• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Prioritas Pengembangan PPSC

Total Rasio

4.2.5 Analisis Prioritas Pengembangan PPSC

Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan B/C Ratio adalah:

1) jika B/C Ratio > 1, layak diterima; 2) jika B/C Ratio < 1, tidak layak diterima.

4.2.5 Analisis Prioritas Pengembangan PPSC

Analisis prioritas pengembangan PPSC digunakan untuk menentukan alternatif prioritas pengembangan PPSC. Analisis pengembangan PPSC menggunakan teknik fuzzy analytical hierarchy process (AHP). Proses Hirarki Analitik (AHP) dirancang untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu, melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. Analisis ini merupakan suatu pendekatan analisis yang bertujuan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, dan biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur, maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat (judgement) (Saaty 1993 dan Marimin 2004).

Menurut Saaty (1993) dalam memecahkan persoalan dengan AHP terdapat tiga prinsip dasar:

(1) Menyusun Hirarki

Dalam praktek induk terdapat prosedur untuk menentukan tujuan, kriteria dan aktivitas yang terdapat dalam suatu hirarki bahkan dalam sistem yang lebih umum. Masalah yang harus dipecahkan dalam bagian ini adalah menentukan atau memilih tujuan dalam rangka mendekomposisikan kompleksitas sistem. Untuk mendefinisikan tujuan secara rinci sesuai dengan periskusi untuk mendapatkan konsep yang relevan dalam permasalahan.

(2) Struktur Hirarki

Struktur hirarki merupakan bagian dari suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi komponen secara menyeluruh. Struktur ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari suatu sasaran utama turun ke sub-sub tujuan, lalu

ke pelaku (aktor) yang memberi dorongan, turun ke tujuan-tujuan aktor dan kemudian untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.

(3) Penyusunan Bobot

Tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen keputusan yang ada pada setiap tingkat hirarki keputusan, ditentukan melalui penilaian pendapat dengan cara komparasi berpasangan. Komparasi tersebut adalah membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan, sehingga terdapat nilai tingkat kepentingan. Untuk mentransformasi dari data kualitatif menjadi data kuantitatif digunakan skala penilaian, sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka.

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin 2004).

Dalam proses pengambilan keputusan, otak manusia mempunyai karakteristik yang spesial yang mampu belajar dan menalar pada lingkungan yang samar (vague) dan kabur (fuzzy). Berbeda dengan model matematik formal dan logika formal yang memerlukan data kuantitatif dan tepat, otak manusia juga mampu untuk sampai kepada suatu keputusan yang didasarkan pada data yang tidak tepat dan kualitatif. Dengan kata lain setiap pengambil keputusan dalam memberikan preferensinya terhadap suatu alternatif atau kriteria adalah bersifat fuzzy (Machfud 2001).

Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Pada umumnya pengembangan metode fuzzy AHP melalui empat tahap (Yudhistira dan Diawati 2000), yaitu: (1) Skoring alternatif dan kriteria

Skoring yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam bentuk variabel linguistik seperti sangat jelek, sedikit jelek, sedang, sedikit bagus dan lain-lain. Menurut Kastaman (1999) fuzzyfikasi pada metode fuzzy AHP adalah

proses pengubahan nilai selang rating (berupa batas nilai) yang diberikan oleh penilai menjadi selang dalam bentuk bilangan fuzzy dengan maksud untuk menghilangkan ketidakkonsistenan nilai yang disebabkan selang rating dan bias setiap penilai.

(2) Defuzzifikasi skor fuzzy

Defuzzifikasi dilakukan untuk menentukan satu nilai dari skor fuzzy. Menurut Marimin (2005) defuzzyfikasi merupakan suatu proses pengubahan output fuzzy ke output yang bernilai tunggal (crisp). Terdapat banyak metode defuzzyfikasi, namun yang banyak digunakan adalah metode centroid, nilai variabel dari centre of gravity suatu keanggotaan untuk nilai fuzzy. Sedangkan di dalam metode maksimum, satu dari nilai-nilai variabel yang merupakan nilai kepercayaan maksimum gugus fuzzy dipilih sebagai nilai tunggal untuk variabel output.

(3) Pembobotan

Pembobotan dapat dilakukan berdasarkan teori Saaty. Menurut Marimin (2004) untuk menentukan nilai eigen (eigenvector), dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu dengan manipulasi matriks dan persamaan matematik.

(4) Rangking dan skor akhir

Menentukan rangking dan skor akhir dapat digunakan set operasi yang memungkinkan sesuai dengan teori.

Menurut Kastaman (1999) keuntungan metode fuzzy AHP, antara lain: (1) Mampu mengatasi persoalan yang sifatnya kualitatif, yang terkadang

membingungkan (fuzzy), contohnya: bagaimana menentukan suatu pilihan dari serangkaian alternatif pilihan yang didasarkan atas beberapa kriteria yang sifatnya kualitatif, misalnya: kenyamanan atau keindahan yang tolok ukur atau skala ukurannya relatif. AHP dalam hal ini menyediakan suatu skala yang mengukur hal-hal yang tak dapat dinyatakan secara jelas atau relatif, sedemikian rupa skala ukuran yang sifatnya kualitatif dapat diperlakukan sebagaimana halnya data kuantitatif, dan untuk menghindari ketidakkonsistenan dalam perhitungan, pada proses analisisnya melibatkan metode perbandingan berpasangan.

(2) Mengingat pada proses pemilihan alternatif dalam AHP didasarkan atas perbandingan secara berpasang-pasangan dari mulai tingkatan (level) kriteria terbawah menurut hirarki persoalan yang dirumuskan, maka pada proses

analisis ini terjadi pembobotan kriteria dan pemilihan alternatif berdasarkan kompetisi penuh. Dengan demikian tingkat dominasi kepentingan atau bobot masing-masing kriteria dapat ditentukan secara pasti.

(3) Proses pengambilan keputusannya dapat secara kelompok maupun perorangan, tergantung dari banyak sedikitnya responden penilai. Oleh karena itu metode ini dapat dikatakan fleksibel dalam menjawab persoalan baik yang sifat keputusannya individual maupun kelompok.

(4) Pengambilan keputusannya akan lebih obyektif, karena metode ini mampu menampilkan alternatif selang kepercayaan yang berkaitan dengan tingkat obyektivitas pengambilan keputusan.

(5) Dengan AHP dimungkinkan untuk memperbaiki definisi suatu masalah dan mengembangkan keputusannya melalui pengulangan, bila pada saat tahap analisis terjadi kekeliruan atau adanya kekurangan yang perlu ditambahkan. (6) Metode AHP dapat mengakomodasikan pendapat setiap orang dan dalam

proses pengambilan keputusannya dapat dilakukan baik berdasarkan penilaian (judgement) maupun konsensus.

(7) Oleh karena dalam AHP dibuat suatu hirarki sistem, maka dalam proses analisis akan terlihat keterkaitan atau ketergantungan diantara satu elemen sistem dengan elemen sistem lainnya.

(8) AHP menghitung konsistensi logis dari setiap penilaian yang digunakan dalam menentukan prioritas. Sehingga ketidakkonsistenan dalam perbandingan berpasangan diantara alternatif pilihan dapat dihindari. Contoh dari bentuk ketidakkonsistenan yang dimaksud misalnya: A > B, B > C, namun terjadi C > A. Konsistensi terjadi apabila A > B, B > C dan A > C. (9) Bias yang muncul pada saat pembobotan kriteria dapat dihilangkan karena

adanya proses normalisasi bobot.

Penentuan prioritas pengembangan fasilitas dengan pendekatan fuzzy AHP akan didasarkan dengan tiga tingkatan hirarki. Tingkat pertama adalah fokus prioritas pengembangan fasilitas di PPSC, tingkat kedua adalah aspek atau kriteria dan tingkat ketiga adalah alternatif pengembangan fasilitas. Fokus pengembangan fasilitas di PPSC adalah penentuan prioritas pengembangan fasilitas di PPSC. Aspek ataupun kriteria pengembangan fasilitas PPSC yaitu SDI, jumlah dan jenis produksi ikan, biaya atau ketersediaan anggaran, manfaat, kebutuhan masyarakat atau nelayan penangkap, jenis industri pengolahan, jenis industri jasa, jenis industri penangkapan, kebutuhan bakul atau nelayan dan

kebutuhan pengolah. Alternatif pengembangan fasilitas dalam pengembangan PPSC adalah dengan menambah jenis fasilitas baru, memperluas fasilitas yang ada, dan menambah jenis dan memperluas fasilitas yang ada. Hirarki prioritas pengembangan fasilitas PPSC dengan pendekatan fuzzy AHP ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Prioritas pengembangan fasilitas PPSC.