• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.6. Arahan Kebijakan Penggunaan Lahan untuk Pengembangan

Arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah penelitian ditentukan berdasarkan hasil diskusi pakar, stakeholder, dan simulasi model pada setiap skenario yang telah direncanakan.

Diskusi pakar untuk menentukan arahan penggunaan lahan menghasilkan penilaian pengembangan pertanian melalui budidaya kakao, padi beririgasi, dan palawija (jagung, kacang tanah, dan ubikayu) sebagai prioritas 1, 2, dan 3 untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa. Di lain pihak, pengembangan penggunaan lahan untuk budidaya vanili, kelapa, cengkeh, dan hutan mempunyai prioritas yang relatif rendah.

Pengembangan padi beririgasi sebagai sektor penunjang kebutuhan pangan bagi masyarakat di DAS Gumbasa tidak dapat dikembangkan lebih lanjut, mengingat kondisi topografi di DAS Gumbasa merupakan lahan dengan kelerengan berbukit hingga curam. Disamping itu, hasil diskusi stakeholder menunjukkan bahwa di DAS Gumbasa hulu belum terdapat rencana pengembangan jaringan irigasi dalam jangka waktu menengah (5 – 10 tahun mendatang) sehingga pengembangan pertanian di daerah tersebut lebih dititikberatkan pada pengembangan lahan kering melalui budidaya kakao dan palawija (jagung, kacang tanah, dan ubikayu). Selanjutnya lahan yang pada kondisi aktual telah dikelola sebagai lahan padi beririgasi (unit lahan 4, 13, dan 23) tidak perlu diubah pemanfaatannya sebagai penggunaan lahan lainnya.

Walaupun hasil diskusi pakar menunjukkan bahwa penggunaan lahan hutan mempunyai tingkat prioritas yang paling rendah dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya, akan tetapi penggunaan lahan hutan tersebut diperlukan sebagai upaya untuk mengendalikan erosi tanah pada lahan-lahan yang mempunyai kelerengan tinggi. Rencana penggunaan lahan sebagai hutan pada unit lahan yang terdapat pada kelerengan lebih besar dari 35 % (unit lahan 1, 2, 19, 20, 21, 24, dan 27) dipandang merupakan pertimbangan yang relevan sebagai upaya menjaga kelestarian sumberdaya lahan. Di lain pihak unit lahan 11 pada kondisi aktual didominasi penggunaan lahan kakao pola agroforestri tidak diubah perencanaannya sebagai areal budidaya kakao walaupun terdapat pada kelerengan

134

36 %. Penggunaan lahan pada unit lahan tersebut memerlukan pertimbangan tindakan konservasi tanah secara lebih mendalam.

Penggunaan lahan yang dipertimbangkan dalam penelitian didasarkan atas pengembangan komoditas pertanian yang telah terbiasa di budidayakan oleh masyarakat di DAS Gumbasa, akan tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan pengkajian penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berdasarkan komoditas yang telah terbiasa di usahakan oleh masyarakat di sekitar lokasi penelitian, seperti: mangga, kopi, kelapa sawit, teh, bawang merah, cabai, tomat, dan tumbuhan obat.

Diskusi stakeholder menghasilkan pertimbangan faktor-faktor penting yang perlu dikaji sebagai arahan dalam perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa, yaitu : tipe penggunaan lahan, kesesuaian lahan, pendapatan petani, kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS, konservasi tanah, dan teknologi pasca panen. Faktor-faktor penting yang mempunyai ketergantungan tinggi dan pengaruh tinggi adalah kesesuaian lahan, tipe penggunaan lahan, pendapatan petani, dan kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS. Faktor-faktor penting yang mempunyai ketergantungan rendah dan pengaruh tinggi adalah konservasi tanah dan teknologi pasca panen. Meninjau hasil diskusi pakar dan stakeholder maka faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam skenario perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa adalah pengembangan pertanian yang mengacu pada peningkatan konservasi tanah dan teknologi pasca panen. Melalui pengembangan faktor-faktor tersebut diharapkan penggunaan lahan di daerah penelitian dapat berlangsung secara lestari dengan memenuhi pertimbangan indeks lahan minimum 25, laju erosi tanah yang lebih rendah dari TSL, pendapatan petani yang dapat mencukupi kebutuhan hidup layak sehingga tidak menyebabkan konflik kepentingan antara upaya konservasi sumberdaya lahan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.

Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap kepentingan konservasi tanah dengan tujuan untuk meningkatkan kesesuaian lahan dan pendapatan petani perlu dilakukan melalui program-program pemberdayaan masyarakat dan penelitian yang bersifat on farm research. Pembinaan kelompok tani dalam kaitannya

135

dengan alih teknologi konservasi sumberdaya lahan dan teknologi pasca panen merupakan faktor-faktor penting yang dapat dipertimbangkan dalam upaya mencapai pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa

Kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS merupakan faktor penentu keberhasilan perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa. Penetapan strategi perencanaan tunggal (one plan strategy) diperlukan dalam upaya untuk menghindari program-program pengembangan sumberdaya lahan yang saling timpang tindih antara stakeholder yang terkait dengan pengembangan pertanian di daerah tersebut.

Secara umum model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan menurut skenario 1 (penggunaan lahan aktual), skenario 2 (kombinasi penggunaan lahan KPT dan PPK0), dan skenario 3 (penggunaan lahan KPT) menunjukkan hasil simulasi yang tidak dapat memenuhi kriteria laju erosi tanah yang lebih rendah dari TSL, sehingga skenario tersebut tidak layak untuk diterapkan sebagai arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah penelitian. Meninjau hasil pengukuran erosi tanah aktual pada areal penggunaan lahan untuk budidaya kakao baik secara monokultur maupun kebun campuran antara hutan dan kakao (agroforestry) yang menunjukkan laju erosi yang lebih rendah dari TSL maka dapat dinyatakan bahwa hasil simulasi laju erosi tanah dengan menggunakan model memperoleh hasil prediksi yang bersifat over estimate. Oleh sebab itu dalam melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan model penggunaan lahan untuk pengembangan kakao masih memerlukan pengkajian erosi tanah secara lebih mendalam berdasarkan hasil penelitian di lapang sehingga dapat diperoleh model yang representatif untuk digunakan dalam perancangan sub model erosi tanah dalam pemodelan penggunaan lahan. Penelitian model erosi tanah berbasis proses terjadinya erosi tanah (white box) pada areal budidaya kakao di daerah penelitian dipandang merupakan pemecahan masalah yang tepat untuk memperbaiki perancangan sub model erosi tanah dalam pemodelan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa.

Hasil simulasi model penggunaan lahan menurut skenario 5 (penggunaan lahan PPK1-TP) yang menunjukkan rata-rata tertimbang pendapatan usahatani

136

berada di bawah batas pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (Rp 10.800.000,- keluarga-1 tahun) menyebabkan skenario tersebut tidak layak untuk diterapkan sebagai arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah penelitian, walaupun memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam variabel keputusan indeks lahan dan erosi tanah.

Hasil simulasi model penggunaan lahan menurut skenario 4 (penggunaan lahan KPK2-TP), skenario 6 (kombinasi penggunaan lahan KPK2-TP dan PPK1- TP), dan skenario 7 (kombinasi penggunaan lahan KPK3-TP dan PPK3-TP) menunjukkan meningkatnya luas lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian, laju erosi tanah berada di bawah batas TSL, dan pendapatan usahatani berada di atas batas kebutuhan hidup layak bagi masyarakat di DAS Gumbasa. Meninjau hasil simulasi pada skenario tersebut maka dalam pembahasan lebih lanjut akan lebih ditekankan pada perencanaan penggunaan lahan menurut skenario 4, 6, dan 7.

Model penggunaan lahan menurut skenario 4 menunjukkan bahwa berdasarkan variabel keputusan indeks lahan maka unit lahan 7, 8, 10, dan 22 tergolong kelas kesesuaian lahan Tidak Sesuai (N). Unit lahan 3, 5, 6, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 22, 25, dan 26 tergolong kelas kesesuaian lahan Sesuai Marjinal (S3). Unit lahan 16 tergolong kelas kesesuaian lahan Cukup Sesuai (S2).

Hasil simulasi menurut skenario 4 berdasarkan variabel keputusan erosi tanah menunjukkan bahwa unit lahan 7, 10, 11, 22, dan 26 mempunyai laju erosi tanah yang lebih tinggi dari laju erosi yang dapat ditoleransi (TSL).

Secara umum hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 4 menunjukkan rata-rata tertimbang lebih tinggi dari batas pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak. Mengacu pada hasil simulasi indeks lahan, erosi tanah, dan pendapatan usahatani menurut skenario 4 maka unit lahan 7, 8, 10, 11, 22, dan 26 tidak sesuai untuk digunakan sebagai arahan penggunaan lahan menuju pengembangan pertanian berkelanjutan sehingga direkomendasikan digunakan sebagai lahan hutan. Secara keseluruhan berdasarkan hasil simulasi model penggunaan lahan menurut skenario 4 terdapat 12.635,58 ha atau 85,2 % dari seluruh luas lahan yang direncanakan merupakan lahan yang memenuhi kriteria pengembangan pertanian berkelanjutan.

137

Model penggunaan lahan menurut skenario 6 menunjukkan bahwa berdasarkan variabel keputusan indeks lahan pada unit lahan 7, 8, 10, 18. dan 22 tergolong kelas kesesuaian lahan Tidak Sesuai (N), unit lahan 5, 6, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 25, dan 26 tergolong kelas kesesuaian lahan Sesuai Marjinal (S3), sedangkan unit lahan 3 dan 16 tergolong kelas kesesuaian lahan Cukup Sesuai (S2). Hasil simulasi menurut skenario 6 berdasarkan variabel keputusan erosi tanah menunjukkan bahwa unit lahan 7, 10, 11, 22, dan 26 mempunyai laju erosi tanah yang lebih tinggi dari laju erosi yang dapat ditoleransi (TSL). Rata-rata tertimbang pendapatan usahatani menurut skenario 6 yang lebih tinggi dari batas minimum pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak menyebabkan skenario 6 layak untuk diterapkan sebagai arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian di daerah penelitian.

Meninjau hasil simulasi menurut skenario 6 berdasarkan variabel keputusan indeks lahan, erosi tanah, dan pendapatan petani maka dapat ditentukan bahwa unit lahan 7, 8, 10, 11, 18, 22, dan 26 tidak layak digunakan sebagai lahan pertanian dan direkomendasikan digunakan sebagai lahan hutan. Oleh sebab itu, secara keseluruhan menurut skenario 6 didapatkan 11.360,81 ha lahan yang memenuhi kriteria perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa atau 76,6 % dari luas seluruh unit lahan yang direncanakan.

Hasil simulasi model penggunaan lahan menurut skenario 7 menunjukkan bahwa berdasarkan variabel keputusan indeks lahan pada unit lahan 7, 8, 10, 18. dan 22 tergolong kelas kesesuaian lahan Tidak Sesuai (N), unit lahan 5, 6, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 25, dan 26 tergolong kelas kesesuaian lahan Sesuai Marjinal (S3), sedangkan unit lahan 3 dan 16 tergolong kelas kesesuaian lahan Cukup Sesuai (S2). Berdasarkan variabel keputusan erosi tanah menurut skenario 7 menunjukkan bahwa semua unit lahan yang direncanakan untuk pengembangan pertanian mempunyai laju erosi tanah yang lebih rendah dari TSL. Rata-rata tertimbang pendapatan usahatani menurut sekenario 7 menunjukkan nilai yang berada di atas batas pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak bagi masyarakat di DAS Gumbasa. Berdasarkan hasil simulasi model menurut skenario 7 dapat dinyatakan bahwa bahwa unit lahan 7, 8, 10, 18, dan 22 tidak

138

memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai arahan pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa dan direncanakan digunakan sebagai lahan hutan. Berdasarkan hal tersebut secara keseluruhan terdapat 11.967,95 ha lahan yang memenuhi kriteria sebagai arahan pengembangan pertanian berkelanjutan atau 80,7 % dari luas seluruh unit lahan yang direncanakan. Secara umum rekapitulasi hasil simulasi model penggunaan lahan menurut skenario 1, 4, 6, dan 7 disajikan dalam Tabel 44.

Tabel 44. Rekapitulasi hasil simulasi luas lahan sesuai, laju erosi tanah, dan rata-rata pendapatan usahatani pada tahun 2020 menurut skenario

4, 6, dan 7. Kriteria Skenario Luas Lahan Sesuai (ha) Laju Erosi Tanah (ton tahun-1) Laju Erosi Tanah Dapat Ditoleransi (TSL) (ton tahun-1) Rata-Rata Pendapatan Usahatani pada Tahun Simulasi 2020 (Rp ha-1 tahun-1) Pendapatan Usahatani Total pada Tahun Simulasi 2020 (Rp tahun-1) 1 7.088 1.509.608,45 346.462,32 12.347.261 87.517.385.968 4 12.635,58 201.768,36 532.749,98 16.538.907 208.978.682.511 6 11.360,81 205.970,27 558.831,71 13.444.531 152.740.762.230 7 11.967,95 72.500,13 558.831,71 12.896.069 154.339.508.989

Hasil simulasi pada Tabel 44 menunjukkan bahwa luas lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian tertinggi terdapat pada skenario kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 4, selanjutnya diikuti oleh skenario 7, 6 dan 1 secara berturut-turut. Hasil simulasi laju erosi tanah total pada seluruh daerah penelitian menunjukkan bahwa skenario kebijakan penggunaan lahan aktual (skenario 1) lebih tinggi dari laju erosi tanah yang masih dapat ditoleransi (TSL), sedangkan kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 4, 6, dan 7 mempunyai laju erosi tanah berada di bawah TSL. Hasil simulasi pendapatan usahatani total tertinggi terdapat pada kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 4, selanjutnya diikuti oleh skenario 7, 6, dan 1 secara berurutan.

Meninjau hasil simulasi indeks lahan, erosi tanah, dan pendapatan usahatani pada skenario 1, 4, 6, dan 7 maka dapat dinyatakan bahwa skenario 4 merupakan arahan penggunaan lahan yang terbaik untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa. Luas lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan mencapai 12.635,58 ha, laju erosi tanah

139

yang lebih rendah dari TSL, dan pendapatan usahatani total di daerah penelitian pada tahun 2020 mencapai Rp 208.978.682.511,- tahun-1.

Sebagai konsekuensi dari penerapan kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 4 maka pada unit lahan 7, 8, 10,11, dan 22 yang pada kondisi aktual telah digunakan sebagai areal budidaya kakao baik secara monokultur maupun sebagai kebun campuran harus mengalami perubahan penggunaan lahan sebagai hutan. Buruknya sifat fisik dan kesuburan tanah selain iklim dan kelerengan merupakan pembatas utama yang menyebabkan unit lahan tersebut tidak sesuai untuk pengembangan kakao. Di lain pihak, unit lahan 15 dan 25 yang pada kondisi aktual masih digunakan sebagai hutan maka berdasarkan skenario 4 dapat digunakan sebagai areal pengembangan kakao dengan menerapkan pola pengelolaan pertanian teknik konservasi tanah guludan bersaluran dan teknologi pasca panen. Demikian pula dengan unit lahan 12 yang pada kondisi aktual telah digunakan sebagai areal budidaya palawija dengan menerapkan pola pengelolaan pertanian tumpang gilir dan pemberian mulsa dapat diubah penggunaannya menjadi areal pengembangan kakao dengan menerapkan teknik konservasi tanah guludan bersaluran dan teknologi pasca panen (skenario 4).

Berdasarkan perancangan model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa maka dapat dirumuskan arahan kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 4 adalah lahan sawah beririgasi (2.924,52 ha), kakao (12.924,88 ha), dan hutan (3.998,23 ha). Arahan kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 6 adalah penggunaan lahan sawah beririgasi (2.924,52 ha), palawija (2.043,10 ha), kakao (8.365,81 ha), dan hutan (6.514,20 ha). Arahan kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 7 adalah lahan sawah beririgasi (2.924,52 ha), palawija (2.043,10ha), kakao (8.939,92 ha), dan hutan (5.941,02 ha). Luas lahan yang dapat memenuhi kriteria pengembangan pertanian berkelanjutan menurut skenario 1, 4, 6, dan 7 secara berturut-turut adalah 7.088 ha, 12.924,88 ha, 10.408,91 ha, dan 10.982,02 ha. Peta arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 1, 4, 6, dan 7 berturut-turut disajikan pada Gambar 14, 15, 16, dan 17.

140

Gambar 14. Peta arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 1 (Penggunaan Lahan Aktual).

141

Gambar 15. Peta arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 4.

142

Gambar 16. Peta arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 6.

143

Gambar 17. Peta arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 7.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait