• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya, hukum pidana Indonesia mengenal dua jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, yakni:

a. Pidana pokok 1) Pidana mati 2) Pidana penjara 3) Pidana kurungan 4) Pidana denda b. Pidana tambahan

1) Pencabutan hak-hak tertentu 2) Perampasan barang-barang tertentu 3) Pengumuman putusan hakim

Berdasarkan putusannya, hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakamdalam perkara pidana No. 1204/Pid.B/2014/PN.LP/LDyang memutuskanbahwa:

1. Terdakwa ARSYAD DAULAY, tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama: 11 (sebelas) tahun serta denda sebesar Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda tidak dapat dibayar maka diganti dengan pidana Kurungan selama : 5 (lima) bulan;

“menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan membujuk anak melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul”.

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana dijatuhkan;

4. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;

5. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

Sebagaimana isi Pasal 197 ayat (1) KUHAP yang mengatur tentang status tahanan dari seorang terdakwa pasca putusan hakim, amar putusan tersebut diatas membuktikan bahwa :

1. Pernyataan adanya kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan. Sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 197 ayat (1) huruf h KUHAP. Adapun unsur-unsur tindak pidana pedophilia yang terpenuhi adalah sebagai berikut :

• Barang siapa :

• Unsur yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan;

• Dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul;

Ad.1. Unsur Barang Siapa;

a. Bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” dalam unsur ini adalah subjek hukum sebagai pendukung hak-hak dan kewajiban dapat

berupa orang-perorangan, masyarakat, kelompok orang atau suatu badan hukum;

b. Bahwa dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan yaitu keterangan saksi-saksi, antara saksi yang satu dengan yang lainnya dan alat bukti petunjuk bahwa pelaku tindak pidana dalam perkara ini terdakwa yang mengaku bernama terdakwa Arsyad Daulay membenarkan identitasnya sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan dan juga dibenarkan oleh para saksi dan terdakwa di depan persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;

c. Bahwa terhadap terdakwa yang telah ajukan dalam persidangan ini perkara karena melakukan tindak pidana dan terdakwa selama persidangan dapat menjawab segala pertanyaan baik serta cakap bertindak dalam hukum dan dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum atas perbuatannya dan tidak ada ditemukan unsur-unsur pemaaf maupun pembenar.

d. Bahwa berdasarkan alat bukti berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan alat bukti petunjuk dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah melakukan suatu tindak pidana dan untuk itu terdakwa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan secara berturut-turut baik keterangan para saksi, surat, petunjuk dihubungkan dengan Keterangan Terdakwa bahwa benar pada hari Minggu tanggal 11 Mei 2014 sekira pukul 23.30 wib, ketika terdakwa sedang duduk dan mengobrol bersama dengan Maslan dan Iwan (keduanya belum tertangkap) di dekat rumah Iwan di Jl. Perbatasan Gang Artis Dusun Bandar Setia Kec. Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang melihat saksi korban Farid Al Tariq melewati terdakwa, Maslan dan Iwan. Selanjutnya Iwan yang kenal dengan saksi korban langsung memanggil saksi korban kemudian Iwan langsung mengajak saksi korban untuk membeli makanan dan minuman dan memberikan uang sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah) kepada saksi korban dan tidak lama kemudian, terdakwa dan Maslan langsung menyusul Iwan dan saksi korban. Selanjutnya setelah membelikan makanan dan minuman untuk saksi korban, Iwan yang melihat daerah yang dilewatinya sepi dan gelap, Iwan mengajak saksi korban ke arah pinggiran sungai sementara terdakwa dan Maslan duduk tidak jauh dari pinggiran sungai tersebut. Selanjutnya karena sudah menerima uang, makanan dan minuman dari Iwan dan keadaan yang sepi dan gelap, saksi korban mau menuruti apa yang dilakukan oleh Iwan dimana saksi selanjutnya disuruh berdiri oleh Iwan selanjutnya Iwan membuka celana pendek dan celana dalam saksi korban selanjutnya Iwan memasukkan alat kemaluan saksi korban kedalam mulut Iwan dan Iwan menghisap-isap alat kemaluan saksi korban selama 5 (lima) menit hingga kemaluan saksi korban menegang namun tidak mengeluarkan sperma kemudian Iwan menyuruh saksi korban agar tetap dipinggir sungai karena akan diberikan uang oleh terdakwa selanjutnya terdakwa langsung

menyerahkan uang sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kepada saksi korban dan dalam posisi berdiri, terdakwa langsung membuka celana dan celana dalam saksi korban kemudian terdakwa meraba, memegang selama beberapa menit namun karena alat kemaluan saksi korban tidak juga menegang kemudian terdakwa memasukkan alat kemaluan saksi korban kedalam mulut terdakwa kemudian menghisap-isap alat kemaluan saksi korban selama 5 (lima) menit selanjutnya terdakwa pergi meninggalkan saksi korban dan saksi korban memakai celana dalam dan celana pendeknya kemudian saksi korban hendak pergi dari pinggiran sungai tersebut, datang Maslan menghampiri saksi korban dan langsung disuruh duduk dipinggiran sungai kemudian Maslan meraba-raba alat kemaluan saksi korban kemudian Maslan mencium dan menggigit leher saksi korban selanjutnya Maslan membuka celana dalam dan celana pendek saksi korban kemudian Maslan menghisap-isap alat kemaluan saksi korban selanjutnya Maslan membuka celana pendek dan celana dalamnya dimana alat kemaluan Maslan sudah menegang/ mengeras selanjutnya saksi korban disuruh rebahan oleh saksi korban dengan posisi terlungkup kemudian Maslan memasukkan alat kemaluannya kedalam lubang dubur saksi korban dan Maslan menggoyang-goyangkan alat kemaluannya keluar masuk dubur saksi korban selama lebih kurang 7 (tujuh) menit selanjutnya Maslan dan saksi korban memakai kembali celana pendek masing-masing selanjutnya Maslan langsung memberikan uang sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kepada saksi korban dan pergi meninggalkan saksi korban.

Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum

Ad.3. Unsur Dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul;

Menurut teori hukum dalam menetapkan perbuatan tertentu disengaja atau tidak, dikenak 3 (tiga) teori yaitu:

a. Perbuatan tersebut diketahui dan dikehendaki (teori pengetahuan dan kehendak);

b. perbuatan tersebut dikehendaki (teori kehendak); c. perbuatan tersebut diketahui (teori pengetahuan).

Menurut teori gabungan, perbuatan tersebut dikatakan sebagai perbuatan disengaja apabila perbuatan diketahui dan dikehendaki oleh pelaku. Artinya orang itu mengetahui bahwa suatu perbuatan tertentu apabila dilakukan akan menimbulkan akibat yang dilarang oleh hukum pidana dan pelaku menghendaki timbulnya akibat yang dilarang tersebut, menurut teori kehendak, perbuatan yang dikatakan sengaja apabila perbuatan tersebut dikehendaki oleh pelaku, tidak dipersoalkan apakah pelaku mengetahui atau tidak bahwa perbuatan tertentu dilakukan akan menimbulkan akibat yang dilarang. Sedangkan teori pengetahuan menyatakan bahwa suatu perbuatan tertentu dikatakan disengaja apabila perbuatan tersebut diketahui oleh pelaku. Bahwa perbuatan tersebut apabila dilakukan akan menimbulkan akibat yang dilarang oleh hukum pidana,

dalam hal ini teori pengetahuan yang paling tepat diterapkan sebagai standar minimum dalam praktik hukum sebab secara moral yuridis teori pengetahuan dapat dipertanggung jawabkan dan secara praktis mudah diterapkan.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan secara berturut-turut baik keterangan para saksi, surat, petunjuk dihubungkan dengan keterangan Terdakwa bahwa benar terdakwa dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul yang dilakukan terdakwa terhadap saksi korban Farid Al Tariq dengan cara awalnya hari minggu tanggal 11 Mei 2014 sekira pukul 23.30 wib di Jl. Perbatasan Gang Artis Dusun Bandar Setia Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang, terdakwa telah membujuk anak melakukan perbuatan cabul yaitu terhadap saksi korban Farid Al Tariq dengan cara terdakwa menyerahkan uang sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) kepada saksi korban dan dalam posisi berdiri, terdakwa langsung membuka celaan pendek dan celaan dalam saksi korban kemudian terdakwa meraba dan memegang kemudian menggoyang-goyangkan (mengocok) alat kemaluan saksi korban supaya mengeras/ menegang selama beberapa menit namun karena alat kemaluan saksi korban tidak juga menegang kemudian terdakwa juga memasukkan alat kemaluan saksi korban kedalam mulut terdakwa kemudian menghisap-isap alat kemaluan saksi korban selama 5 menit selanjutnya terdakwa pergi meninggalkan saksi korban dan terdakwa juga menggigit leher saksi korban.

Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Berdasarkan uraian-uraian seperti tersebut maka seluruh unsur-unsur dari Pasal Dakwaan Tunggal Pelanggar Pasal 82 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang didakwakan kepada terdakwa sudah terbukti, dan oleh karena itu hakim dalam perkara ini berpendapat bahwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan terdakwa Arsyad Daulay bersalah melakukan tindakan pidana “yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan membujuk anak melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul”

2. Adanya ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti. Sebagaimana diatur di dalam Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP.

dan oleh karena itu terdakwa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya atas peristiwa pidana tersebut. Sehingga adalah tepat bila hakim menjatuhkan putusan sebagaimana dengan amar putusannya.

Barang bukti ialah benda baik yang bergerak maupun tidak bergerak, berwujud maupun tidak berwujud yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang terjadi. Adapun alat bukti yang sah sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 184 KUHAP ialah:

a. keterangan saksi b. keterangan ahli c. surat

d. petunjuk

e. keterangan terdakwa

Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. 1204/Pid.B/2014/PN.LP/LD sebagaimana dalam pertimbangan hakim, menimbang alat-alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan yaitu surat berupa fotokopi ijazah Madrasah Ibtidaiyah Nomor : MI.02/02/10/PP.1.1/029/2012 tanggal 16 Juli 2012 yang membuktikan saksi korban, Farid Al Tariq merupakan golongan anak dibawah umur (14 tahun), keterangan dua orang saksi yakni saksi korban Farid Al Tariq di bawah sumpah memberikan keterangannya dan Parlaungan Efendi Pulungan di bawah sumpah memberikan keterangan yang diterima sepenuhnya oleh terdakwa, serta keterangan terdakwa yang menyatakan mengaku bersalah sepenuhnya atas perbuatannya.

Keterangan saksi adalah mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, alami sendiri dengan menyebutkan alasan pengetahuannya itu. Adapun yang menjadi syarat sah keterangan saksi adalah:

a. saksi harus mengucapkan sumpah atau janji sebelum memberikan keterangan

b. keterangan saksi harus mengenai peristiwa pidana yang saksi lihat sendiri, dengar sendiri, alami sendiri dengan menyebutkan alasan pengetahuannya (testimonium de auditu)

c. keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan (kecuali yang ditentukan pada Pasal 162 KUHAP)

d. keterangan satu orang saksi tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa (unus testis nullus testis)

e. pemeriksaan menurut cara yang ditentukan undang-undang.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dihadirkan dipersidangan, disimpulkan bahwa terdakwa dan korban saja yang mengetahui bahwa pencabulan memang nyata terjadi. Dalam putusan tersebut, keterangan saksi korban sendiri dibenarkan oleh terdakwa dan dalam keterangannya, terdakwa juga mengakui telah melakukan pencabulan. Kalaupun dari keterangan saksi-saksi selain saksi korban ternyata tidak membangun keyakinan hakim, setidaknya berdasarkan persesuaian keterangan terdakwa dan keterangan saksi korbanpun sudah dapat membangun fakta-fakta hukum yang meyakinkan hakim.

Dengan berdasarkan pada alat-alat bukti yang sah di depan pengadilan telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bahwa terdakwa dinyatakan bersalah atas perbuatannya dan dijatuhi hukuman sebagaimana dengan putusan hakim bukan sebagai tindakan balas dendam, akan tetapi semata merupakan sarana agar terdakwa dapat memperbaiki diri dan belajar dari kesalahannya agar kelak dapat kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang taat hukum.

3. Perintah penahanan, tetap dalam tahanan atau pembebasan. Sebagaimana diatur di dalam Pasal 197 ayat (1) huruf K KUHAP.

Majelis hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana tidak hanya berpedoman pada keadaan atau kondisi yang dapat dilihat selama persidangan. Pertimbangan hakim harus pula memperhatikan psikologis

maupun sosiologis pelaku tindak pidana, sehingga hakim dapat menjatuhkan putusan yang terbaik bagi pelaku. Adapun pertimbangan yag memberatkan dan meringankan dalam putusan ini ialah:

Hal-hal yang memberatkan :

- Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban mengalami trauma bagi masa depannya mengingat saksi korban adalah korban Sodom;

- Bahwa Terdakwa meresahkan masyarakat karena perbuatan terdakwa termasuk kejahatan Pedophilia;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa belum pernah dijatuhi hukuman;

- Terdakwa bersikap sopan dan mengaku terus terang perbuatannya;

Perbuatan terdakwa berdasarkan pertimbangan hakim merupakan kejahatan pedophilia yang meresahkan masyarakat, yang berdampak pada trauma fisik dan trauma psikis pada saksi korban. Mengingat berdasarkan ketentuan pasal 82 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP serta Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, serta ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan perkara ini, maka hakim menjatuhkan putusan sebagaimana mestinya yakni menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena perbuatannya dengan pidana penjara selama: 11 (sebelas) tahun serta denda sebesar Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda tidak dapat dibayar maka diganti dengan pidana Kurungan selama : 5 (lima) bulan dan menetapkan agar terdakwa tetap ditahan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN