).

Strategi Nafkah Non Farm (Membuat opak)

Pilihan strategi nafkah yang dilakukan oleh pemilik lahan dibagi berdasarkan tiga aspek antara lain pilihan strategi nafkah yang masih berhubungan dengan keterampilan sebagai dasar melakukan tindakan. Keterampilan sebagai strategi nafkah antara lain dengan pengambangan usaha pembuatan opak yang dilakukan oleh sebagian pemilik lahan.

Gambar 11 Keterampilan sebagai Pilihan Strategi Nafkah Pemilik Lahan

Dokumen terkait