• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Analisis Laporan Keuangan

6. Analisis Rasio keuangan

Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan, analisis rasio ini bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. Analisis rasio keuangan perusahaan digunakan untuk menilai kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi prestasi perusahaan.

Beberapa penggunaan rasio keuangan antara lain dipakai untuk (Raharjo,1993:57):

1) Membandingkan perusahaan-perusahan dalam industri yang sama. Rasio dapat menunjukkan faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan perusahaan dan dapat menunjukkan mana perusahaan yang lemah dan yang kuat.

2) Membandingkan industri-industri yang berbeda. Setiap industri mempunyai sifat operasi dan keuangan yang khas. Kekhasan tersebut dapat diidentifikasikan dengan bantuan rasio.

3) Membandingkan prestasi perusahaan dalam periode waktu yang berbeda. Setelah melewati suatu periode suatu perusahaan akan membuat norma-norma tertentu yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan di masa mendatang.

Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dana potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah menghitung rasio keuangan perusahaan.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar pada umumnya terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan utang lancar terdiri dari utang dagang, utang wesel jangka pendek, utang wesel jangka panjang, yang jatuh tempo tahun ini, utang pajak dan utang lainya (terutama utang gaji dan upah) (Kasmir,2008)

Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya (utang lancarnya), karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tagihan para kreditor jangka pendek bisa ditutup oleh aktiva yang bisa berubah menjadi kas dalam jangka waktu yang sama dengan tagihan tersebut.

Current Ratio

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan aktiva lancar yang paling likuid, tidak memperhitungkan persediaan karena perusahaan

23 memerlukan waktu yang lebih lama untuk di realisir sebagai kas, walaupun mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang.

Quick Ratio =

c. Rasio Hutang Atas Aktiva (total debt to total assets)

Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Rasio hutang atas aktiva

=

Semakin tinggi rasio hutang atas aktiva maka semakin besar resiko yang dihadapi dan semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar jumlah hutang dari suatu perusahaan (Kasmir,2008:156).

d. Profit Margin (Profit Margin on Sales)

Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin.

Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut:

1) Untuk margin laba kotor dengan rumus: Profit margin =

2) Untuk margin laba bersih dengan rumus: Net Profit Margin =

e. Rasio Keuntungan Bersih Atas Aktiva

Rasio Bersih Atas Aktiva (net profit to total assests atau ROI = rate of return on investment) adalah perbandingan antara keuntungan bersih perusahaan dengan seluruh aktiva perusahaan. ROI adalah salah satu bentuk dari Rasio Probabilitas yang dimaksud untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Rasio keuntungan bersih atas aktiva =

f. Return on Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.

25

Return on Equity =

g. Price Earning Ratio (PER)

PER tergolong dalam rasio penilaian (valuation ratio) yang merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh dari rasio resiko dengan rasio pengembalian.

Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi. PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001:191). Rasio ini juga disebut rasio harga atau laba yang merupakan rasio harga per saham terhadap laba per saham. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah atau dolar (atau satuan moneter lainnya) yang harus dibayar investor untuk setiap Rp. 1,00,- atau $1 laba periode berjalan.

Model PER tampaknya lebih mudah dipergunakan daripada model dasar atas deviden. Kesederhanaan model tersebut dapat menyebabkan para analisis melupakan bahwa estimasi masa depan yang tidak pasti diperlukan untuk menggunakan model ini. Dengan kata lain, setiap pendekatan dan model evaluasi memerlukan penaksiran terhadap masa depan yang tidak pasti. Dilihat dari sisi teori ekonomi, secara konseptual basis model PER memang tidak sekuat model berdasarkan dividen, meskipun

demikian, dengan menggunakan asumsi tertentu, model PER masih dapat dianggap konsisten dengan analisis present value

karena model tersebut juga berkaitan dengan taksiran atas nilai intrinsik suatu saham.

=

h. Return on Assets (ROA)

Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin,2001:240).

ROA tergolong dalam rasio profitabilitas yang merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio ini adalah tingkat pengembalian atas total aktiva, yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. ROA digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROA mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya. ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba (Tandelilin 2001:240).

27

ROA =

i. Net Profit Margin (NPM)

NPM tergolong dalam rasio profitabilitas yang merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio ini adalah margin laba atas penjualan, yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini dihitung untuk mengetahui laba yang dihasilkan untuk setiap rupiah (atau satuan moneter lain) penjualan.

NPM =

j. Debt Equity Ratio (DER)

Rasio ini menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. DER menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan. Semakin besar DER menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi (Rosyadi,2002). Secara logika, para pemodal tidak ingin membeli saham suatu perusahaan yang memiliki resiko tinggi.

k. Rasio utang atas Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini sering disebut dengan istilah rasio leverage, menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, dengan demikian dapat dilihat struktur resiko tidak tertagih hutang. Semakin kecil angka rasio ini semakin baik.

Debt to Equity =

l. Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur seberapa besar sumbangan penjualan terhadap laba operasi. Rasio ini semkain besar semakin baik. OPM =

m. Earning Per Share (EPS)

Rasio ini menggambarkan jumlah laba yang dihasilkan perusahaan untuk tiap saham yang diterbitkan.

EPS =

n. Nilai Buku Saham (Book Value)

Menggambarkan perbandingan total dana pemegang saham terhadap jumlah saham (IDX,2008).

29

o. Price to Book Value

Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan(IDX,2008).

PBV =