• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisis Prospektif

Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa digunakan pendekatan analisis prospektif. Hardjomidjojo (2005) menyatakan analisis prospektif bertujuan untuk menentukan tindakan strategis dalam membuat perencanaan dengan cara menentukan faktor-faktor penting yang mempengaruhi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa depan. Tahapan-tahapan yang diperlukan dalam analisis prospektif adalah: 1) mengidentifikasi faktor-faktor penting, 2) menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama, 3) mendeskripsikan evolusi kemungkinan yang dapat terjadi di masa mendatang yang sekaligus menentukan strategi prioritas sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh pelaku utama (stakeholder) dan implikasinya.

Berdasarkan hasil diskusi stakeholder pada kondisi aktual (existing condition) terdapat 16 gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa. Faktor-faktor tersebut meliputi kepentingan dari setiap dimensi dalam pembangunan berkelanjutan. Secara lebih rinci penjelasan dari setiap dimensi tersebut adalah sebagai berikut: I. Dimensi Ekologi

a. Konservasi Tanah b. Kesesuaian Lahan

57

II. Dimensi Ekonomi a. Pendapatan Petani b. Pemasaran

c. Modal

d. Sarana Produksi III. Dimensi Sosial

a. Tipe Penggunaan Lahan b. Penyerapan Tenaga Kerja c. Bimbingan dan Penyuluhan IV. Dimensi Teknologi

a. Infrastruktur

b. Teknologi Budidaya c. Teknologi Pasca Panen

V. Dimensi Kelembagaan (Hukum) a. Penegakan Hukum

b. Dukungan Organisasi Non Pemerintah c. Dukungan Pemerintah Daerah

d. Kerjasama Pengelolaan DAS

Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa disajikan pada Gambar 10. Berdasarkan penilaian pengaruh langsung antar faktor pada sistem yang dikaji terhadap terdapat 6 faktor penting yang perlu dikaji sebagai arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa, yaitu: tipe penggunaan lahan, kesesuaian lahan, pendapatan petani, kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS, konservasi tanah, dan teknologi pasca panen.

Berdasarkan 6 aspek penting yang dapat digunakan sebagai arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan terdapat 2 faktor penting yang mempunyai pengaruh diantara faktor tinggi dan ketergantungan rendah, yaitu: konservasi tanah dan teknologi pasca panen. Selain itu terdapat 4 faktor penting yang mempunyai pengaruh antar faktor dan ketergantungan antar faktor yang tinggi, yaitu: kesesuaian lahan, pendapatan petani, tipe penggunaan lahan, dan kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS.

58 KERJASAMA PENGELOLAAN DAS BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DUKUNGAN ORNOP DUKUNGAN PEMDA PENYERAPAN TENAGA KERJA TEKNOLOGI PASCA PANEN TEKNOLOGI BUDIDAYA SARANA PRODUKSI PENDAPATAN PETANI PEMASARAN KONSERVASI TANAH INFRASTRUKTUR TIPE PENGGUNAAN

LAHAN KESESUAIAN LAHAN

MODAL PENEGAKAN HUKUM - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 - 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Ketergantungan Peng ar uh

Gambar 10. Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan Di DAS Gumbasa .

Kesesuaian lahan berkaitan erat dengan produktivitas lahan yang terdapat pada areal pengembangan pertanian. Semakin meningkat kelas kesesuaian lahan maka terdapat kecenderungan semakin meningkatnya produktivitas lahan pada suatu wilayah yang direncanakan. Sys et al (1985) dan Gaiser dan Graef (2001) mengemukakan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman tertentu dapat ditingkatkan melalui perbaikan faktor-faktor pembatas yang terdapat pada suatu wilayah yang direncanakan. Sebagai akibat perbaikan faktor- faktor pembatas utama yang terdapat pada lahan yang direncanakan maka kelas kesesuaian lahan menjadi dapat ditingkatkan.

Meninjau hasil diskusi stakeholder yang menyimpulkan bahwa dalam kurun waktu jangka menengah mendatang (5 – 10 tahun) belum ada perencanaan jaringan irigasi, maka pengembangan pertanian di daerah penelitian di titik beratkan pada lahan kering. Tipe penggunaan lahan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pertanian adalah tanaman perkebunan dan palawija.

Kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS merupakan kebijakan yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus untuk mencapai tujuan pembangunan

59

pertanian yang efektif. Pendanaan dan administrasi seringkali merupakan faktor penghambat utama dalam berbagai kegiatan pembangunan, sehingga kerjasama lintas sektoral baik yang dilakukan antara institusi pemerintah maupun antara institusi pemerintah dan lembaga non pemerintah diperlukan sebagai upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan.

Pengembangan pertanian melalui budidaya kakao merupakan kebijakan sektor pertanian yang telah mendapatkan perhatian utama bagi stakeholder, baik dari instansi pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Peningkatan kualitas produksi dan teknologi budidaya kakao merupakan satu kesatuan yang telah mendapatkan penanganan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat (pendapatan petani) di DAS Gumbasa.

Skenario yang dapat dikembangkan dalam mendukung kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa ditentukan berdasarkan faktor-faktor penting yang mempunyai pengaruh di antara faktor tinggi akan tetapi mempunyai ketergantungan di antara faktor rendah. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor-faktor penting yang mempunyai pengaruh tinggi dan ketergantungan rendah adalah teknologi konservasi tanah dan teknologi pasca panen.

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang konservasi tanah dan teknologi pasca panen perlu mendapatkan perhatian secara mendalam sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kelas kesesuaian lahan, dan menetapkan penggunaan lahan prioritas dalam pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa.

Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap teknologi konservasi tanah dapat dilakukan melalui pembinaan kelompok tani konservasi, penelitian pada lahan milik petani (on farm research ) dengan mengikutsertakan petani dalam kegiatan penelitian, dan pemberian penghargaan bagi petani yang berprestasi. Mappatoba dan Laapo (2001) menyatakan bahwa pengembangan sistem usahatani terpadu antara tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan dapat disarankan sebagai alternatif pengembangan model sistem usahatani pada daerah di sekitar Taman Nasional Lore-Lindu. Selanjutnya Rahman (2002) menyebutkan bahwa pengelolaan hutan di Kabupaten Donggala yang dilakukan secara konvensional

60

telah menyebabkan semakin memburuknya kondisi ekosistem dan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. Pengembangan model agroforestry diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan dari Rp 477.100 ,- jiwa-1 tahun-1 melalui usahatani tanaman pangan menjadi Rp 733.667,- jiwa-1 tahun-1 melalui pengembangan penggunaan lahan campuran antara hutan dengan tanaman perkebunan kakao dan kopi.

Alih teknologi industri pakan ternak pada skala rumah tangga merupakan upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan petani terhadap teknologi pemanfaatan sisa hasil usahatani yang belum dapat dimanfaatkan.

Pendanaan dan pendampingan yang bersifat keproyekan untuk pengadaan peralatan fermentasi buah kakao dan pelatihan kewirausahaan pada sektor usahatani kakao merupakan aspek yang penting untuk dikembangkan untuk mempertahankan pendapatan petani dan memotivasi kesadaran petani terhadap aspek kelestarian sumberdaya lahan.

5.3. Perancangan Skenario Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan

Dokumen terkait