• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekayasa model pengembangan pelabuhan perikanan samudera Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rekayasa model pengembangan pelabuhan perikanan samudera Cilacap"

Copied!
612
0
0

Teks penuh

(1)

Perikanan Samudera Cilacap. Dibimbing oleh Bambang Murdiyanto, Marimin dan Sugeng Hari Wisudo.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu model rekayasa pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) melalui pendekatan sistem, yaitu: (1) analisis potensi sumber daya ikan (SDI), (2) prakiraan aktivitas di pelabuhan perikanan (PP), (3) analisis biaya dan manfaat, (4) analisis tingkat pemanfaatan, (5) analisis prioritas pengembangan fasilitas, (6) analisis kelembagaan dalam pengembangan PP, (7) analisis strategi dalam pengembangan PP, dan (8) rancangan pengembangan PP.

Rekayasa model pengembangan PPSC dirancang dalam suatu program komputer yang diberi nama SISBANGPEL (Sistem Pengembangan Pelabuhan Perikanan). Sub model analisis potensi SDI menggunakan metode surplus produksi model Schaefer dan Fox. Sub model analisis prakiraan aktivitas di PP dirancang dengan metode prakiraan. Sub model analisis biaya dan manfaat mengintegrasikan berbagai operasi dalam penentuan kriteria kelayakan: NPV, EIRR dan Net B/C. Sub model analisis tingkat pemanfaatan fasilitas digunakan untuk mengetahui optimalisasi pemanfaatan fasilitas pelabuhan di PPSC. Sub model analisis prioritas pengembangan fasilitas dirancang dengan pendekatan Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP). Sub model analisis kelembagaan dirancang dengan metode Interpretative Structural Modelling (ISM). Sub model analisis strategi pengembangan dirancang dengan menggunakan pendekatan SWOT (strength, weaknesses, opportunity, threats).

Hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) aplikasi metode pendekatan sistem pada penelitian ini telah menghasilkan suatu model pengembangan PPSC melalui suatu paket program yang diberi nama SISBANGPEL; (2) model pengembangan PP yang dirancang dapat digunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam merencanakan pengembangan PP; (3) hasil verifikasi model dan analisis menunjukkan prioritas pengembangan PPSC adalah: pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan, menjaga kebersihan kolam pelabuhan (0.49390), perluasan dermaga bongkar muat (0.13885), pengembangan TPI I dan II (0.13885), pengembangan area industri (0.11687), penambahan fasilitas SPBU dan logistik (0.11155). Berdasarkan analisis biaya dan manfaat, PPSC layak dikembangkan. Pelaku yang berperan sebagai elemen kunci yang mendorong pengembangan PPSC adalah pemerintah daerah, pemerintah pusat dan nelayan. Strategi pengembangan PPSC adalah optimalisasi pemanfaatan potensi SDI sekaligus pengamanan wilayah perairan Indonesia, menyediakan fasilitas yang memenuhi standar internasional, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas operasional PP, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan pengawasan dan penegakan hukum. Kata Kunci : Rekayasa, model, pengembangan pelabuhan, Kabupaten Cilacap,

(2)

Under supervision : Bambang Murdiyanto, Marimin and Sugeng Hari Wisudo. The objectives of the research were compiling and designing development model of Cilacap fishing port with system approach, especially : (1) potency analysis of fish resources, (2) prediction analysis of activity in fishing port, (3) cost and benefit analysis, (4) utility level analysis, (5) priority analysis of developing facility, (6) institutional analysis in developing fishing port, (7) strategic analysis in developing fishing port, and (8) design of fishing port development.

The design of Cilacap fishing port development model is implemented into computer program namely SISBANGPEL (Development System of Fishing Port). Potency analysis of fish resources was done by using surplus production method model Schaefer and Fox. Prediction analysis of activity in fishing port designed by forecasting. Cost and benefit analysis integrated various operation in determination of financial criteria analysis: NPV, EIRR and Net B/C. Utility level analysis of facility are used to know optimization utility of facilities in Cilacap fishing port. Priority analysis of development facility designed was analyzed with Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP) approach. Institutional analysis sub model in developing fishing port designed with Interpretative Structural Modeling (ISM). Strategic analysis of developing fishing port sub model designed by using SWOT (strength, weaknesses, opportunity, threats) analysis.

The result of the research have several conclusions as follows: (1) application system approach method result Cilacap fishing port model by computer program called SISBANGPEL; (2) development model of fishing port that was designed applicable to help decision making process in planning development of fishing port; (3) based on verification SISBANGPEL model in Cilacap fishing port showed priority of development Cilacap fishing port are dredge groove fishing route and port basin, look after hygiene of port basin (0.49390), extension of fish landed (0.13885), developing fish auction I and II (0.13885), developing industrial area (0.11687), and addition facility of gas station and logistics (0.11155). Based on benefit and cost analysis Cilacap fishing port proper to growth, appropriate to visibility criteria: NPV, EIRR and B/C ratio. Actors that have role as key element support Cilacap fishing port development are regional government and central government followed fisherman. Development strategic of Cilacap fishing port are optimization potency of fish resources, preparing facility fulfilling international standard, maintaining and repairing operational facility of fishing port, increasing institutional capacity, and also controlling and law enforcement.

(3)

AGUS SUHERMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

AGUS SUHERMAN

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor, pada

Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr.Ir.M.Fedi A.Sondita, MSc Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof.Dr.Lachmuddin Sya’rani

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Rekayasa Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Mei 2007

(7)

Perikanan Samudera Cilacap. Dibimbing oleh Bambang Murdiyanto, Marimin dan Sugeng Hari Wisudo.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu model rekayasa pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) melalui pendekatan sistem, yaitu: (1) analisis potensi sumber daya ikan (SDI), (2) prakiraan aktivitas di pelabuhan perikanan (PP), (3) analisis biaya dan manfaat, (4) analisis tingkat pemanfaatan, (5) analisis prioritas pengembangan fasilitas, (6) analisis kelembagaan dalam pengembangan PP, (7) analisis strategi dalam pengembangan PP, dan (8) rancangan pengembangan PP.

Rekayasa model pengembangan PPSC dirancang dalam suatu program komputer yang diberi nama SISBANGPEL (Sistem Pengembangan Pelabuhan Perikanan). Sub model analisis potensi SDI menggunakan metode surplus produksi model Schaefer dan Fox. Sub model analisis prakiraan aktivitas di PP dirancang dengan metode prakiraan. Sub model analisis biaya dan manfaat mengintegrasikan berbagai operasi dalam penentuan kriteria kelayakan: NPV, EIRR dan Net B/C. Sub model analisis tingkat pemanfaatan fasilitas digunakan untuk mengetahui optimalisasi pemanfaatan fasilitas pelabuhan di PPSC. Sub model analisis prioritas pengembangan fasilitas dirancang dengan pendekatan Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP). Sub model analisis kelembagaan dirancang dengan metode Interpretative Structural Modelling (ISM). Sub model analisis strategi pengembangan dirancang dengan menggunakan pendekatan SWOT (strength, weaknesses, opportunity, threats).

Hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) aplikasi metode pendekatan sistem pada penelitian ini telah menghasilkan suatu model pengembangan PPSC melalui suatu paket program yang diberi nama SISBANGPEL; (2) model pengembangan PP yang dirancang dapat digunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam merencanakan pengembangan PP; (3) hasil verifikasi model dan analisis menunjukkan prioritas pengembangan PPSC adalah: pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan, menjaga kebersihan kolam pelabuhan (0.49390), perluasan dermaga bongkar muat (0.13885), pengembangan TPI I dan II (0.13885), pengembangan area industri (0.11687), penambahan fasilitas SPBU dan logistik (0.11155). Berdasarkan analisis biaya dan manfaat, PPSC layak dikembangkan. Pelaku yang berperan sebagai elemen kunci yang mendorong pengembangan PPSC adalah pemerintah daerah, pemerintah pusat dan nelayan. Strategi pengembangan PPSC adalah optimalisasi pemanfaatan potensi SDI sekaligus pengamanan wilayah perairan Indonesia, menyediakan fasilitas yang memenuhi standar internasional, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas operasional PP, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan pengawasan dan penegakan hukum. Kata Kunci : Rekayasa, model, pengembangan pelabuhan, Kabupaten Cilacap,

(8)

Under supervision : Bambang Murdiyanto, Marimin and Sugeng Hari Wisudo. The objectives of the research were compiling and designing development model of Cilacap fishing port with system approach, especially : (1) potency analysis of fish resources, (2) prediction analysis of activity in fishing port, (3) cost and benefit analysis, (4) utility level analysis, (5) priority analysis of developing facility, (6) institutional analysis in developing fishing port, (7) strategic analysis in developing fishing port, and (8) design of fishing port development.

The design of Cilacap fishing port development model is implemented into computer program namely SISBANGPEL (Development System of Fishing Port). Potency analysis of fish resources was done by using surplus production method model Schaefer and Fox. Prediction analysis of activity in fishing port designed by forecasting. Cost and benefit analysis integrated various operation in determination of financial criteria analysis: NPV, EIRR and Net B/C. Utility level analysis of facility are used to know optimization utility of facilities in Cilacap fishing port. Priority analysis of development facility designed was analyzed with Fuzzy-Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP) approach. Institutional analysis sub model in developing fishing port designed with Interpretative Structural Modeling (ISM). Strategic analysis of developing fishing port sub model designed by using SWOT (strength, weaknesses, opportunity, threats) analysis.

The result of the research have several conclusions as follows: (1) application system approach method result Cilacap fishing port model by computer program called SISBANGPEL; (2) development model of fishing port that was designed applicable to help decision making process in planning development of fishing port; (3) based on verification SISBANGPEL model in Cilacap fishing port showed priority of development Cilacap fishing port are dredge groove fishing route and port basin, look after hygiene of port basin (0.49390), extension of fish landed (0.13885), developing fish auction I and II (0.13885), developing industrial area (0.11687), and addition facility of gas station and logistics (0.11155). Based on benefit and cost analysis Cilacap fishing port proper to growth, appropriate to visibility criteria: NPV, EIRR and B/C ratio. Actors that have role as key element support Cilacap fishing port development are regional government and central government followed fisherman. Development strategic of Cilacap fishing port are optimization potency of fish resources, preparing facility fulfilling international standard, maintaining and repairing operational facility of fishing port, increasing institutional capacity, and also controlling and law enforcement.

(9)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

(10)

Judul Disertasi : Rekayasa Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

Nama : Agus Suherman

NRP : C561030021

Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Bambang Murdiyanto,MSc Ketua

Prof.Dr.Ir.Marimin,MSc Dr.Ir.Sugeng Hari Wisudo,MSi Anggota Anggota

Diketahui,

Program Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ketua,

Prof.Dr.Ir.John Haluan,MSc Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS

(11)

Penulis bernama Agus Suherman dilahirkan di Desa Penawar, Kecamatan Gedung Aji, Kabupaten Tulang Bawang, Propinsi Lampung pada tanggal 03 Agustus 1976, merupakan putra ke tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Usman PPS dan Marfu’ah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Bina Bumi Menggala Lampung pada tahun 1989, lulus dari SMP Negeri Gedung Aji Menggala pada tahun 1991. Pada tahun 1994 Penulis lulus dari SMA Negeri I Menggala Lampung. Tahun 1994 Penulis diterima di Universitas Diponegoro (UNDIP) pada Jurusan Perikanan melalui Jalur Program Seleksi Siswa Berpotensi (PSSB) dan lulus strata 1 pada tahun 1998.

(12)

Pengembangan Pelabuhan Perikanan (PP) di suatu wilayah harus dilakukan secara terencana dan terpadu dengan menganalisis elemen-elemen penting yang terkait dalam sistem PP. Sub sistem PP meliputi hulu, pusat dan hilir. Pertama, aspek hulu (marine terrain) adalah tempat terjadinya aktivitas penangkapan. Analisis wilayah hulu terdiri dari analisis terhadap parameter-parameter yang berkaitan dengan potensi SDI, daerah penangkapan dan lingkungan perairan. Kedua, aspek pusat atau PP, pada hakekatnya PP merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. PP dalam analisisnya merupakan elemen yang meliputi kondisi fisik existing, potensi perikanan (produksi, nilai produksi, unit penangkapan). Ketiga, aspek hilir adalah bagian dari wilayah daratan, tempat di mana suatu PP menjual jasa-jasanya dan menarik para pengguna jasa untuk memanfaatkan PP. Hiir merupakan salah satu elemen penting dalam analisis karena elemen ini meliputi konsumen, sarana prasarana pendukung, lembaga dan organisasi yang mendukung aktivitas PP. Dalam disertasi dengan judul “Rekayasa Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” tertuang pemikiran-pemikiran tentang model pengembangan PPSC. Model ini bisa diterapkan di seluruh PP yang ada di Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, MSc, Bapak Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc dan Bapak Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, MSi selaku pembimbing atas saran dan arahan beliau bertiga mulai dari persiapan penelitian sampai selesainya disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Fedi A. Sondita, MSc atas masukannya dalam ujian tertutup. serta Kepada Bapak Prof.Dr. Lachmuddin Sya’rani dan Ibu Dr.Ir. Ernani Lubis DEA serta Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, MSi atas saran dan masukannya pada ujian terbuka. Kepada Prof.Dr.Ir. John Haluan, MSc selaku Ketua Program Studi Teknologi Kelautan (TKL) atas masukan dan koreksiannya pada disertasi ini, serta Dr.Ir. Mulyono S Baskoro, MSc selaku ketua Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan S3 di TKL-IPB.

Kepada isteri dan anak-anak yang selalu ada di sepanjang situasi baik suka maupun duka, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas kesabaran, pengertian serta kasih sayangnya selama ini.

Semoga Disertasi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Mei 2007

(13)

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... x

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 13

1.4 Manfaat Penelitian... 14

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 14

1.6 Hipotesis Penelitian ... 14

1.7 Novelty... 15

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 Konsep dan Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera 17 2.1.1 Pengertian Pengembangan Pelabuhan Perikanan ... 19

2.1.2 Model-Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan ... 20

2.2 Peran Pendekatan Sistem dalam Rekayasa Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan ... 22

2.3 Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan ... 26

3 KERANGKA PEMIKIRAN... 31

3.1 Landasan Teori... 33

3.2 Pendekatan Sistem... 38

3.2.1 Analisis Kebutuhan ... 38

3.2.2 Formulasi Permasalahan... 42

3.2.3 Identifikasi Sistem... 43

4 METODOLOGI ... 46

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 46

4.2 Tahap Penelitian... 47

4.2.1 Analisis Potensi SDI ... 51

4.2.2 Analisis Prakiraan ... 52

4.2.3 Analisis Tingkat Pemanfaatan Fasilitas ... 57

4.2.4 Analisis Biaya dan Manfaat ... 59

4.2.5 Analisis Prioritas Pengembangan PPSC ... 61

4.2.6 Analisis Kelembagaan ... 65

4.2.7 Strategi Pengembangan PPSC ... 68

4.3 Pengumpulan Data ... 70

4.4 Pengolahan Data ... 71

4.5 Konfigurasi dan Pengembangan Model... 71

4.5.1 Sistem Manajemen Dialog... 73

4.5.2 Sistem Manajemen Basis Data... 73

4.5.3 Sistem Manajemen Basis Model ... 73

4.5.4 Verifikasi dan Validasi Model... 73

5 HASIL PENELITIAN ... 75

5.1 Profil Lokasi Penelitian ... 75

(14)

5.1.1 Profil Kabupaten Cilacap ... 75

5.1.2 Profil Perikanan Tangkap Cilacap ... 75

5.1.3 Profil PPSC... 77

5.2 Verifikasi dan Validasi Model... 79

5.2.1 Verifikasi Model SISBANGPEL... 82

5.2.2 Validasi Rekayasa Model Pengembangan ... 165

6 PEMBAHASAN ... 170

6.1 Implementasi Model Pengembangan PPSC ... 172

6.2 Verifikasi Model SISBANGPEL... 175

6.2.1 Analisis Potensi SDI di Cilacap... 175

6.2.2 Analisis Prakiraan Aktivitas di PPSC ... 179

6.2.3 Analisis Kondisi dan Tingkat Pemanfaatan Fasilitas di PPSC... 179

6.2.4 Analisis Prioritas Pengembangan PPSC ... 180

6.2.5 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan PPSC ... 180

6.2.6 Analisis Kelembagaan Pengembangan PPSC ... 181

6.2.7 Analisis Strategi Pengembangan PPSC... 182

6.3 Validasi Rekayasa Model Pengembangan ... 182

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI ... 185

7.1 Implementasi Model Pada Pengembangan PPSC ... 185

7.2 Implementasi Model Pada Pengembangan PP Lainnya ... 189

8 KESIMPULAN DAN SARAN ... 191

8.1 Kesimpulan ... 191

8.2 Saran ... 193

DAFTAR PUSTAKA ... 194

LAMPIRAN ... 203

(15)

1 Produksi, potensi dan tingkat pemanfaatan masing-masing kelompok

SDI laut pada setiap WPP tahun 1997 ... 6

2 Potensi dan tingkat pemanfaatan perikanan laut di Kabupaten Cilacap Tahun 2001 ... 9

3 Hasil evaluasi kinerja PPSC tahun 2004 ... 10

4 Data series volume dan nilai produksi di PPSC tahun 1995-2005 ... 11

5 Data series jumlah kunjungan kapal masuk di PPSC tahun 1996-2005 .. 12

6 Data distribusi logistik di PPSC tahun 1996-2005 ... 12

7 Sarana penunjang usaha perikanan dan kelautan di Kabupaten Cilacap 77 8 Keadaan umum di PPSC pada tahun 2005... 79

9 Masukan data jumlah produksi dan effort ikan pelagis besar di Cilacap pada sub model analisis SDI ... 83

10 Masukan data jumlah produksi dan effort ikan pelagis kecil di Cilacap pada sub model analisis SDI ... 83

11 Masukan data jumlah produksi dan effort ikan demersal di Cilacap pada sub model analisis SDI ... 84

12 Masukan data produksi dan upaya penangkapan (effort) udang di Cilacap pada sub model analisis SDI ... 85

13 Masukan data produksi di PPSC tahun 1994-2005... 86

14 Masukan data nilai produksi di PPSC perbulan tahun 2003-2004 ... 87

15 Masukan data jumlah armada perikanan di PPSC berdasarkan alat tangkap... 87

16 Masukan data jumlah kunjungan kapal masuk di PPSC ... 88

17 Masukan data jumlah kapal keluar dari PPSC ... 88

18 Masukan data series armada perikanan yang melakukan aktivitas bongkar berdasarkan alat tangkap di PPSC tahun 1996-2005 ... 89

19 Masukan data distribusi logistik per tahun di PPSC ... 90

20 Masukan data perkembangan retribusi lelang di TPI PPSC dari tahun 1996-2005 ... 90

21 Masukan data jumlah kapal yang menggunakan jasa docking di PPSC tahun 1996-2005 ... 91

22 Masukan data series jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di PPSC pada tahun 1996-2004 ... 91

23 Masukan data jenis fasilitas yang tersedia di PPSC ... 92

24 Masukan data tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC tahun 2004... 93

25 Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat langsung ... 94

26 Masukan data manfaat proyek fasilitas PPSC ... 94

(16)

27 Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat tidak langsung... 95

28 Masukan data prediksi nilai manfaat ekonomi PPSC ... 96

29 Masukan data biaya proyek fasilitas PPSC ... 99

30 Masukan data total aliran kas fasilitas PPSC ... 101

31 Masukan data pada sub model analisis kelembagaan... 103

32 Masukan data jenis variabel internal faktor evaluasi (IFE) dan eksternal faktor evaluasi (EFE) ... 105

33 Keluaran hasil analisis potensi SDI Cilacap tahun 2005 ... 113

34 Nilai CPUE dan lama trip untuk masing-masing alat tangkap per kelompok ikan... 114

35 Prakiraan jumlah kapal dan produksi di Cilacap... 114

36 Rincian rencana pengembangan PPSC ditinjau dari potensi SDI ... 115

37 Keluaran sub model analisis prakiraan volume produksi di PPSC tahun 2006-2010 ... 116

38 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah armada perikanan di PPSC berdasarkan alat tangkap 2006-2010 ... 120

39 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah kunjungan kapal masuk di PPSC 2006-2010... 120

40 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah kapal keluar dari PPSC 2006-2010 ... 120

41 Keluaran analisis prakiraan untuk armada perikanan yang melakukan aktivitas bongkar berdasarkan alat tangkap di PPSC tahun 2006-2010 .. 120

42 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah kapal yang menggunakan jasa docking di PPSC tahun 2006-2010 ... 121

43 Keluaran sub model analisis prakiraan distribusi logistik di PPSC 2006-2010... 130

44 Perkembangan retribusi lelang di TPI PPSC dari tahun 2006-2010 ... 133

45 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di PPSC pada tahun 2006-2010... 133

46 Rincian prakiraan jumlah kapal dan produksi di PPSC dalam harian ... 134

47 Keluaran sub model tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC ... 135

48 Hasil perhitungan bobot kriteria... 136

49 Hasil perhitungan nilai eigen alternatif untuk setiap kriteria ... 137

50 Hasil dan rangking skor akhir ... 137

51 Keluaran sub model analisis biaya dan manfaat pengembangan PPSC . 138 52 Keluaran sub model analisis kelembagaan pengembangan PPSC ... 140

53 Keluaran sub model analisis strategi pengembangan PPSC terhadap penilaian internal faktor evaluasi (IFE) dan eksternal faktor evaluasi (EFE) ... 158

(17)
(18)

1 Peta wilayah pengelolaan perikanan Indonesia ... 7

2 Peta penyebaran pelabuhan perikanan di Indonesia ... 8

3 Tahap pendekatan sistem (Eriyatno 2003)... 24

4 Struktur dasar sistem penunjang keputusan (Eriyatno 2003)... 25

5 Kerangka pemikiran rekayasa model pengembangan PP ... 32

6 Metodologi penyelesaian masalah dengan pendekatan sistem (Manetsch dan Park 1977) ... 39

7 Hierarki sistem pengelolaan PPSC ... 40

8 Diagram sebab akibat sistem pengembangan PPSC ... 44

9 Diagram input-output sistem pengembangan PPSC ... 45

10 Tahap penelitian model pengembangan PPSC ... 48

11 Prioritas pengembangan fasilitas PPSC ... 65

12 Diagram Teknik ISM (Eriyatno 2003 dan Marimin 2004) ... 67

13 Konfigurasi Model Sistem Pengembangan PPSC ... 72

14 Hierarki prioritas pengembangan PPSC... 102

15 Kecenderungan upaya penangkapan tahunan ikan pelagis besar di Cilacap... 106

16 Grafik fluktuasi CPUE tahunan ikan pelagis besar di Cilacap ... 107

17 Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan ikan pelagis besar di Cilacap... 107

18 Kecenderungan upaya penangkapan tahunan ikan pelagis kecil di Cilacap... 108

19 Grafik fluktuasi CPUE tahunan ikan pelagis kecil di Cilacap... 108

20 Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan ikan pelagis kecil di Cilacap... 109

21 Kecenderungan upaya penangkapan tahunan ikan demersal di Cilacap .. 110

22 Grafik fluktuasi CPUE tahunan ikan demersal di Cilacap... 110

23 Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan ikan demersal di Cilacap... 110

24 Kecenderungan effort tahunan penangkapan udang di Cilacap ... 111

25 Fluktuasi CPUE tahunan udang di Cilacap ... 111

26 Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan udang di Cilacap... 112

27 Prakiraan produksi ikan demersal ... 116

28 Kecenderungan rata-rata produksi ikan demersal bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 116

(19)

29 Prakiraan produksi ikan pelagis besar... 117

30 Kecenderungan rata-rata produksi ikan pelagis besar bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 117

31 Prakiraan produksi ikan pelagis kecil ... 117

32 Kecenderungan rata-rata produksi ikan pelagis kecil bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 118

33 Prakiraan produksi udang... 118

34 Kecenderungan rata-rata produksi udang bulanan di PPSC tahun 1995-2005... 118

35 Prakiraan produksi cumi-cumi ... 119

36 Kecenderungan rata-rata produksi cumi-cumi bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 119

37 Prakiraan jumlah kapal gill net... 121

38 Prakiraan jumlah kapal trammel net... 121

39 Prakiraan jumlah kapal long line... 122

40 Prakiraan jumlah kapal lain ... 122

41 Prakiraan jumlah kunjungan kapal < 10 GT ... 122

42 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal < 10 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 123

43 Prakiraan jumlah kunjungan kapal 10-20 GT ... 123

44 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal 10-20 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 123

45 Prakiraan jumlah kunjungan kapal 20-30 GT ... 124

46 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal 20-30 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 124

47 Prakiraan jumlah kunjungan kapal > 30 GT ... 124

48 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal > 30 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 125

49 Prakiraan jumlah kapal keluar < 10 GT ... 125

50 Kecenderungan rata-rata kapal keluar < 10 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 125

51 Prakiraan jumlah kapal keluar 10-20 GT ... 126

52 Kecenderungan rata-rata kapal keluar 10-20 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 126

53 Prakiraan jumlah kapal keluar 20-30 GT ... 126

54 Kecenderungan rata-rata kapal keluar 20-30 GT bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 127

55 Prakiraan jumlah kapal keluar > 30 GT ... 127

(20)

57 Prakiraan jumlah kapal trammel net yang bongkar ... 128

58 Kecenderungan rata-rata kapal trammel net yang bongkar bulanan di PPSC tahun 1995-2005... 128

59 Prakiraan jumlah kapal gill net yang bongkar... 128

60 Kecenderungan rata-rata kapal gill net yang bongkar bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 129

61 Prakiraan jumlah kapal long line yang bongkar... 129

62 Kecenderungan rata-rata kapal long line yang bongkar bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 129

63 Prakiraan jumlah kapal docking... 130

64 Kecenderungan rata-rata kapal docking bulanan di PPSC tahun 1995-2005... 130

65 Prakiraan kebutuhan logistik es... 131

66 Kecenderungan rata-rata kebutuhan logistik es bulanan di PPSC tahun 1995-2005 ... 131

67 Prakiraan jumlah logistik BBM... 131

68 Kecenderungan rata-rata kebutuhan solar bulanan di PPSC tahun 1995-2005... 132

69 Prakiraan jumlah logistik air... 132

70 Kecenderungan rata-rata kebutuhan air bulanan di PPSC tahun 1995-2005... 132

71 Prakiraan retribusi lelang... 133

72 Prakiraan jumlah nelayan ... 134

73 Prioritas pengembangan PPSC... 137

74 Hirarki elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC... 141

75 Matriks driver power-dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC ... 142

76 Hirarki elemen kebutuhan untuk pelaksanaan program pengembangan PPSC... 143

77 Matriks driver power-dependence untuk elemen kebutuhan pelaksanaan program pengembangan PPSC ... 144

78 Hirarki elemen kendala dalam pengembangan PPSC ... 145

79 Matriks driver power-dependence untuk elemen kendala dalam program pengembangan PPSC... 145

80 Hirarki elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC... 146

81 Matriks driver power-dependence untuk elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC ... 147

(21)

83 Matriks driver power-dependence untuk elemen tujuan dari program pengembangan PPSC... 149 84 Hirarki tolok ukur pengembangan PPSC... 150 85 Matriks driver power-dependence untuk tolok ukur program

(22)

Algoritma Suatu bentuk penjabaran dari proses pemecahan persoalan yang disusun langkah-demi langkah dengan susunan perintah terperinci. Pada umumnya algoritma terdiri dari langkah-langkah sederhana yang berbentuk penjumlahan, pengurangan dan kondisi bersyarat dapat dilaksanakan oleh komputer.

Analisis kebutuhan Merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem, menyangkut interaksi antara respons yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem, dan dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapang dan sebagainya.

Analisis SWOT Merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Analytical Hierarchy Proses (AHP)

Metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah disederhanakan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dalam pengambilan keputusan yang efektif atas masalah tersebut.

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Perbandingan antara total penerimaan kotor dan total biaya produksi.

Break Even Point (BEP)

Titik pulang pokok di mana total revenue = total cost.

Breakwater Penahan gelombang, atau suatu bangunan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.

Catch Per Unit Effort (CPUE)

Hasil tangkapan per satuan upaya, indek kelimpahan.

Consistency Ratio (CR)

Merupakan parameter yang digunakan dalam teknik AHP untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak.

Decision Support System (DSS)

(23)

Expert atau ahli Seseorang yang mempunyai pengalaman yang luas dan pengetahuan yang intuitive tentang suatu domain tertentu.

Fish marketing Daerah pemasaran ikan.

Fishing effort Ukuran kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu.

Fishing ground Daerah penangkapan ikan, suatu perairan di mana ikan yang menjadi sasaran penangkapan diharapkan dapat tertangkap secara maksimal, tetapi masih dalam batas kelestarian sumber dayanya. Daerah penangkapan ikan bisa juga didefinisikan sebagai suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul di mana penangkapan ikan dapat dilakukan.

Fuzziness Kesamaran atau ketidak-jelasan, perihal ketidak-pastian (uncertainty) atau ketidak-jelasan yang berkenaan dengan deskripsi makna semantik dari kejadian, fenomena, pernyataan atau kata seperti “dingin”, “tinggi”, atau “tua”.

Fuzzy set theory (teori himpunan samar)

Teori yang mengekspresikan fuzziness melalui konsep himpunan yang keanggotaan suatu “elemen“ bersifat tidak kaku (crisp) antara “ya” dan “tidak”, tetapi pada tingkat tertentu yang dinyatakan oleh suatu fungsi keanggotaan (membership function).

Fuzzy logic atau logika fuzzy

Konsep himpunan fuzzy yang dimasukkan (incorporated) ke dalam kerangka penalaran (reasoning). Logika fuzzy merupakan basis penalaran yang berkenaan dengan pernyataan yang bersifat kabur (grey area) dengan menggunakan teori himpunan fuzzy untuk fuzifikasi struktur logika. Logika fuzzy merupakan metode penalaran yang sebagian atau semua deskripsi aturan bersifat fuzzy.

Input Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

Internal Rate of Return (IRR)

Suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan nol.

(24)

yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat.

Iterasi Operasi pengulangan.

JTB Jumlah tangkapan yang diperbolehkan, atau total allowable catch.

Matriks SWOT Menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi.

Maximum

Sustainable Yield (MSY)

Produksi maksimum berkelanjutan secara biologi, jumlah suatu hasil tangkapan maksimum yang dapat dipanen dari suatu sumber daya ikan tanpa mengganggu kelestariannya.

Metode fuzzy AHP Suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria.

Multiplier effect Efek pengganda. Net Present Value

(NPV)

Selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu.

One day fishing Operasi penangkapan dilakukan nelayan dalam satu hari saja.

Outcomes Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan.

Output Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik.

Payback Period (PP) Salah satu bagian dari analisis finansial untuk mengetahui lamanya pengembalian investasi dari benefit (pendapatan) yang diterima pemilik.

Pendekatan sistem Suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem.

(25)

perlakuan-perlakuan yang diberikan dan akibat-akibat yang ditimbulkan terhadap model yang dipelajari. Model disini mencakup model matematik, perilaku sistem dan unsur lintasan waktu.

SISBANGPEL Perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk perencanaan pengembangan pelabuhan perikanan. Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi penulis di Email: lpgsuherman@yahoo.com

Sistem (system) Sekelompok metode, prosedur, teknik atau objek yang berhubungan dan terorganisir dalam suatu wadah dan bersifat kompleks saling berkaitan satu sama lain yang membentuk kesatuan secara menyeluruh dalam rangka mencapai tujuan atau sub tujuan.

Sistem fuzzy Merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem intelijen dalam lingkungan yang tidak pasti dan tidak tepat.

Sistem Informasi Manajemen

Merupakan sistem yang berfungsi menyediakan informasi yang efektif dan efisien bagi pihak manajemen dalam rangka memperlancar pelaksanaan fungsinya. Sistem Manajemen

Basis Data

Merupakan komponen sistem penunjang keputusan (SPK) yang mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penyimpanan data dalam basis data, menerima dan memperbarui data dari basis data, dan sebagai pengendali atau pengelola basis data.

Sistem Manajemen Basis Model

Merupakan komponen sistem penunjang keputusan (SPK) yang mempunyai empat fungsi pokok, yaitu sebagai perancang model, sebagai perancang format keluaran model (laporan-laporan), untuk memperbarui dan merubah model dan untuk memanipulasi data. Pada intinya, sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan SPK.

Sistem Manajemen Dialog

Merupakan komponen sistem penunjang SPK yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas utama sistem manajemen dialog adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna.

(26)

Software Serangkaian program, prosedur dan kemungkinan dokumen tertentu yang berhubungan dengan operasi sistem pengolahan data, Software atau piranti lunak mencakup compiler, library routines, dan lain-lain.

Structural Self Interaction Matrix (SSIM)

Matriks interaksi tunggal terstruktur yaitu matriks yang mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju dalam teknik ISM.

Total Allowable Catch (TAC)

(27)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan PP selain menunjang nelayan tradisional dalam pembangunan perikanan, juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan daerah atau regional. Prospek pembangunan PP bagi pembangunan daerah adalah seperti terlaksananya pemerataan pembangunan, perluasan kesempatan kerja dan berkurangnya arus urbanisasi. Hal ini akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan nelayan pada khususnya. Berdasarkan data dari Kusyanto (2006) menunjukkan bahwa perkembangan industri yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) tercatat 139 unit usaha dari berbagai bidang usaha menanamkan investasi dan telah menyerap tenaga kerja sekitar 40.000 orang yang setiap hari melakukan aktivitas di kawasan PPSNZJ.

Sesuai dengan pasal 41 UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa PP merupakan fasilitas umum yang penyelenggaraan dan pembinaannya menjadi kewajiban pemerintah (Dirjen PSDKP 2005). Mengingat sampai saat ini pembangunan PP sebagai prasarana perikanan telah banyak dilakukan, maka pembinaannya dilakukan secara ganda, yaitu meningkatkan pemanfaatan prasarana yang telah dibangun dan terus melanjutkan pembangunan di tempat-tempat lain yang strategis dan prospektif.

PP diperlukan dalam pengembangan perikanan tangkap karena dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi kapal penangkap ikan untuk mengeksploitasi sumber daya perikanan di laut. Bagi kapal-kapal perikanan diperlukan tempat yang “aman” untuk berlabuh guna mendaratkan ikan hasil tangkapan dan melakukan kegiatan persiapan untuk kembali melakukan penangkapan ikan di laut (Murdiyanto 2004).

Secara khusus, PP menampung kegiatan masyarakat perikanan, terutama terhadap aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan masyarakat nelayan. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi meliputi: penyediaan basis (home base) bagi armada penangkapan, menjamin kelancaran bongkar ikan hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik bagi kapal-kapal ikan seperti air tawar, BBM, es untuk perbekalan

(28)

dan lain-lain. Sedangkan pelayanan terhadap nelayan sebagai unsur tenaga produksi meliputi : aspek pengolahan, aspek pemasaran dan aspek pembinaan masyarakat nelayan.

PP memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan dan kelautan, yaitu sebagai pusat atau sentral kegiatan perikanan laut. PP selain merupakan penghubung antara nelayan dengan pengguna-pengguna hasil tangkapan, baik pengguna langsung maupun tak langsung seperti: pedagang, pabrik pengolah, restoran dan lain-lain, juga merupakan tempat berinteraksinya berbagai kepentingan masyarakat pantai yang bertempat di sekitar PP (Israel and Roque 2000). PP yang berfungsi dengan baik akan merupakan titik temu (terminal point) yang menguntungkan antara kegiatan ekonomi di laut dengan kegiatan ekonomi di darat (Dubrocard and Thoron 1998; Lubis 1999; Kusumastanto 2002; dan Purnomo et al. 2003).

Ukuran berhasilnya sebuah PP terletak pada kemampuannya menarik kapal-kapal ikan untuk melakukan aktivitas pendaratan ikan ke dalam lingkungan TPI dan melelangkan hasil tangkapannya. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan pelayanan yang memuaskan dan pengelolaan fasilitas operasional yang sinergi antara fasilitas satu dengan lainnya.

Secara detail disebutkan oleh Lubis et al. (2005) bahwa dalam bidang kegiatan penangkapan ikan sesungguhnya PP merupakan titik temu atau titik penyambung antara wilayah perairan atau avant-pays maritime (dapat disebut juga daerah penangkapan ikan atau daerah produksi penangkapan) dan wilayah daratan atau arriere pays continental (disebut juga daerah distribusi dan konsumsi produk perikanan laut). Fungsinya adalah sebagai tempat berlindung, tempat bertambat dan berlabuh bagi armada penangkapan ikan, termasuk didalamnya semua aktivitas yang berhubungan dengan perbaikan dan perawatan kapal (galangan kapal, bengkel reparasi, slipway). PP juga merupakan zona transit, bahkan tempat pengolahan ikan. Pelabuhan memiliki kantor-kantor administratif, koperasi, lembaga perbankan, balai pertemuan nelayan dan sebagainya. Pada akhirnya PP menghimpun, dan tidak kalah pentingnya, zona pemukiman masyarakat pantai beserta aktivitas perdagangannya dan bahkan kadang-kadang juga pemukiman-pemukiman nelayannya yang membelah bagian ujung dari perkembangan kota.

(29)

bahwa pada hakekatnya PP merupakan sentra pengembangan industri perikanan di desa pantai. Hasil penelitian agribisnis di Jawa Tengah memperlihatkan bahwa ketersediaan PP dengan kapasitas yang relatif besar dan fasilitas yang memadai mendorong investasi di bidang perikanan terutama perikanan tangkap. Namun, sebagai suatu sistem, fungsi PP sebagai sentra pengembangan industri berkembang dengan lambat. Lembaga pendukung untuk mencapai tujuan itu belum tersedia secara lengkap di wilayah pelabuhan. Lembaga di sana kurang berfungsi dan terkoordinasi ke arah itu. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan PP sebaiknya dilakukan secara terintegrasi dengan lembaga pendukung lainnya dan segala fungsi-fungsinya telah dirumuskan sejak awal. Selain itu, pembangunan PP sebaiknya dipolakan sesuai dengan potensi sumber daya dan keragaman skala usaha perikanan.

Keberhasilan pembangunan PP tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam proses pembangunan fisiknya saja, namun yang paling penting adalah pemanfaatannya yang mempunyai dampak positif terhadap pembangunan daerah atau wilayah yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya nelayan. Hal tersebut juga disebutkan oleh Dirjen Perikanan (2000) bahwa pengembangan perikanan laut dianggap menjadi sumber pertumbuhan baru dewasa ini, karena sumber dayanya belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagaimana disebutkan oleh Barani (2005) bahwa tingkat pemanfaatan hasil perikanan laut pada tahun 2004 sebesar 4.50 juta ton atau sekitar 70.31%. Selanjutnya berdasarkan data dari DJPT (2007) bahwa rata-rata produksi perikanan tangkap dari periode 1995-2005 meningkat 2.68%, untuk tahun 2005 produksi perikanan tangkap menjadi sebesar 4.71 juta ton. Sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru, maka sektor perikanan pada masa yang akan datang semakin dituntut untuk menunjukkan perannya dalam peningkatan devisa, perbaikan konsumsi pangan dan gizi masyarakat, serta penyediaan lapangan kerja maupun dalam peningkatan pendapatan nelayan (Soepanto 2001).

(30)

memberikan prospek ekonomi yang menarik bagi para nelayan tradisional maupun swasta, maka perlu diciptakan pertumbuhan yang seimbang antara kedua sektor tersebut sehingga tercapai tingkat pengusahaan sumber daya hayati perikanan secara rasional.

Pengembangan suatu PP saat ini masih perlu dilakukan karena berbagai pertimbangan antara lain: (1) tingkat produksi perikanan laut di beberapa wilayah pengelolaan masih rendah jika dibandingkan dengan potensi SDI di wilayah perairan Indonesia (Tabel 1), (2) mendukung dan menerapkan konsepsi wawasan nusantara dalam pembangunan perikanan nasional untuk memanfaatkan potensi SDI, (3) optimalisasi pemanfaatan potensi SDI di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) sebagai implementasi konvensi hukum laut internasional.

Pengembangan PP bertujuan untuk menunjang kegiatan perikanan tangkap, terutama dalam rangka memperlancar operasi penangkapan, pendaratan hasil tangkapan, pengolahan dan mempermudah dalam pemasaran hasil tangkapan. Pengembangan PP dimaksudkan untuk mendukung pengembangan usaha penangkapan di laut yang diarahkan menuju modernisasi nelayan beserta lokasi PP yang pada dasarnya merupakan sentra-sentra pembinaan masyarakat perikanan serta pengembangan usaha maupun teknologi perikanan laut. Hal tersebut juga disebutkan oleh Tambunan (2005) bahwa untuk mendukung upaya pengembangan usaha perikanan tangkap di sembilan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) (Gambar 2) dan untuk peningkatan produksi perikanan telah dibangun 33 buah PP yang terdiri dari 5 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), 11 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dan 17 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), yang sebagian besar terdapat di wilayah Indonesia bagian Barat, utamanya di Sumatera dan Jawa. Selain ke 33 PP tersebut di atas, dalam rangka mendukung upaya pengembangan usaha perikanan tangkap di daerah telah dibangun 478 pusat pendaratan ikan (PPI) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

(31)

Penelitian tentang pengembangan PP belum banyak dilakukan dan cenderung parsial, sehingga perbaikan pada suatu bagian tidak diikuti oleh bagian yang lain. Beberapa penelitian yang terkait dilakukan oleh Lubis (1999) meneliti tentang pola pengelolaan PPS dan PPI Muara Angke, Lubis (2000) meneliti tentang Pengelolaan aktifitas dan sistem pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan yang terletak di wilayah perairan Laut Jawa, dan Lubis (2001) meneliti tentang sistem PP di wilayah perairan Laut China Selatan.

Penelitian Ardi (2002) mengenai analisis sistem PP di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat; Ernaningsih (2002) tentang analisis fungsional PPI Muara Angke Jakarta dan pengembangannya; Kamarijah (2003) meneliti tentang analisis dampak pengembangan PPN Pelabuhanratu terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir; Latif (2003) meneliti tentang analisis pengembangan fasilitas pelabuhan laut; Indar (2004) mengkaji tentang pengembangan fasilitas PP di kawasan timur Indonesia; Kresnanto (2004) mengkaji analisis kinerja dan pengembangan PPN Pekalongan di Kota Pekalongan; Kandi (2005) meneliti tentang analisis pengelolaan PPP di desa Lampulo Kecamatan Kuta Alam Provinsi Nangroe Aceh Darussalam; Kusyanto et al. (2006) meneliti tentang kebijakan dan pelayanan PPS terhadap daya saing industri perikanan pada perdagangan global di PPS Jakarta, Suherman et al. (2006) meneliti tentang analisis pengembangan fasilitas PPSC, dan Kusyanto (2006) meneliti tentang model industri perikanan berbasis PPS memasuki era globalisasi: kasus PPS Nizam Zachman Jakarta.

(32)

Tabel 1 Produksi, potensi dan tingkat pemanfaatan masing-masing kelompok SDI laut pada setiap WPP tahun 1997 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)

Kelompok Sumber Daya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perairan Indonesia

Ikan Pelagis Besar

- Potensi (103 ton/tahun) 27.67 66.08 55.00 193.60 104.12 50.86 106.51 175.26 366.26 1 145.36 - Produksi (103 ton/tahun) 36.27 35.16 137.82 85.10 29.10 34.56 37.46 153.43 188.28 737.18 - Pemanfaatan (%) 131.08 53.21 250.58 43.96 27.95 67.95 35.17 87.54 51.41 748.85

Ikan Pelagis Kecil

- Potensi (103 ton/tahun) 147.30 621.50 340.00 605.44 132.00 468.66 379.44 384.75 526.57 3 605.66 - Produksi (103 ton/tahun) 132.70 205.53 507.53 333.35 146.47 12.31 119.43 62.45 26.56 1 546.33 - Pemanfaatan (%) 90.09 33.07 149.27 55.06 110.96 2.63 31.48 16.23 5.04 493.83

Ikan Demersal

- Potensi (103 ton/tahun) 82.40 364.80 375.20 87.20 9.32 202.34 88.84 54.86 135.13 1 400.09 - Produksi (103 ton/tahun) 146.29 54.69 334.92 167.38 43.20 156.60 32.14 15.31 134.83 1 085.36 - Pemanfaatan (%) 177.54 14.99 89.26 191.95 463.52 77.39 36.18 27.91 99.78 1 178.52

Ikan Karang Konsumsi

- Potensi (103 ton/tahun) 5.00 21.57 9.50 34.10 32.10 3.10 12.50 14.50 12.88 145.25 - Produksi (103 ton/tahun) 21.60 7.88 48.24 24.11 6.22 22.58 4.63 2.21 19.42 156.89 - Pemanfaatan (%) 432.00 36.53 507.79 70.70 19.38 728.39 37.04 15.24 150.78 1 997.85

Udang Paneid

- Potensi (103 ton/tahun) 11.40 10.00 11.40 4.80 0.00 43.10 0.90 2.50 10.70 94.80 - Produksi (103 ton/tahun) 49.46 70.51 52.83 36.91 0.00 36.67 1.11 2.18 10.24 259.91 - Pemanfaatan (%) 433.86 705.10 463.42 768.96 0.00 85.08 123.33 87.20 95.70 2 762.65

Lobster

- Potensi (103 ton/tahun) 0.40 0.40 0.50 0.70 0.40 0.10 0.30 0.40 1.60 4.80 - Produksi (103 ton/tahun) 0.87 1.24 0.93 0.65 0.01 0.16 0.02 0.04 0.16 4.08 - Pemanfaatan (%)

cumi

217.50 310.00 186.00 92.86 2.50 160.00 6.67 10.00 10.00 995.52

Cumi-- Potensi (103 ton/tahun) 1.86 2.70 5.04 3.88 0.05 3.39 7.13 0.45 3.75 28.25 - Produksi (103 ton/tahun) 3.15 4.89 12.11 7.95 3.48 0.30 2.86 1.49 6.29 42.52 - Pemanfaatan (%)

TAL

169.35 181.11 240.28 204.90 6 960.00 8.85 40.11 331.11 167.73 8 303.45 TO

- Potensi (103 ton/tahun) 276.03 1 087.05 796.64 929.72 277.99 771.55 595.62 632.72 1056.89 6 424.21 - Produksi (103 ton/tahun) 390.34 379.90 1 094.38 655.45 228.48 263.18 197.65 237.11 385.78 3 832.27 - Pemanfaatan (%) 1 651.42 1 334.01 1 886.61 1 428.38 7 584.31 1 130.29 309.98 575.24 580.44 16 480.67

(33)
(34)
(35)

Eriyatno (2003) dan Marimin (2004) berpendapat bahwa pendekatan sistem memberikan metode yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan, menganalisis, menstimulasi dan mendesain sistem keseluruhan. Pada penelitian ini akan diformulasikan sebuah model yang mengintegrasikan berbagai alat bantu dalam sistem penunjang keputusan (SPK) yang terkait dengan masalah pengembangan PP.

Model yang direkayasa diverifikasi di PPSC. PPSC merupakan salah satu PP yang bertipe samudera yang berada di selatan Jawa Tengah, berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi SDI pelagis kecil maupun pelagis besar. Prakiraan potensi perikanan tangkap terdiri atas: perairan pantai Cilacap dan lepas pantai Kabupaten Cilacap sebesar 60 560 ton (Tabel 2) (DPK Cilacap 2002).

Fungsi lain dari keberadaan PPSC adalah sebagai salah satu penggerak bagi sektor yang lain, dengan kata lain memiliki multiplier effect bagi sektor yang lain, seperti sektor perdagangan, sektor jasa angkutan, pembukaan jalan dan lain-lain. Kontribusi PPSC terhadap daerah antara lain menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kabupaten Cilacap dan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.

Tabel 2 Potensi dan tingkat pemanfaatan perikanan laut di Kabupaten Cilacap Tahun 2001

Pemanfaatan Jenis Ikan Potensi (Ton)

Jumlah (Ton) %

Pelagis 22 000.00 3 215.09 14.61

Demersal 22 360.00 7 402.82 33.10

Udang 12 500.00 2 701.76 32.47

Cumi-Cumi 3 700.00 189.12 5.11

Jumlah 60 560.00 13 508.79

Sumber: DPK Cilacap (2002)

(36)

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Cilacap merupakan alternatif pusat pengembangan perikanan di pantai selatan Jawa, mengingat posisi dan kondisi geografis serta historis usaha perikanannya, serta semakin padatnya kegiatan perikanan di pantai utara. Sarana dan prasarana transportasi yang sangat mendukung baik darat, laut maupun udara memungkinkan dikembangkannya PP di Cilacap, hal ini sejalan dengan program pemerintah pusat membangun pusat-pusat pertumbuhan baru (growth center) yang berada pada posisi lingkar luar wilayah Indonesia (outer ring fishing port) dan menunjang kapal-kapal yang beroperasi di perairan internasional (luar ZEEI).

PPSC dalam statusnya di pemerintah pusat sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang operasionalisasinya berada di Cilacap, memegang peranan sangat penting dalam menunjang perkembangan perikanan tangkap di Jawa Tengah umumnya dan Cilacap khususnya. Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten penghasil udang terbesar di selatan Pulau Jawa. Selain itu PPSC berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi SDI pelagis kecil maupun pelagis besar.

PPSC sebagai PP dengan tipe “Samudera”, sampai saat ini masih belum mampu menunjukkan kinerjanya sebagai PP “Samudera” sebagaimana dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan (DKP 2006).

Tabel 3 Hasil evaluasi kinerja PPSC tahun 2004

No. Indikator Standar Realisasi Realisasi (%)

1 Jumlah produksi ikan

60 ton/hari 4.52 ton/hari 7.53 2 Frekuensi

kunjungan kapal

100 kapal/hari 13 kapal/hari 13.00 3 Jumlah nelayan 2 000 orang/bulan 4 orang/bulan 0.20 4 Penyaluran air

bersih

100 ton/hari 6.38 ton/hari 6.38 5 Penyaluran es 100 ton/hari 127.67 ton/hari 127.67 6 Penyaluran BBM 100 ton/hari 37.33 ton/hari 37.33 7 PNBP Rp. 194 196 000 Rp. 115 947 154 59.00

(37)

(0.21%); penyaluran air bersih 6.38 ton/hari (6.38%); penyaluran es 127.67 ton/hari (127.67%); penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) atau solar 37.33 ton/hari (37.33%); Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp. 115 947 154 (59.00%) (Tabel 3).

Dari data time series PPSC sebagaimana yang dilaporkan pada laporan PPSC tahun 1996–2005, dapat dilihat adanya kecenderungan penurunan kinerja PPSC. Data produksi ikan dan udang yang dilelang di TPI PPSC menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Produksi udang antara tahun 1996 hingga 2005 mengalami penurunan. Tercatat pada tahun 1996 produksi udang laut di PPSC sebesar 488.13 ton. Namun, produksi tersebut terus mengalami penurunan hingga hanya mencapai 131.10 ton pada tahun 2005. Sedangkan produksi ikan di PPSC juga mengalami penurunan di mana selama periode tahun 1996–2005 produksi tertinggi dicapai pada tahun 1997 sebesar 15 080.87 ton. Setelah itu produksi ikan terus mengalami penurunan hingga mencapai 1 422 ton pada tahun 2004 dan sedikit mengalami kenaikan menjadi 1 452 ton pada tahun 2005 (Tabel 4).

Tabel 4 Data series volume dan nilai produksi di PPSC tahun 1995-2005 Udang Ikan

No Tahun Volume Nilai (Juta Rp)

Volume Nilai (Juta Rp)

(Ton) (Ton)

1 1995 10 323.39 9 460.00 463.82 7 370.00

2 1996 9 652.47 9 500.00 488.12 6 470.00

3 1997 15 082.87 16 450.00 395.61 7 350.00 4 1998 7 780.72 16 720.00 464.74 29 670.00 5 1999 5 302.07 16 610.00 346.23 17 250.00 6 2000 4 308.84 18 960.00 397.70 25 410.00 7 2001 4 245.29 21 560.00 270.77 14 700.00 8 2002 4 978.98 22 210.00 236.22 10 920.00 9 2003 3 572.00 12 040.00 128.04 5 830.00 10 2004 1 421.67 55 760.00 126.58 56 710.00 11 2005 1 452.45 68 370.00 116.48 57 060.00 Sumber: PPSC (2006)

(38)

dengan ukuran >30 GT sebanyak 1 690 armada. Puncak penurunan volume kunjungan kapal terjadi pada tahun 2004 (Tabel 5).

Penurunan kunjungan dan aktifitas kapal ke PPSC berdampak pada menurunnya suplai kebutuhan perbekalan melaut seperti es, air bersih dan solar yang dilayani di PPSC. Kebutuhan perbekalan nelayan tertinggi terjadi pada tahun 1996 untuk es dan air bersih yaitu sebesar 454 260 balok dan 10 913.10 m3. Penurunan kebutuhan es terjadi pada tahun 2003 di mana kebutuhan nelayan hanya sebesar 50 198 balok, sedangkan untuk kebutuhan air bersih mengalami penurunan hingga mencapai 2 455 m3 pada tahun 2004. Kebutuhan solar cenderung mengalami peningkatan di mana dari kebutuhan solar yang tercatat hanya sebesar 5 984 ton pada tahun 1996 mengalami peningkatan hingga mencapai 12 428 ton pada tahun 2005, di mana volume kebutuhan solar tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 15 056 ton (Tabel 6).

Tabel 5 Data series jumlah kunjungan kapal masuk di PPSC tahun 1996-2005 UKURAN KAPAL MASUK

NO TAHUN JUMLAH

< 10 10 -20 20 - 30 > 30

1 1996 263 3 394 2 279 1 430 7 366

2 1997 287 3 565 2 346 1 632 7 830

3 1998 570 4 591 2 570 1 690 9 421

4 1999 383 3 821 2 448 1 543 8 195

5 2000 324 3 451 2 153 1 361 7 289

6 2001 208 2 877 1 981 1 474 6 540

7 2002 81 1 881 1 679 560 4 201

8 2003 36 1 163 1 222 329 2 750

9 2004 253 1 096 948 352 2 649

10 2005 387 802 1 049 354 2 238

Sumber: PPSC (2006)

Tabel 6 Data distribusi logistik di PPSC tahun 1996-2005 Penyaluran Tahun

Es (Balok) BBM (Ton) Air (m3)

1996 454 260.00 5 984.00 10 913.10

1997 282 835.00 5 853.00 6 823.40

1998 222 384.00 8 272.00 8 497.10

1999 262 572.00 9 562.00 7 420.80

2000 259 288.00 14 294.00 6 673.53

2001 370 397.00 15 056.00 6 601.60

2002 332 842.00 13 341.00 5 208.10

2003 50 198.00 11 194.00 4 524.87

2004 126 299.00 13 787.00 2 455.00

2005 159 518.00 12 428.00 3 676.28

(39)

Dari hasil evaluasi kinerja dan data operasional PPSC tahun 1996–2005 (Statistik PPSC 1996-2006) dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat operasional dan pelayanan PPSC kepada pengguna jasa belum optimal, oleh karena itu untuk lebih meningkatkan operasional dan pelayanan kepada pengguna jasa PP dalam melakukan aktifitas perikanan di PPSC di masa yang akan datang dan agar dapat memfungsikan PPSC secara optimal, maka perlu adanya pengembangan PPSC yang lebih baik dan profesional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengembangan PPSC idealnyanya dilakukan secara terintegrasi dengan lembaga pendukung lainnya dan segala fungsi-fungsinya telah dirumuskan sejak awal. Selain itu, pengembangan PPSC seyogyanya dipolakan sesuai dengan potensi SDI dan keragaman skala usaha perikanan.

Secara khusus, permasalahan pengembangan PPSC dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana rencana pengembangan PPSC berkaitan dengan potensi perikanan?, (2) bagaimana proyeksi terhadap rancangan pengembangan?, (3) bagaimana tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC?, (4) bagaimana biaya dan manfaat pengembangan PPSC?, (5) bagaimana prioritas pengembangan PPSC?, (6) bagaimana kelembagaaan dalam pengembangan PPSC, dan (7) bagaimana strategi pengembangan PPSC?.

Berdasarkan hal tersebut untuk lebih meningkatkan kinerja PP dalam memberikan pelayanan kepada kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapan juga lebih memfungsikan PPSC secara optimal, maka perlu adanya rancangan pengembangan PPSC. Untuk itu perlu diadakan penelitian tentang “Rekayasa Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu model rekayasa pengembangan PPSC melalui kegiatan-kegiatan analisis sebagai berikut:

(1) Analisis potensi SDI terkait dengan pengembangan PPSC.

(2) Estimasi (prakiraan) pengembangan produksi ikan, jumlah kapal, dan nelayan, serta proyeksi kebutuhan pelayanan di PPSC.

(40)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa:

(1) Kontribusi pemikiran dalam aplikasi keilmuan pendekatan sistem untuk pengembangan prasarana perikanan tangkap.

(2) Kontribusi pemikiran bagi pengelola PPSC dalam menyusun kebijakan-kebijakan mendasar dalam pengembangan PPSC.

(3) Kontribusi untuk pengembangan metode analisis dalam memecahkan masalah rencana pengembangan PP sebagai prasarana perikanan tangkap. (4) Sumber informasi mengenai konsep pengembangan PP dengan

mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait dalam sistem pengembangan suatu PP.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang rekayasa model pengembangan PPSC difokuskan pada kegiatan merancang pengembangan dan operasionalisasi pelabuhan serta fungsi-fungsi PPSC meliputi:

(1) Fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.

(2) Kegiatan pengelolaan PPSC yaitu: pemeliharaan, pengembangan sarana pelabuhan dan tata operasional pelayanan kepada nelayan, kapal perikanan serta pengusaha perikanan.

(3) Pelaksanaan pelayanan di PPSC meliputi: keluar masuk kapal di PP, pelaksanaan bongkar muat dan pelelangan ikan, pengepakan dan pengangkutan ikan, pelayanan perbekalan (es, BBM, air), pelayanan slipway atau dock dan bengkel, pelayanan pemanfaatan lahan dan bangunan, keluar masuk orang dan kendaraan di PP, kebersihan, keamanan dan ketertiban. (4) Pengorganisasian dan kelembagaan pengembangan di PPSC.

(5) Melakukan verifikasi dan validasi model pada wilayah kajian. 1.6 Hipotesis Penelitian

(41)

1.7 Novelty

Kebaruan (novelty) dalam penelitian ini adalah :

(1) Model pengembangan PPSC yang komprehensif. Pada penelitian ini diformulasikan algoritma yang dikemas dalam sebuah model yang mengintegrasikan berbagai alat bantu dalam SPK yang terkait dengan masalah pengembangan PP.

(42)

Fungsi sebuah pelabuhan paling tidak ada 4, yaitu (1) tempat pertemuan (interface): pelabuhan merupakan tempat pertemuan dua moda transportasi utama, yaitu darat dan laut serta berbagai kepentingan yang saling terkait; (2) gapura (gateway): pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi masuk ke suatu negara akan melewati pelabuhan tersebut. Sebagai pintu gerbang negara, citra negara sangat ditentukan oleh baiknya pelayanan, kelancaran serta kebersihan di pelabuhan tersebut. Pelayanan dan kebersihan di pelabuhan merupakan cermin negara yang bersangkutan; (3) entitas industri: dengan berkembangnya industri yang berorientasi ekspor maka fungsi pelabuhan menjadi sangat penting. Dengan adanya pelabuhan, hal ini akan memudahkan industri mengirim produknya dan mendatangkan bahan baku. Dengan demikian, pelabuhan berkembang menjadi suatu jenis industri sendiri yang menjadi ajang bisnis berbagai jenis usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing peralatan dan sebagainya; dan (4) mata rantai transportasi: pelabuhan merupakan bagian dari rantai tansportasi. Di pelabuhan berbagai moda transportasi bertemu dan bekerja. Pelabuhan laut merupakan salah satu titik dari mata rantai angkutan darat dengan angkutan laut. Orang dan barang yang diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai transportasi dengan menggunakan kapal laut. Oleh karena itu, akses jalan mobil, rel kereta api, jalur dari dan ke bandar udara sangatlah penting bagi suatu pelabuhan. Selain itu, sarana pendukung, seperti perahu kecil dan tongkang akan sangat membantu kelancaran aktivitas pelabuhan sebagai salah satu mata rantai transportasi (Suyono 2001).

Secara umum pelabuhan berfungsi sebagai salah satu pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional (gateway), sebagai simpul dalam jaringan transportasi, sebagai tempat kegiatan bongkar muat transportasi, dan sebagai tempat untuk mendukung pembangunan industri dan pertumbuhan ekonomi daerah hinterland. Sedangkan peranan pelabuhan adalah sebagai penghubung antara daratan dan laut. Pelabuhan juga dapat berperan sebagai tempat percepatan pertumbuhan industri dan perdagangan, dan dalam beberapa situasi dapat berperan sebagai stabilitator harga. Pelabuhan memiliki arti penting dalam mobilitas barang dan jasa, karena posisinya sebagai titik pertemuan antara transportasi darat dan laut. Dalam perspektif makro, pelabuhan juga dapat berperan sebagai salah satu instrumen terpenting untuk mendorong dan menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah, baik secara fisik (non-ekonomi)

(43)

maupun secara ekonomi. Dampak ekonominya dapat dilihat dari kegiatan transaksi perdagangan antar pulau, sumber pandapatan dari retribusi atau pajak dan hidupnya sektor-sektor ekonomi informal di sekitar pelabuhan. Dampak fisik (non-ekonomi) tergambar dari tumbuhnya fasilitas-fasilitas publik di sekitar pelabuhan, dalam menyangga aktivitas ekonomi di sekitar kota pantai berbasis pelabuhan, seperti penyediaan transportasi darat, pengangkutan, terminal, hotel atau restoran dan tempat transit (Kamaluddin 2002).

2.1 Konsep dan Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Faktor utama untuk mendukung pengembangan usaha perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah dengan tersedianya prasarana penangkapan ikan berupa PP yang siap melayani segenap kebutuhan para pengguna secara memuaskan, baik sebagai tempat berlabuh atau berlindung bagi kapal-kapal perikanan, mengisi bahan perbekalan, mendaratkan ikan dan memasarkan hasil tangkapannya maupun mengolahnya menjadi produk primer, sekunder dan seterusnya (Ismail 2005).

Keberadaan suatu pelabuhan perlu memperhatikan adanya suatu kebutuhan (need) oleh pelanggan dan calon pelanggan, dengan memperhatikan pula dukungan daerah belakang pelabuhan (hinterland) serta ketenagakerjaan. Untuk menawarkan ide suatu jasa baru diperlukan suatu penelitian yang lebih cermat, bukan saja dari sisi bisnis tetapi lebih lagi diteliti adanya keperluan baru sebagai pengganti jasa yang ada dengan memperhatikan faktor-faktor sosial, teknologi, lingkungan dan operasional (Kramadibrata 2002).

Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak untuk memutuskan pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomis, politik dan teknis. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan di dalam pembangunan suatu pelabuhan adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi, volume perdagangan melalui laut, dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik melalui darat maupun air (Triatmodjo 2003).

(44)

2000; Ismail 2005; Danial 2002; 2006). Sehubungan dengan hal itu maka pengembangan PP diarahkan sebagai suatu pengembangan komunitas perikanan (fisheries community development) secara terpadu (DJPT 2003; Ismail 2005), yaitu :

(1) Pengembangan PP, dengan segala sarana dan prasarana, untuk meningkatkan usaha perikanan (produksi, pengolahan dan distribusi hasil perikanan), menunjang tumbuhnya industri-industri perikanan dan pada akhirnya menunjang pembangunan perikanan secara keseluruhan.

(2) Pengembangan masyarakat nelayan, dengan penyediaan fasilitas untuk kegiatan operasional dan pembangunan perkampungan nelayan untuk rumah tangga nelayan.

(3) Pembinaan sumber daya manusia (SDM) perikanan, melalui peningkatan ketrampilan dan profesionalisme melalui program-program pelatihan maupun manajemen secara terarah.

Untuk itu pengembangan PP di suatu wilayah harus dilakukan secara terencana dan terpadu dengan menganalisis tiga elemen penting dalam sistem PP yang saling terkait (Guckian 1970; Lubis 2000; Chaussade 2000), yaitu: (1) Foreland adalah suatu komponen yang terdiri dari parameter-parameter yang

berkaitan dengan potensi SDI, daerah penangkapan dan lingkungan perairan.

(2) Fishing port dalam analisisnya merupakan komponen yang meliputi kondisi fisik existing, potensi perikanan (produksi, nilai produksi, unit penangkapan) dan organisasi yang ada didalamnya.

(3) Hinterland merupakan salah satu komponen penting dalam analisis karena komponen itu meliputi konsumen, sarana prasarana pendukung, lembaga dan organisasi yang mendukung aktivitas pendistribusian, dan lain-lain.

Berdasarkan dokumen FAO (1973) menyebutkan bahwa terlepas dari permasalahan yang spesifik seperti faktor politik dan sosial, ada beberapa langkah-langkah bersifat menentukan yang harus diambil menyangkut rencana detail dari suatu unit pelabuhan yaitu:

(1) Melakukan suatu studi mengenai laut dan SDI (termasuk inland, payau dan laut) meliputi perairan nasional dan internasional yang dapat dijadikan sebagai tempat industri dan potensial untuk dieksploitasi.

(45)

(3) Mengadakan persiapan secara terencana untuk menangkap SDI meliputi tipe kapal, ukuran, jumlah, alat tangkap dan metode, tenaga kerja dan ABK yang tersedia.

(4) Mempelajari daerah distribusi, pemasaran dan menangani sistem dan metode pengolahan untuk mengetahui lokasi yang paling efektif sebagai tempat pendaratan ikan.

(5) Merinci hal-hal penting yang mencakup komponen dalam suatu garis besar unit pelabuhan untuk memenuhi aktivitas yang diusulkan.

(6) Menyiapkan suatu pengaturan yang terorganisasi untuk keadaan nasional dan lokal.

(7) Menentukan lokasi yang diinginkan (di dalam propinsi atau negara) untuk penetapan fasilitas, berdasarkan studi kelayakan, ketentuan umum dan informasi yang tersedia.

Kegiatan perikanan yang maju biasanya didukung oleh potensi SDI yang memadai, tingkat teknologi usaha perikanan yang cepat guna serta didukung oleh nelayan yang mempunyai ketrampilan dan jiwa bisnis yang tinggi. Informasi mengenai sumber daya perikanan sangat penting artinya, karena keberhasilan pembangunan PP atau PPI tidak terlepas dari ketepatan dalam pemilihan lokasi yang akan dikembangkan tersebut antara lain adalah adanya potensi sumber daya perikanan yang memadai, jumlah armada dan produksi, sistem pemasaran, ketersediaan lahan serta memiliki nilai manfaat yang besar.

2.1.1 Pengertian Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Pengembangan menurut DEPDIKBUD (1990) dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai pengertian proses, cara, atau perbuatan mengembangkan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan PP adalah suatu cara atau proses dalam upaya mengembangkan sebuah PP.

Pengembangan PP dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana perikanan tangkap yang ada. Pengembangan PP diharapkan dapat meningkatkan roda perekonomian dan sektor lainnya seperti perdagangan, pariwisata, industri penunjang perikanan, ketenagakerjaan, PAD, PNBP, serta terkendali dan terawasinya pemanfaatan SDI.

(46)

dan prasarananya sehingga menunjang timbulnya industri perikanan dan pada akhirnya menunjang pembangunan perikanan secara keseluruhan. Hal-hal yang mendasari pengembangan PP adalah :

(1) Potensi SDI yang mungkin dikembangkan, tingkat kegiatan perikanan, didukung kondisi fisik dan sebagainya.

(2) Daya serap pasar terhadap produk perikanan dan tingkat pengembangan industri.

(3) Kebijakan, yaitu stimulan pengembangan kegiatan perikanan.

Departemen Pertanian (1999) menyatakan bahwa dalam rangka mendukung pengembangan usaha sekurang-kurangnya PP mempunyai faktor pendukung, meliputi: (a) potensi sumber daya perikanan, (b) prasarana pendukung, (c) lahan pengembangan, (d) pelabuhan check point kapal ZEEI, (e) akses pasar lokal, dan (f) akses pasar luar negeri. Untuk itu pada umumnya, pola pikir pengembangan suatu PP mencakup aspek-aspek sebagai berikut : (1) aspek sumber daya perikanan, (2) aspek sarana produksi, (3) aspek pemasaran, (4) aspek usaha perikanan, (5) aspek sumber daya nelayan, (6) aspek regional dan kebijaksanaan pemerintah.

2.1.2 Model-Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Tambunan (2005) menyebutkan bahwa infrastruktur PP di Indonesia dikategorikan dalam pelayanan publik. Sebagaimana telah disebutkan bahwa PP tersebut terdiri dari PPS, PPN, PPP dan PPI. Fasilitas tersebut dikelola secara teknis oleh UPT Pemerintah Pusat atau oleh Pemerintah Daerah tergantung dari skala pelayanan yang diberikan. Dengan berlakunya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, untuk PPS dan PPN dikelola oleh UPT Pemerintah Pusat. Dalam hal ini adalah UPT dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Direktorat PP yang bertugas memberikan bimbingan, melaksanakan koordinasi dan pengendalian terhadap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pelabuhan. Kepala PPS secara teknis fungsional dan organisatoris bertanggung jawab kepada Direktur PP Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

(47)

Gambar

Tabel 10 Masukan data jumlah produksi dan effort ikan pelagis kecil di Cilacap  pada sub model analisis SDI
Tabel 11 Masukan data jumlah produksi dan effort ikan demersal di Cilacap pada  sub model analisis SDI
Tabel 12  Masukan data produksi dan upaya penangkapan (effort) udang di  Cilacap pada sub model analisis SDI
Tabel 13 Masukan data produksi di PPSC tahun 1996-2005  Produksi per Kelompok Ikan (Ton)  Tahun  Pelagis  Besar  Pelagis Kecil  Demersal  Cumi-Cumi  Udang  1996  6 594.45  497.37  2 560.66  0.00  488.12  1997  12 067.07  506.61  2 145.30  363.89  395.61  1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok pertama: sampel kelompok satu diminta untuk mengumpulkan saliva di dalam wadah saliva dan masing-masing wadah saliva akan diberi label lalu para sampel

Jadi petani pemotong karet yang memiliki hutang kepada toke akan selalu menjual hasil panen karetnya kepada toke yang telah memberinya pinjaman sampai hutang tersebut

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Pada kursus Electric Guitar ini sebaiknya dimulai pada usia 11 dan 12 tahun, dimana pada awalnya disesuaikan dengan kemampuan jari pada siswa tersebut dan

Lemahnya peran pendidikan dalam membangun karakter dan budaya bangsa di Indonesia salahsatunya ditandai dengan banyaknya penyimpangan perilaku yang terjadi di kalangan remaja.

d. Kementerian BUMN melalui HIMBARA memberikan kredit pada masyarakat maupun dunia usaha. • Estimasi pendapatan: Rp 750 Miliar. • Jika bisa panen 2 kali dalam setahun dengan adanya

Menyedari bahawa pelajaran dan penguasaan ilmu boleh menyumbang kepada penyediaan generasi akan datang untuk bersaing dalam perniagaan dan profesyen, Kerajaan memperuntukkan

Berdasarkan dari pengujian algoritme Extreme Learning Machine (ELM) yang telah dilakukan menghasilkan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) terbaik sebesar 1,1% dan