• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3. Analisis Risiko

6.2.2. Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikas

PT Bina Usaha Flora melakukan kombinasi dari dari kegiatan produksinya yang dinamakan dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan mengalokasikan berbagai kegiatan usaha untuk meminimalkan risiko. Kegiatan diversifikasi ini dilakukan oleh perusahaan untuk menghadapi adanya fluktuasi penjualan terhadap tanaman hias yang diusahakan.

Penilaian risiko pada kegiatan diversifikasi dilihat berdasarkan penerimaan yang diperoleh dari gabungan komoditas yang diteliti. Perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan meliputi gabungan dari dua komoditas, tiga komoditas, dan empat komoditas. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portfolio. Bobot portofolio diperoleh berdasarkan luas lahan yang digunakan pada masing-masing komoditas. Pada tanaman vinca dibudidayakan 36 pot/m2, setiap bulannya diproduksi sebanyak

1.375 pot sehingga diperlukan luas lahan sebesar 38,19 m2. Pada tanaman gloxinia dibudidayakan 36 pot/m2, setiap bulannya diproduksi sebanyak 605 pot sehingga diperlukan luas lahan sebesar 16,8 m2. Pada tanaman petunia dibudidayakan 25pot/m2, setiap bulannya diproduksi sebanyak 550 pot sehingga diperlukan luas lahan sebesar 22 m2. Pada tanaman pentas dibudidayakan 100 polybag/m2, setiap bulannya diproduksi sebanyak 1650 pot sehingga diperlukan luas lahan sebesar 16,5 m2. Jumlah luas lahan yang digunakan untuk diversifikasi empat komoditas yang saat ini dilakukan adalah sebesar 93,49 m2.

Pada kegiatan diversifikasi dua komoditas dan tiga komoditas, luas lahan digunakan sama besarnya dengan kegiatan diversifikasi empat komoditas, dengan asumsi bahwa proporsi pembagian lahan sama rata. Bobot portofolio pada masing-masing komoditas dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Bobot Portofolio pada Kombinasi Dua, Tiga, dan Empat Komoditi Tanaman Hias Vinca, Gloxinia, Petunia dan Vinca di PT Bina Usaha Flora

No. Gabungan Komoditas Bobot Portofolio (%)

Vinca Gloxinia Petunia Pentas

1 Vinca + Gloxinia 0,61 0,39 2 Vinca + Petunia 0,59 0,41 3 Vinca + Pentas 0,62 0,38 4 Gloxinia + Petunia 0,47 0,53 5 Gloxinia + Pentas 0,50 0,50 6 Petunia + Pentas 0,53 0,47 7 Vinca + Gloxinia + Petunia 0,467 0,239 0,294 8 Vinca + Gloxinia + Pentas 0,487 0,258 0,255

9 Vinca + Petunia + Pentas 0,468 0,295 0,236 10 Gloxinia + Petunia +

Pentas 0,32 0,37 0,31

11 Vinca + Gloxinia +

Petunia + Pentas 0,40 0,18 0,24 0,18

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa tanaman vinca memiliki bobot portofolio yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini

dapat dilihat dari luas lahan yang digunakan untuk membudidayakan tanaman vinca lebih besar. Setelah diketahui bobot portofolio pada setiap gabungan komoditas, maka dilakukan perhitungan expected return pada kegiatan portofolio yang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Expected Return Tanaman Hias Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas pada Kegiatan Diversifikasi di PT Bina Usaha Flora

No. Gabungan Komoditas Expected Return (Rp)

1 Vinca + Gloxinia 5.429.433 2 Vinca + Petunia 9.646.577 3 Vinca + Pentas 7.761.082 4 Gloxinia + Petunia 8.733.950 5 Gloxinia + Pentas 6.207.100 6 Petunia + Pentas 11.572.374 7

Vinca + Gloxinia + Petunia 7.980.575

8

Vinca + Gloxinia + Pentas 6.517.367

9

Vinca + Petunia + Pentas 9.416.779

10

Gloxinia + Petunia + Pentas 8.931.702

11

Vinca + Gloxinia + Petunia + Pentas 8.256.276 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa expected return tertinggi pada kegiatan diversifikasi terdapat pada gabungan komoditas petunia dan pentas yakni sebesar Rp 11.572.374. Perolehan nilai expected return yang tinggi karena tanaman petunia memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga tanaman lainnyadan tanaman pentas memiliki jumlah permintaan yang lebih besar dibandingkan ketiga tanaman lainnya sehingga apabila digabungkan dapat menghasilkan nilai expected return yang lebih tinggi. Sedangkan expected return terendah terdapat pada gabungan komoditas vinca dan gloxinia sebesar Rp

5.429.433. Setelah expected return pada setiap gabungan komoditas diperoleh, maka perhitungan risiko diversifikasi dapat diketahui.

Perhitungan analisis risiko dilakukan berdasarkan penerimaan yang diperoleh perusahaan. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan diversifikasi adalah positif satu (+1) karena kombinasi-kombinasi aset dilakukan secara bersamaan. Perhitungan risiko diversifikasi meliputi gabungan dari dua komoditas yaitu gabungan vinca dan gloxinia, vinca dan petunia, vinca dan pentas, gloxinia dan petunia, gloxinia dan pentas, serta petunia dan pentas. Gabungan tiga komoditas meliputi gabungan vinca, gloxinia dan petunia, gabungan vinca, gloxinia dan pentas, gabungan vinca, petunia dan pentas, serta gabungan gloxinia, petunia dan pentas. Gabungan empat komoditas meliputi gabungan vinca, gloxinia, petunia dan pentas.

Saat ini PT Bina Usaha Flora melakukan kegiatan diversifikasi dengan mengusahakan berbagai macam tanaman hias. Hal ini dilakukan karena perusahaan berusaha untuk meminimalkan risiko dari adanya fluktuasi penjualan tanaman hias setiap periodenya. Diversifikasi yang dilakukan adalah dengan mengkombinasikan usaha tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas. Berikut ini adalah penilaian risiko penjualan dari kombinasi empat komoditas tersebut pada Tabel 14.

Tabel 14. Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Diversifikasi Empat Komoditas berdasarkan Penerimaan di PT Bina Usaha Flora

No. Gabungan Komoditas Variance Standard Deviation Coefficient Variation 1 Vinca + Gloxinia

+ Petunia + Pentas 3,9882E+13 6.315.223,609 0,765 Hasil perhitungan risiko diversifikasi pada Tabel 14 merupakan gambaran risiko yang dihadapi oleh PT Bina Usaha Flora dengan melakukan empat kombinasi usaha penjualan tanaman hias. Nilai coefficient variation pada empat komoditas vinca, gloxinia, petunia dan pentas adalah sebesar 0,765 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi vinca, gloxinia, petunia dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,765. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi pada tanaman gloxinia dan pentas. Namun risiko pada kegiatan diversifikasi empat komoditas lebih tinggi dibandingkan dengan

kegiatan spesialisasi pada tanaman vinca dan petunia. Artinya usaha diversifikasi keempat tanaman ini mampu mengurangi risiko tunggal yang dihadapi oleh tanaman gloxinia, petunia dan pentas.

Risiko pada tanaman gloxinia dapat berkurang sebesar 0,554. Nilai risiko dapat menurun cukup besar karena tanaman gloxinia merupakan tanaman yang memiliki risiko penjualan paling tinggi. Tanaman ini memiliki nilai penjualan yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman lainnya. Hal ini dikarenakan trend konsumen terhadap tanaman ini berubah. Sementara pada tanaman pentas risiko dapat berkurang sebesar 0,021.

Setelah dilihat nilai risiko pada kegiatan diversifikasi empat komoditas yang dilakukan oleh perusahaan saat ini, maka penelitian selanjutnya adalah untuk mengetahui apakah nilai risiko pada diversifikasi empat komoditas tersebut dapat menurunkan risiko perusahaan atau ada beberapa gabungan lainnya yang dapat menurunkan risiko secara maksimal. Untuk itu dilakukan analisis risiko diversifikasi pada dua dan tiga komoditas untuk membandingkan hasil risiko yang terkecil. Berikut ini hasil perhitungan risiko penjualan pada kegiatan diversifikasi dua komoditas pada Tabel 15.

Tabel 15. Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Diversifikasi Dua Komoditas berdasarkan Penerimaan di PT Bina Usaha Flora

No. Gabungan Komoditas Variance Standard

Deviation Coefficient Variation 1 Vinca + Gloxinia 1,73238E+13 4.162.183,949 0,767 2

Vinca + Petunia 4,47008E+13 6.685.867,626 0,693 3

Vinca + Pentas 3,09076E+13 5.559.462,523 0,716 4

Gloxinia + Petunia 5,57184E+13 7.464.477,874 0,855 5

Gloxinia + Pentas 3,65221E+13 6.043.348,939 0,974 6

Petunia + Pentas 8,45211E+13 9.193.537,176 0,794 Hasil perhitungan risiko diversifikasi pada Tabel 15 merupakan gambaran risiko yang dihadapi oleh PT Bina Usaha Flora dengan melakukan dua kombinasi

usaha penjualan tanaman hias. Penjelasan mengenai analisis risiko diversifikasi dua komoditas akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Vinca dan Gloxinia

Kombinasi dua tanaman ini merupakan kombinasi antara tanaman yang memiliki coefficient variation tertinggi dan coefficient variation terendah pada kegiatan spesialisasi. Kombinasi antara vinca dan gloxinia ini menghasilkan nilai

coefficient variation sebesar 0,767 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan

oleh kombinasi vinca dan gloxinia akan mengalami risiko sebesar 0,767. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi gloxinia yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 1,319. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,552. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada vinca dan gloxinia dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan.

Rendahnya nilai risiko diversifikasi vinca dengan gloxinia dikarenakan proporsi penggunaan lahan pada tanaman vinca lebih besar dibandingkan dengan gloxinia. Hal ini akan lebih menguntungkan perusahaan karena tanaman vinca memiliki coefficient variation yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman gloxinia. Selain itu, berdasarkan informasi di lapangan, tanaman vinca lebih tahan lama dan memiliki jumlah permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan gloxinia.

2) Vinca dan Petunia

Kombinasi tanaman vinca dan petunia menghasilkan nilai coefficient

variation terendah pada kombinasi dua komoditas yaitu sebesar 0,693 yang

artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi vinca dan petunia akan mengalami risiko sebesar 0,693. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi petunia yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,758. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,065. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada vinca dan petunia dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan.

Kombinasi kedua tanaman ini merupakan kombinasi antara tanaman yang memiliki nilai coefficient variation terendah dengan tanaman yang memiliki

satu pot, sehingga apabila ada satu bunga yang rusak masih dapat diperbaiki selama tidak terjadi kerusakan yang parah. Selain itu, tanaman vinca merupakan komoditas yang memiliki nilai risiko terendah sehingga dapat membantu menurunkan risiko. Tanaman petunia pun memiliki harga yang paling tinggi dibandingkan komoditas lainnya yang berdampak pada peningkatan penerimaan perusahaan.

3) Vinca dan Pentas

Kombinasi tanaman vinca dan pentas menghasilkan nilai coefficient

variation sebesar 0,716 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh

kombinasi vinca dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,716. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi pentas yang memiliki nilai

coefficient variation sebesar 0,786. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini

ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,07. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada vinca dan pentas dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan.

Kombinasi kedua tanaman ini menghasilkan nilai coefficient variation terendah karena permintaan konsumen pada tanaman ini lebih banyak dibandingkan dengan dua komoditas lainnya. Tanaman vinca memiliki nilai risiko spesialisasi terendah sehingga dapat menguntungkan bagi perusahaan. Tanaman pentas memiliki masa hidup yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman lainnya sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan dan kematian tanaman.

4) Gloxinia dan Petunia

Kombinasi tanaman gloxinia dan petunia menghasilkan nilai coefficient

variation sebesar 0,855 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh

kombinasi gloxinia dan petunia akan mengalami risiko sebesar 0,855. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi gloxinia yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 1,319. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,464. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada gloxinia dan petunia dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan.

Nilai coefficient variation yang diperoleh lebih kecil dibandingkan pada kegiatan spesialisasi pada gloxinia, hal ini karena nilai risiko petunia jauh lebih

kecil dibandingkan gloxinia sehingga dapat mengurangi risiko pada usaha spesialisasi gloxinia. Tanaman petunia memiliki sifat yang lebih tahan lama dibandingkan gloxinia, permintaan terhadap tanaman ini pun lebih banyak dibandingkan gloxinia. Selain itu harga jual tanaman petunia dapat menambah pendapatan perusahaan.

5) Gloxinia dan Pentas

Kombinasi tanaman gloxinia dan pentas menghasilkan nilai coefficient

variation terbesar pada kombinasi dua komoditas yaitu sebesar 0,974 yang artinya

setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi gloxinia dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,974. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi gloxinia yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 1,319. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,345. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada gloxinia dan pentas dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan.

Berdasarkan informasi di lapangan, gloxinia yang memiliki masa hidup yang tidak tahan lama berbanding terbalik dengan pentas. Sehingga setiap bulannya selalu ada tanaman gloxinia yang mati. Selain itu kegunaan tanaman ini cukup berbeda, tanaman gloxinia yang memiliki satu bunga dalam satu pot biasanya hanya dijadikan sebagai tanaman hias pot dengan jumlah pembelian yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman pentas. Tanaman pentas selain dijadikan sebagai tanaman hias pot juga dapat dijadikan sebagai tanaman lanskap yang jumlah pembeliannya dalam partai besar.

6) Petunia dan Pentas

Kombinasi tanaman petunia dan pentas menghasilkan nilai coefficient

variation sebesar 0,794 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh

kombinasi petunia dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,794. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi pada tanaman petunia ataupun pentas. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat menurunkan risiko karena dibutuhkan kombinasi yang tepat. Kombinasi petunia dan pentas menghasilkan nilai expected return yang tinggi namun kombinasi ini juga menghasilkan risiko yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi expected return maka semakin tinggi pula risikonya.

Berdasarkan pada analisis risiko yang diperoleh, ternyata kegiatan diversifikasi pada dua komoditas dapat mengurangi risiko, walaupun ada beberapa kombinasi yang hanya sedikit mengurangi risiko. Gabungan kombinasi dari tanaman vinca dapat menghasilkan nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan gabungan kombinasi tanpa tanaman vinca. Hal ini terjadi karena tanaman vinca memiliki risiko spesialisasi paling kecil dibandingkan nilai risiko pada tanaman lainnya. Selanjutnya perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi tiga komoditas dapat dilihat pada Tabel 16.

Hasil perhitungan risiko diversifikasi pada Tabel 16 merupakan gambaran risiko yang dihadapi oleh PT Bina Usaha Flora dengan melakukan tiga kombinasi usaha penjualan tanaman hias. Penjelasan mengenai analisis risiko diversifikasi tiga komoditas akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 16. Penilaian Risiko Pemasaran pada Kegiatan Diversifikasi Tiga Komoditas berdasarkan Penerimaan di PT Bina Usaha Flora

No. Gabungan Komoditas Variance Standard

Deviation Coefficient Variation 1 Vinca + Gloxinia + Petunia 3,57682E+13 5.980.653,466 0,749 2 Vinca + Gloxinia + Pentas 2,60989E+13 5.108.707,058 0,784 3

Vinca + Petunia + Pentas 4,69327E+13 6.850.741,604 0,728 4 Gloxinia + Petunia +

Pentas 5,80736E+13 7.620.603,138 0,853

1) Vinca, Gloxinia dan Petunia

Kombinasi tanaman vinca, gloxinia dan petunia menghasilkan nilai

coefficient variation sebesar 0,749 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan

oleh kombinasi vinca, gloxinia dan petunia akan mengalami risiko sebesar 0,749. Sedangkan nilai coefficient variation tertinggi dalam kegiatan spesialisasi adalah 1,319. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,57. Dengan begitu adanya kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko perusahaan. Nilai risiko spesialisasi pada gloxinia dapat dikurangi dengan adanya kombinasi ini karena nilai risiko spesialisasi pada vinca dan petunia jauh lebih kecil dibandingkan dengan gloxinia.

Berdasarkan dengan keadaan di lapangan, tanaman gloxinia saat ini memiliki trend yang sedang menurun sehingga permintaannya pun semakin berkurang. Selain itu sifat dari tanaman ini tidak tahan lama dibandingkan vinca dan petunia. Tanaman vinca memiliki jumlah permintaan yang cukup baik, sedangkan tanaman petunia memiliki harga jual yang cukup tinggi. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengurangi risiko penjualan yang terjadi dibandingkan dengan perusahaan jika melakukan kegiatan spesialisasi.

2) Vinca, Gloxinia dan Pentas

Kombinasi tanaman vinca, gloxinia dan pentas menghasilkan nilai

coefficient variation terkeci pada diversifikasi tiga komoditas yaitu sebesar 0,784

yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi vinca, gloxinia dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,784. Sedangkan nilai coefficient variation tertinggi dalam kegiatan spesialisasi adalah 1,319. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,535. Nilai risiko spesialisasi pada gloxinia dapat dikurangi dengan adanya kombinasi ini karena nilai risiko spesialisasi pada vinca dan pentas lebih kecil dibandingkan dengan gloxinia. Dengan begitu adanya kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko perusahaan.

Berdasarkan keadaan di lapangan, tanaman gloxinia saat ini memiliki trend yang sedang menurun sehingga permintaannya pun semakin berkurang. Selain itu sifat dari tanaman ini tidak tahan lama dibandingkan vinca dan pentas. Tanaman vinca an pentas memiliki jumlah permintaan yang cukup baik. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengurangi risiko penjualan yang terjadi dibandingkan dengan perusahaan jika melakukan kegiatan spesialisasi.

3) Vinca, Petunia dan Pentas

Kombinasi tanaman vinca, petunia dan pentas menghasilkan nilai

coefficient variation terendah pada kombinasi tiga komoditas yaitu sebesar 0,728

yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh kombinasi vinca, petunia dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,728. Sedangkan nilai coefficient variation tertinggi dalam kegiatan spesialisasi adalah 0,786. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,058. Dengan begitu adanya kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko perusahaan.

Berdasarkan keadaan di lapangan, permintaan terhadap ketiga tanaman ini cukup baik terutama pada tanaman vinca dan pentas. Sifat dari ketiga tanaman ini pun cukup tahan lama terutama pada tanaman pentas.Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengurangi risiko penjualan yang terjadi dibandingkan dengan perusahaan jika melakukan kegiatan spesialisasi.

4) Gloxinia, Petunia dan Pentas

Kombinasi tanaman gloxinia, petunia dan pentas menghasilkan nilai

coefficient variation sebesar 0,853 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan

oleh kombinasi gloxinia, petunia dan pentas akan mengalami risiko sebesar 0,853. Sedangkan nilai coefficient variation tertinggi dalam kegiatan spesialisasi adalah 1,319. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,466. Dengan begitu adanya kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko perusahaan.Penilaian risiko diversifikasi tiga komoditas antara gloxinia, petunia dan pentas lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini terjadi karena tidak diusahakannya tanaman vinca yang dapat menurunkan risiko. Sehingga dapat dilihat bahwa dengan adanya usaha dari tanaman vinca dapat menurunkan risiko perusahaan.

Berdasarkan pada analisis risiko yang diperoleh, ternyata kegiatan diversifikasi pada tiga komoditas dapat mengurangi risiko, walaupun ada beberapa kombinasi yang hanya sedikit mengurangi risiko. Dapat dilihat bahwa kegiatan diversifikasi yang memiliki nilai risiko paling rendah adalah kegiatan diversikasi dua komoditas antara vinca dan petunia yang memiliki nilai coefficient

variation sebesar 0,693. Hal ini dikarenakan kedua tanaman ini memiliki beberapa

keunggulan. Tanaman vinca dan petunia memiliki jumlah permintaan yang cukup besar dan harga yang cukup tinggi. Konsumen dapat menjadikan tanaman ini sebagai tanaman hias pot, dekorasi ruangan ataupun taman.

Perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi tanaman hias dilakukan pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi dan empat komoditi. Perbandingan risiko pemasaran dari masing-masing kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dengan berbagai kombinasi komoditi berdasarkan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perbandingan Risiko Pemasaran Berdasarkan Penerimaan pada Kegiatan Spesialisasi dan Diversifikasi Tanaman Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas di PT Bina Usaha Flora

Komoditas Coefficient Variation

Spesialisasi 1. Vinca 2. Gloxinia 3. Petunia 4. Pentas 0,603 1,319 0,758 0,786 Diversifikasi

1. Vinca dan Gloxinia 2. Vinca dan Petunia 3. Vinca dan Pentas 4. Gloxinia dan Petunia 5. Gloxinia dan Pentas 6. Petunia dan Pentas

7. Vinca, Gloxinia dan Petunia 8. Vinca, Gloxinia dan Pentas 9. Vinca, Petunia dan Pentas 10.Gloxinia, Petunia dan Pentas

11.Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas

0,767 0,693 0,716 0,855 0,974 0,794 0,749 0,784 0,728 0,853 0,765 Berdasarkan Tabel 17 dapat disimpulkan bahwa kegiatan diversifikasi terbukti dapat mengurangi risiko dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi. Tanaman hias yang sangat bergantung pada preferensi konsumen sangat cocok dilakukan dengan kegiatan diversifikasi agar penerimaan perusahaan dapat kontinyu. Dari hasil diversifikasi diperoleh nilai coefficient variation terendah pada gabungan komoditas vinca dan petunia yaitu sebesar 0,693. Namun kegiatan diversifikasi tidak dapat menghilangkan risiko sepenuhnya, karena risiko selalu ada di dalam suatu usaha. Hal ini dapat dilihat pada hasil variance, standard

deviation, dan coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Dengan adanya

diversifikasi diharapkan perusahaan dapat mengurangi kegagalan dari usaha lainnya.

Dokumen terkait