• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Definisi Risiko

Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Risiko adalah peristiwa yang potensial untuk terjadi yang mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan. Risiko timbul karena adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang, adanya penyimpangan, terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan, atau tidak terjadinya sesuatu yang diharapkan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdependensi satu sama lain. Dengan demikian dinamisme sifat risiko itu harus diantisipasi sejak awal (Hanggraeni 2010).

Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.Kerugian sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial (Basyaib 2007).

Menurut Vaughan (1978) diacu dalam Darmawi (2010) menjelaskan bahwa risiko memiliki bermacam definisi, yaitu:

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian)

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)

Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu.

3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty), yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.

3.1.2. Jenis Risiko

Menurut Kountur (2008) ada beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah:

1. Risiko dari sudut pandang penyebab, risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu:

a. Risiko keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.

b. Risiko operasional, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan, seperti manusia, teknologi, dan alam

2. Risiko dari sudut pandang akibat, ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan yaitu:

a.  Risiko murni

Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja, atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan.Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut risiko murni.

b. Risiko spekulatif, adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

3. Risiko dari sudut pandang aktivitas, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit.

4. Risiko dari sudut pandang kejadian, risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadian. Misalnya, kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran.

Menurut Fahmi (2010), secara umum risiko itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Adapun kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah:

1. Risiko murni (pure risk). Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu:

a. Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.

b. Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan/ organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu.

c. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan sebagai ganti rugi.

2. Risiko spekulatif (speculative risk). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada empat tipe risiko yaitu:

a. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjasi dari pergerakan harga di pasar. Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.

b. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit macet, presentase piutang meningkat.

c. Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, meyebabkan perusahaan harus menjual asset yang dimilikinya.

d. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancer. Contohnya terjadi kerusakan pada computer karena berbagai hal termasuk terkena virus. Menurut Hanggraeni (2010), terdapat beberapa pendapat mengenai penggolongan jenis risiko, antara lain:

1. Menurut Bank Indonesia, jenis risiko pada umumnya dikelompokkan menjadi 8 (delapan) jenis, meliputi:

a. Risiko kredit/investasi, yaitu risiko yang timbul akibat dari kegagalan pemenuhan kewajiban oleh counterparty atau debitur.

b. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar yang bervariasi, seperti akibat suku bunga, nilai tukar dan komoditas.

c. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang muncul karena ketidakmampuan dalam menempatkan/ mengolah liability (kewajiban).

d. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan mematuhi dengan atau tanpa menerapkan hukum, peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lainnya.

e. Risiko operasional, risiko ini relative masih baru diatur dalam perbankan yang biasanya muncul karena ketidakmampuan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau masalah-masalah eksternal lainnya.

f. Risiko hukum, risiko ini akibat kelemahan masalah hukum, mulai dari tuntutan hukum, tidak adanya kerangka hukum, dan kelemahan perjanjian. g. Risiko reputasi, risiko ini relatif baru yang biasanya muncul terkait dengan

masalah publikasi atau persepsi-persepsi negative.

h. Risiko strategi, risiko yang timbul akibat lemahnya pembentukan dan penerapan strategi perusahaan, lemahnya pengambilan keputusan dalam dunia bisnis atau kesenjangan reaksi dalam menghadapi perubahan.

2. Menurut Sadgrove (2005: hal 18) risiko digolongkan menjadi:

a. Risiko operasional, risiko yang berkaitan dengan proses produksi atau operasi perusahaan.

b. Risiko strategi, merupakan isu yang besar yang mendorong perusahaan berfikir secara skala besar. Risiko ini dikelola pada level Direksi dan memerlukan perencanaan strategi.

c. Risiko kepatuhan, merupakan risiko yang dihadapi perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan hukum serta aturan-aturan hukum serta aturan-aturan pemerintah untuk meningkatkan pengendlian risiko perusahaan sebagai perusahaan publik.

d. Risiko keuangan internal, merupakan risiko yang dihadapii perusahaan yang berhubungan dengan keuangan.

3. Menurut Lam (2007) risiko digolongkan menjadi:

a. Risiko pasar, risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadapperusahaan.

b. Risiko kredit, risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga, atau pemasok dalam memenuhi kewajibannya.

c. Risiko operasional, risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal (misal gempa bumi dan kebakaran) yang berdampak negatif pada perusahaan.

d. Risiko bisnis, risiko tidak tercapainya sasaran hasil-hasil operasi.

e. Risiko organisasional, risiko yang timbul dari buruknya rancangan struktur organisasi atau tidak memadainya sumber daya manusia.

3.1.3. Sumber Risiko

Menurut Darmawi (2010) menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Sumber risiko tersebut adalah:

1. Risiko sosial

Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita.

2. Risiko fisik

Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia.

3. Risiko ekonomi

Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya.

Menurut Kountur (2008) dan Hanafi (2007) risiko dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang manajer perusahaan dan dari sumber penyebab risiko. Risiko menurut manajer perusahaan adalah risiko spekulatif yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan, dan risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan merugikan.

Sedangkan risiko berdasarkan penyebabnya terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional.Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang. Risiko Operasional merupakan semua risiko yang tidak termasuk pada kelompok risiko keuangan seperti risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, alam dan teknologi. Dengan demikian pengambil keputusan dapat mengidentifikasi permasalahan berdasarkan sudut pandang tersebut sehingga pengelolaan risiko bisa lebih efektif.

3.1.4. Hubungan Karakteristik dengan Risk dan Return

Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Takut pada risiko atau risk avoider

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya, bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator.

2. Hati-hati pada risiko atau risk indifference

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderungan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil, ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang dengan karakter ini secara ekstrem sebagai tipe peragu.

3. Suka pada risiko atau risk seeker atau risk lover

Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena bagi dia semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan

mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa spekulasi dan itu pula yang membuat mereka selalu saja ingin menjadi pemimpin. Mental risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan. (Fahmi 2010).

Gambar 1. Tiga Perbedaan Pengambil Keputusan

Sumber: Barry Render and Ralph M. Stair, Jr 1997 (Diacu dalam Irham Fahmi 2010)

Menurut Mamduh (2009) salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi sebagai berikut: (1) Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko, (2) Tingkat keseriusan kerugian atau

impact dari risiko tersebut.

Pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh return yang diharapkan, dengan asumsi risiko dan return bersifat linear.

Utility

Monetary Outcome Risk Avoider

Risk Indifference

Gambar 2. Hubungan Expected Return dan Standard Deviation dalam Perspektif Risiko Operasional.

Sumber: Irham Fahmi 2010

Keterangan:

E(R) = Expected Return atau keuntungan yang diharapkan

= Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku disini sering diartikan dengan tingkat risiko yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi.

1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan juga berada di posisi yang tertinggi, dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya . Atau dengan kata lain disini kondisi maksimalitas expected return bersifat searah (linier) dengan risiko yang akan diterima.

2. Posisi II adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan bersifat tidak searah (non linier).

3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan juga berada pada posisi yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan bersifat searah (linier).

4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan berada pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan bersifat tidak searah (non linier). IV  I II III  M E(R)    0 

5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E(R) dan .

3.1.5. Teori Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan dengan pengembalian portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima. Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Penentuan portofolio yang optimal merupakan suatu yang sangat penting bagi investor karena akan menghasilkan return yang optimal dengan risiko tertentu. Portofolio yang optimal ditentukan dengan membentuk portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi (Husnan, 1998).

Menurut Markowitz (1959) pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, kemudian dianalisis untuk menggambarkan setiap portofolio. Markowitz mengembangkan teori portofolio pilihan yang belum pasti di masa depan. Teori ini didasarkan pada memaksimalkan utilitas dari kekayaan investor. Fungsi utilitas ini didefinisikan sesuai dengan expected return dan standard deviation kekayaan. Menurut Kountur (2008) diversifikasi adalah cara menempatkan aset di beberapa tempat sehingga jika saah satu tempat mengalami kerugian, maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.

Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian, standar deviasi dan koefisien variasi. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari varian sedangkan koefisien merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai ekspektasi return dari suatu asset. Varian dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko risiko dengan hasil yang diharapkan sehingga kurang tepat untuk penilaian risiko. Untuk membandingkan asset dengan return yang diharapkan berbeda, maka pelaku bisnis dapat menggunakan koefisien variasi. Koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan, khususnya dalam mengambil salah satu alternative dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk

setiap return yang diperoleh. Nilai varian dan standar deviasi yang rendah dapat menghasilkan koefisien variasi yang tinggi. Sedangkan nilai varian dan standar deviasi yang tinggi dapat menghasilkan koefisien variasi yang rendah. Dengan ukuran koefisien variasi, perbandingan antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return.

3.1.6. Manajemen Risiko

Menurut Hanafi (2009) manajemen risiko organisasi adalah suatu system pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses berikut ini:

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan cara menelusuri sumber-sumber risikosampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Evaluasi dan pengkuran risiko

Evaluasi dan pengukuran risiko dilakukan untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menghitung peluang (kemungkinan) risiko.

3. Pengelolaan risiko

Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan berbagau cara, seperti penghindaran, retention, diversifikasi, transfer risiko, pengendalian risiko, dan pendanaan risiko.

Menurut Kountur (2008) dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko.Daftar risiko merupakan output/hasil dari identifikasi risiko.Setelah semua risiko yang diperlukan diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar risiko tersebut diukur.Dengan demikian, proses selanjutnya setelah identifikasi risiko alah pengukuran risiko. Maksud dari pengukuran risiko ini adalah supaya dapat menghasilkan apa yang disebut dengan

status risiko dan peta risiko. Status risiko sebenarnya adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita bisa mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dan dalam peta risiko ini, akan tampak statusnya. Berdasarkan peta risiko dan status risiko ini, kemudian manajemen melakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang terpetakan. Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen perusahaan.

Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber: Kountur 2008

Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu:

OUTPUT PROSES IDENTIFIKASI RISIKO PENANGANAN RISIKO EVALUASI PENGUKURAN RISIKO Daftar Risiko 1. Peta Risiko 2. Status Risiko Usulan (Penanganan Risiko)

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a) membuat atau memperbaiki sistem prosedur; b) mengembangkan sumber daya manusia; dan c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha tanaman hias merupakan salah satu usaha yang sedang berkembang seiring dengan semakin meningkatnya masyarakat yang menginginkan lingkungan yang asri, nyaman, dan indah. Selain itu, meningkatnya jumlah industri yang bergerak dalam agribisnis tanaman hias menjadi bukti bahwa

usaha tanaman hias memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Namun peluang usaha tersebut harus dihadapkan dengan beberapa masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penjualan.

PT Bina Usaha Flora memiliki luas lahan sebesar 2,7 Ha untuk memproduksi berbagai macam komoditas tanaman hias. Pada penelitian ini akan diambil beberapa komoditas unggulan perusahaan yaitu vinca, gloxinia, petunia, dan pentas. Keempat tanaman ini memiliki volume penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman lainnya yang diproduksi perusahaan. Dalam memproduksi tanaman tersebut, PT BUF memiliki mengalami fluktuasi penjualan yang mengindikasikan adanya risiko di dalam perusahaan. Tingkat risiko yang terjadi pada perusahaan akan berpengaruh terhadap besarmya penerimaan yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko yang tepat untuk menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada PT Bina Usaha Flora.

Analisis risiko dilakukan melalui pendekatan metode Variance, Standard

Deviation, dan Coefficient Variance pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

Analisis pada kegiatan spesialisasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada masing-masing komoditas. Analisis pada kegiatan diversifikasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada usaha diversifikasi gabungan empat komoditas yang dilakukan oleh perusahaan saat ini, dan dilakukan perhitungan diversifikasi gabungan dua dan tiga komoditas untuk membandingkan nilai risiko yang diperoleh. Setelah dianalisis akan diperoleh hasil yang akan menjadi alternatif strategi penanganan risiko sebagai pertimbangan bagi PT Bina Usaha Flora untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

PT Bina Usaha Flora

Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias Analisis Kuantitatif (Identifikasi variance, standard deviation, coefficient variance)

Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Sumber-sumber Risiko

PT Bina Usaha Flora

Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias Analisis Kuantitatif (Identifikasi variance, standard deviation, coefficient variance) Strategi Penanganan Risiko Fluktuasi Penerimaan

Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Sumber-sumber Risiko

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT Bina Usaha Flora (PT BUF) yang terletak di komplek Taman Bunga Nusantara, jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tersebut merupakan tempat produksi tanaman hias yang cukup besar bergerak pada bidang potted plant,

bedding plant, dan bunga potong. Perusahaan telah melakukan usaha diversifikasi

untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 hingga April 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaaan PT BUF, seperti General Manager, Koordinator Ornamental dan Kepala Produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang relevan.

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan

Dokumen terkait