• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Validasi Model

Untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk membuat suatu simulasi kebijakan maka perlu dilakukan suatu validasi model, dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model tersebut dapat mewakili dunia nyata (Pindyck and Rubinfield 1991). Kriteria statistik untuk validasi nilai pendugaan model ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Root Means Squares Error (RMSE), (Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) danTheil’s Inequality Coefficient (U). Kriteria pendugaan model yang baik adalah model yang menghasilkan nilai RMSPE dan U- Theil yang semakin kecil. Nilai koefisien U-Theil (U) berkisar antara 0 dan 1. Nilai U bernilai 0 maka pendugaan model dikatakan sempurna, sedangkan ketika nilai U sebesar 1, maka model dikatakan naif (Sitepu 2006). Validasi model ekonomi pangan pokok dilakukan untuk periode tahun 2008 sampai 2013 untuk melihat gambaran kondisi kinerja ekonomi pangan pokok terkini.

Hasil validasi yang dilakukan terhadap model ekonomi pangan pokok disajikan dalam Tabel 34. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel tersebut, untuk indikator RMSPE, 96 persen dari variabel mempunyai nilai RMSPE di bawah 30 persen dan sebagian besarnya mempunyai persentase di bawah 10 persen. Hanya dua variabel yang mempunyai nilai RMSPE di atas 100 yakni variabel impor beras dan impor jagung. Hasil tersebut menujukkan bahwa selama periode pengamatan yakni tahun 2008 sampai dengan 2013 nilai variabel endogen hasil pendugaan cukup dekat dengan nilai aktualnya. Berdasarkan indikator validasi nilai U-theil, hampir semua persamaan mempunyai nilai U-theil di bawah 0.3 karena hanya 1 persamaan dari 51 persamaan yang mempunyai nilai U-Theil di atas 0.3. Jumlah persamaan yang mempunyai nilai U theil di bawah 0.1 sebanyak 43 persamaan.

Berdasarkan indikator-indikator diatas yang menunjukkan kriteria model yang baik maka model pangan pokok Indonesia dapat digunakan untuk melakukan simulasi dampak kebijakan terhadap beberapa variabel endogen yang menjadi inti dari penelitian ini. Melalui simulasi dampak akan diperoleh informasi komponen kebijakan mana yang memberikan dampak paling optimal dalam mendorong tercapainya ketahanan pangan nasional.

Evaluasi Dampak Kebijakan Perberasan Periode Tahun 2008-2013 terhadap Diversifikasi Pangan Pokok dan Ketahanan Pangan

Setiap kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah dapat menimbulkan dampak positif ataupun negatif terhadap satu atau lebih variabel endogen dan mungkin juga tidak mempunyai dampak yang berarti terhadap variabel endogen lainnya. Evaluasi dampak kebijakan perberasan dilakukan dengan melakukan simulasi historis periode tahun 2008 sampai 2013 terkait dengan pengurangan subsidi pertanian yang menyebabkan harga benih dan pupuk meningkat, menurunnya luas area irigasi, pengenaan tarif impor dan pembatasan jumlah impor beras, dan penerapan Harga pembelian Pemerintah (HPP).

Tabel 34 Hasil validasi model ekonomi pangan pokok Indonesia

Variabel Satuan Aktual Prediksi RMS % Error U Luas areal panen padi 000 Ha 13158.1 13359.2 2.4117 0.0117 Produksi padi 000 Ton 66224.5 67215.6 2.4117 0.0116 Produksi beras 000 Ton 41522.8 42144.2 2.4117 0.0116 Impor beras 000 Ton 1043.5 814.1 130.2 0.4515 Konsumsi beras rumahtangga 000 Ton 21394.9 21735.9 2.3379 0.0115 Konsumsi beras total 000 Ton 38566.7 38907.6 1.2402 0.0064 Penawaran beras 000 Ton 43975.3 44367.3 3.1314 0.0149 Harga padi Rp/Kg 3603 3435.8 9.3107 0.0498 Harga beras domestik Rp/Kg 8279.1 7706.6 11.0523 0.0619 Harga impor beras US$/Ton 4635.5 4536.2 5.8815 0.0301 Swasembada beras 000 Ton 4367.9 4648.4 24.6189 0.1129 Konsumsi energi beras Kkal 322775 327834 2.3379 0.0112 Luas areal panen jagung 000 Ha 3989.6 3977.3 4.9187 0.0245 Produksi jagung 000 Ton 17964.4 17956.7 4.9187 0.0244 Impor jagung 000 Ton 1831.7 1942.6 127.5 0.1929 Konsumsi jagung rumahtangga 000 Ton 441 416.6 25.2957 0.108 Konsumsi jagung total 000 Ton 13663.7 13639.3 0.6752 0.0036 Penawaran jagung 000 Ton 21590.9 21694.2 1.9072 0.01 Harga produsen jagung Rp/Kg 2920.6 2686.6 9.8061 0.0494 Harga konsumen jagung Rp/Kg 4163.3 3999.3 8.1643 0.0423 Harga impor jagung US$/Ton 2750 2744.5 15.3958 0.0863 Konsumsi energi jagung Kkal 666.8 633.1 25.2957 0.1037 Luas areal panen ubi kayu 000 Ha 1157.3 1137.2 3.2945 0.0166 Produksi ubi kayu 000 Ton 23314.6 22937.8 3.2945 0.0169 Konsumsi ubi kayu rumahtangga 000 Ton 1220 1131.7 12.5083 0.0749 Konsumsi ubi kayu total 000 Ton 20855.1 20766.8 0.8672 0.0043 Penawaran ubi kayu domestik 000 Ton 24145.6 23768.9 3.1971 0.0163 Harga produsen ubi kayu Rp/Kg 1887.4 1556.6 21.965 0.1159 Harga konsumen ubi kayu Rp/Kg 2705.2 2769.8 5.8063 0.0292 Konsumsi energi ubi kayu Kkal 6687.9 6203.5 12.5083 0.0745 Produksi terigu domestik 000 Ton 3880 4368.9 16.8491 0.0693 Impor gandum 000 Ton 5426 6171.1 17.4535 0.0721 Penawaran terigu 000 Ton 4407.1 4896 14.0949 0.0616 Konsumsi terigu rumahtangga 000 Ton 312.6 348.9 14.2444 0.0647 Harga produsen terigu Rp/Kg 3331.4 2797.9 22.2646 0.119 Harga konsumen terigu Rp/Kg 7121.7 6048 15.6808 0.0837 Harga impor gandum US$/Ton 3427.1 3386.3 15.8626 0.0931 Konsumsi energi terigu Kkal 4336 4841.3 14.2444 0.0651 Konsumsi energi total pangan pokok Kkal 334466 339512 2.2981 0.011 Proporsi energi beras Unit 0.9651 0.9657 0.3231 0.0016 Proporsi energi jagung Unit 0.00199 0.00186 25.8817 0.112 Proporsi energi ubi kayu Unit 0.0199 0.0182 12.6541 0.0753 Proporsi energi terigu Unit 0.013 0.0143 13.0987 0.0599 Diversifikasi konsumsi Unit 0.9321 0.9331 0.6346 0.0032 Proporsi produksi energi beras Unit 0.8024 0.8071 1.0686 0.0053 Proporsi produksi energi jagung Unit 0.0346 0.0342 5.7454 0.0287 Proporsi produksi energi ubi kayu Unit 0.163 0.1587 4.3574 0.0223 Diversifikasi produksi Unit 0.6717 0.6778 1.7012 0.0085 Indeks kemandirian pgn beras Unit 1.077 1.0848 2.5315 0.0127 Indeks kemandirian pgn jagung Unit 1.3214 1.3176 5.5259 0.0275 Indeks kemandirian pgn ubi kayu Unit 1.1243 1.1107 2.8327 0.0142

Dampak perubahan harga pupuk, harga benih, HPP dan luas areal irigasi

Kebijakan perberasan yang akan dibahas disini meliputi kebijakan perubahan harga pupuk, benih, harga pembelian pemerintah dan luas areal sawah irigasi serta bagaimana dampaknya terhadap diversifikasi pangan pokok dan ketahanan pangan pada umumnya. Kebijakan menaikan harga pupuk memang bukan kebijakan yang pro terhadap petani. Kebijakan ini diambil sebagai implementasi dari pengurangan subsidi pupuk yang bertujuan untuk terwujudnya fiscal sustainability (BKF 2008). Menurut Kariyasa (2007) kebijakan menaikan harga pupuk juga bermanfaat dalam hal antara lain: menghindari penggunaan pupuk berlebihan, pengurangan subsidi, dan memaksa petani beralih ke pupuk organik. Pertimbangan lain mengapa simulasi kebijakan ini dilakukan adalah karena penggunaan pupuk sudah over dosis sehingga pengurangan subsidi pupuk dapat mengurangi penggunaan pupuk yang berlebihan (Tinaprila 2012).

Hasil empat simulasi terkait perubahan harga pupuk dan harga pembelian pemerintah disajikan dalam Tabel 35. Simulasi pertama terkait harga input pupuk dilakukan dengan meningkatkan harga pupuk sebesar 17.6 persen. Pilihan simulasi ini didasarkan pada adanya keputusan pemerintah menurunkan anggaran subsidi pupuk sebesar 17.6. Sebagai pembanding dilakukan juga simulasi menurunkan harga pupuk sebesar 10 persen seperti yang dilakukan oleh tim kajian kebijakan harga dan subsidi pangan dan pertanian. Simulasi ketiga dan keempat masing-masing dilakukan dengan menaikkan harga pembelian pemerintah sebesar 17.6 persen dan 30 persen.

Berdasarkan hasil simulasi pertama, penurunan subsidi pupuk sebesar 17.6 persen akan berdampak terhadap turunnya luas areal panen padi dan produksi padi sebesar 0.43 persen. Penurunan produksi menyebabkan penawaran beras domestik turun meskipun impor naik sehingga membuat harga beras meningkat. Meningkatnya harga beras membuat konsumsi beras turun yang disubstitusi oleh peningkatan konsumsi jagung dan ubi kayu masing-masing sebesar 0.89 persen dan 0.29 persen sehingga membuat semakin terdiversifikasinya konsumsi pangan pokok penduduk.

Dari sisi produksi, meskipun produksi jagung dan ubi kayu turun tetapi secara proporsi penurunan konsumsi beras lebih tinggi sehingga membuat semakin terdiversifikasinya produksi pangan pokok. Kebijakan tersebut ternyata juga berdampak negatif terhadap beberapa indikator ketahanan pangan yang ditandai dengan semakin meningkatnya impor beras Indonesia (naik 3.71 persen), memburuknya indeks kemandirian pangan ketiga komoditas dan menurunnya indikator swasembada beras. Jika dilihat dampaknya terhadap perubahan kesejahteraan, kebijakan ini akan membuat kesejahteraan produsen dan konsumen menjadi lebih buruk.

Simulasi kedua sebagai pembanding dilakukan dengan menurunkan harga pupuk 10 persen. Simulasi ini dilakukan untuk memberikan warning kepada pemerintah jika pemerintah masih akan terus mensubsidi pupuk atau bahkan menaikkan nilai subsidi tersebut. Seperti di duga dampak yang terjadi dari simulasi ini bertolak belakang dari simulasi sebelumnya dimana indeks diversifikasi konsumsi dan produksi meningkat yang menunjukkan semakin terkonsentrasinya konsumsi dan produksi pangan pokok pada beras. Dampak positifnya, kebijakan ini mampu meningkatkan Indikator kemandirian pangan ketiga komoditas pangan pokok yang ditandai dengan peningkatan angka indeksnya, meningkatnya surplus beras, dan berkurangnya impor beras. Kebijakan ini mampu membuat kesejahteraan produsen dan konsumen beras meningkat yang ditandai dengan peningkatan surplus produsen dan konsumen beras.

Tabel 35 Dampak perubahan harga pupuk dan HPP terhadap diversifikasi dan kemandirian pangan pokok di Indonesia Simulasi Tahun 2008 sampai 2013

Nama Variabel Satuan Nilai Dasar

Perubahan (% dan poin)

S1 S2 S3 S4

Luas areal padi (000) Ha 13359.2 -0.4349 0.2463 0.0045 0.0082 Produksi padi (000 ) Ton 67215.6 -0.4347 0.2470 0.0052 0.0085 Produksi beras (000 ) Ton 42144.2 -0.4347 0.2470 0.0052 0.0083 Impor beras (000 ) Ton 814.1 3.7096 -2.1128 -0.5773 -0.5773 Konsumsi beras rumahtangga (000 ) Ton 21735.9 -0.2130 0.1205 -0.0060 -0.0064 Konsumsi beras total (000 ) Ton 38907.6 -0.1187 0.0676 -0.0033 -0.0033 Penawaran beras (000 ) Ton 44367.3 -0.3448 0.1959 -0.0054 -0.0025 Harga padi Rp/Kg 3435.8 0.4977 -0.2823 0.0466 0.0757 Harga beras Rp/Kg 7706.6 0.6164 -0.3503 0.0143 0.0156 Harga impor beras Rp/Kg 4536.2 0.0639 -0.0375 0.4585 0.4585 Indikator surplus beras (000) Ha 4648.4 -2.9473 1.6737 0.0753 0.1054 Konsumsi energi beras kkal 327834 -0.2096 0.1190 -0.0058 -0.0061 Luas areal jagung (000 ) Ha 3977.3 -1.2018 0.6864 -0.0126 -0.0201 Produksi jagung (000 ) Ton 17956.7 -1.2046 0.6844 -0.0134 -0.0223 Impor jagung (000 ) Ton 1942.6 4.4013 -2.5018 0.0515 0.0824 Konsumsi jagung rumahtangga (000 ) Ton 416.6 0.8881 -0.4801 0.0240 0.0240 Konsumsi jagung total (000) Ha 13639.3 0.0264 -0.0154 0.0007 0.0007 Penawaran jagung (000 ) Ton 21694.2 -0.6029 0.3425 -0.0069 -0.0115 Harga prod. Jagung Rp/Kg 2686.6 0.1898 -0.1079 0.0000 0.0000 Harga Kons. Jagung Rp/Kg 3999.3 0.2400 -0.1375 0.0000 0.0000 Harga impor jagung Rp/Kg 2744.5 0.5138 -0.2951 0.0000 0.0000 konsumsi energi jagung Kkal 633.1 0.8529 -0.4739 0.0316 0.0316 Luas areal ubi kayu (000) Ha 1137.2 -0.0528 0.0352 0.0000 0.0000 Produksi ubi kayu (000 ) Ton 22937.8 -0.0571 0.0327 -0.0009 -0.0022 Konsumsi ubi kayu rumahtangga (000 ) Ton 1131.7 0.2916 -0.1679 0.0000 0.0088 Konsumsi ubi kayu total (000 ) Ton 20766.8 0.0159 -0.0091 0.0000 0.0005 Penawaran ubi kayu (000 ) Ton 23768.9 -0.0555 0.0316 -0.0013 -0.0025 Harga prod. Ubi kayu Rp/Kg 1556.6 0.0321 -0.0128 0.0000 0.0000 Harga kons. Ubi kayu Rp/Kg 2769.8 0.0361 -0.0181 0.0000 0.0000 Konsumsi energi ubi kayu Kkal 6203.5 0.2837 -0.1596 0.0032 0.0048 Produksi terigu (000 ) Ton 4368.9 0.0183 -0.0092 0.0000 0.0000 Impor gandum (000 ) Ton 6171.1 0.0016 0.0000 0.0000 0.0000 Penawaran terigu (000 ) Ton 4896 0.0163 -0.0082 0.0000 0.0000 Konsumsi terigu rumahtangga (000 ) Ton 348.9 0.4586 -0.2866 0.0000 0.0000 Harga prod terigu Rp/Kg 2797.9 0.3002 -0.1716 -0.0036 -0.0036 Harga kons terigu Rp/Kg 6048 0.2728 -0.1554 0.0000 0.0017 Harga impor gandum Rp/Kg 3386.3 0.0975 -0.0561 -0.0030 -0.0030 Konsumsi energi terigu Kkal 4841.3 0.4709 -0.2685 0.0103 0.0103 Konsumsi energi total Kkal 339512 -0.1891 0.1072 -0.0053 -0.0056 Proporsi kons energi beras Unit Rasio 0.9657 -0.0002 0.0001 0.0000 0.0000 Proporsi kons energi jagung Unit Rasio 0.00186 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Proporsi kons energi ubi kayu Unit Rasio 0.0182 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 Proporsi kons energi terigu Unit Rasio 0.0143 0.0001 -0.0001 0.0000 0.0000 Indeks diversifikasi konsumsi Indeks 0.9331 -0.0004 0.0002 0.0000 0.0000 Proporsi prod energi beras Unit Rasio 0.8071 -0.0003 0.0002 0.0000 0.0000 Proporsi prod energi jagung Unit Rasio 0.0342 -0.0002 0.0002 0.0000 0.0000 Proporsi prod energi ubi kayu Unit Rasio 0.1587 0.0005 -0.0003 0.0000 -0.0001 Indeks diversifikasi produksi Indeks 0.6778 -0.0003 0.0002 0.0000 0.0000 Indek kemandirian beras Indeks 1.0848 -0.0035 0.0019 0.0001 0.0001 Indeks kemandirian jagung Indeks 1.3176 -0.0161 0.0093 -0.0001 -0.0002 Indeks Kemandirian ubi kayu Indeks 1.1107 -0.0008 0.0004 0.0000 0.0000 Perubahan Surplus produsen Milliar Rp -1151.9 651.19 107.5 174.8 Perubahan surplus konsumen Milliar Rp -1849.2 1050.15 -42.8 -46.7

Keterangan :

Simulasi 1 : Harga pupuk naik 17.6 persen Simulasi 2 : Harga pupuk turun 10 persen Simulasi 3 : Harga pembelian naik 17.6 persen simulasi 4 : Harga pembelian naik 30 persen

Dalam mengantisipasi menurunnya kesejahteraan produsen dan berkurangnya insentif untuk menanam padi akibat kebijakan pengurangan subsidi maka pemerintah dapat mengantisipasi dengan kebijakan menaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Sayangnya dampak dari simulasi menaikan HPP sebesar 17.6 persen hanya mampu meningkatkan produksi padi sebesar 0.0045 persen dan menurunkan penawaran beras akibat berkurangnya impor beras sebesar 0.58 persen sehingga harga beras naik dan konsumsi beras turun. Turunnya konsumsi beras disubstitusi dengan meningkatnya konsumsi jagung dengan persentase yang sangat kecil (0.02 persen) sehingga tidak mampu merubah angka indeks diversifikasi konsumsi. Kebijakan ini pada akhirnya hanya akan meningkatkan kemandirian pangan komoditas beras dan berkurangnya impor beras tetapi tidak memberikan banyak perubahan pada indikator diversifikasi konsumsi dan produksi.

Untuk dapat lebih melihat dampak dari penetapan HPP sebagai instrumen antisipatif maka dilakukan pula simulasi menaikan HPP dengan persentase yang lebih tinggi yakni 30 persen. Sayangnya simulasi ini memberikan dampak yang tidak terlalu berbeda dengan simulasi sebelumnya dan ini sudah sesuai dengan hasil pembahasan pada bab sebelumnya yang menunjukkan kurang responsifnya harga padi terhadap perubahan HPP.

Terkait subsidi benih, pemerintah dalam hal ini kementerian pertanian melakukan dua langkah strategis yakni pemberian benih gratis dan subsidi. Namun dalam perjalanannya skema pemberian benih gratis mengalami banyak kendala sehingga yang tersisa hanya skema subsidi benih. Dengan alasan sustainibility fiscal

akhirnya dengan terpaksa pemerintah juga melakukan pengurangan subsidi benih secara bertahap dari 10 persen hingga 30 persen. Kebijakan yang diambil ini tentu saja akan berdampak terhadap produksi padi seperti ditunjukkan dalam Tabel 36.

Berdasarkan hasil simulasi pada Tabel 36, naiknya harga benih 17.6 persen tidak berdampak sebesar ketika harga pupuk yang meningkat karena proporsi subsidi yang diberikan untuk benih sangat kecil dibandingkan untuk pupuk yaitu 1 berbanding 30 untuk setiap tahun anggaran sehingga petani yang mendapatkan akses terhadap benih bersubsidipun terbatas berbeda dengan subsidi pupuk yang diberikan kepada distributor sehingga dapat diakses secara massal melalui mekanisme tertentu.

Naiknya harga benih sebesar 17.6 persen hanya berdampak terhadap menurunnya produksi padi sebesar 0.0012 persen yang disubstitusi dengan meningkatnya produksi ubi kayu sebesar 0.0013 persen. Meskipun harga beras meningkat yang menyebabkan konsumsi beras turun tetapi tidak dapat membuat penduduk mensubstitusinya dengan meningkatkan konsumsi jagung dan ubi kayu sehingga tidak berdampak banyak terhadap diversifikasi konsumsi pangan pokok. Penerapan kebijakan ini memberikan dampak menurunnya surplus produsen dan konsumen beras dengan besaran hanya sebesar 13 Milliar dan 23 Milliar saja.

Tabel 36 Dampak perubahan harga benih dan luas areal irigasi terhadap diversifikasi dan kemandirian pangan pokok di Indonesia simulasi tahun 2008 sampai 2013

Nama Variabel Satuan Nilai Dasar

Perubahan (% dan poin)

S5 S6 S7

Luas areal padi (000) Ha 13359.2 -0.0015 2.7008 -0.5397 Produksi padi (000 ) Ton 67215.6 -0.0012 2.7028 -0.5398 Produksi beras (000 ) Ton 42144.2 -0.0012 2.7029 -0.5398 Impor beras (000 ) Ton 814.1 -0.5773 -23.608 4.0290 Konsumsi beras rumahtangga (000 ) Ton 21735.9 -0.0046 1.4069 -0.2885 Konsumsi beras total (000 ) Ton 38907.6 -0.0023 0.7860 -0.1609 Penawaran beras (000 ) Ton 44367.3 -0.0117 2.1342 -0.4386 Harga padi Rp/Kg 3435.8 0.0058 -3.0561 0.6199 Harga beras Rp/Kg 7706.6 0.0078 -3.7851 0.7721 Harga impor beras Rp/Kg 4536.2 0.4585 0.4585 0.4585 Indikator surplus beras (000) Ha 4648.4 0.0086 17.9266 -3.5453 Konsumsi energi beras kkal 327834 -0.0040 1.3870 -0.2840 Luas areal jagung (000 ) Ha 3977.3 0.0000 0.4274 -0.0855 Produksi jagung (000 ) Ton 17956.7 -0.0006 0.4466 -0.0902 Impor jagung (000 ) Ton 1942.6 0.0051 -2.6048 0.5251 Konsumsi jagung rumahtangga (000 ) Ton 416.6 0.0000 -9.7696 1.9923 Konsumsi jagung total (000) Ha 13639.3 0.0000 -0.2984 0.0601 Penawaran jagung (000 ) Ton 21694.2 -0.0005 0.1364 -0.0281 Harga prod. Jagung Rp/Kg 2686.6 0.0000 -0.1340 0.0261 Harga Kons. Jagung Rp/Kg 3999.3 0.0000 -0.1825 0.0350 Harga impor jagung Rp/Kg 2744.5 0.0000 -0.2368 0.0474 konsumsi energi jagung Kkal 633.1 0.0000 -9.5088 1.9270 Luas areal ubi kayu (000) Ha 1137.2 0.0000 0.2726 -0.0528 Produksi ubi kayu (000 ) Ton 22937.8 0.0013 0.2938 -0.0580 Konsumsi ubi kayu rumahtangga (000 ) Ton 1131.7 0.0000 -1.6347 0.3269 Konsumsi ubi kayu total (000 ) Ton 20766.8 0.0000 -0.0891 0.0178 Penawaran ubi kayu (000 ) Ton 23768.9 0.0013 0.2831 -0.0564 Harga prod. Ubi kayu Rp/Kg 1556.6 0.0000 -0.1478 0.0321 Harga kons. Ubi kayu Rp/Kg 2769.8 0.0000 -0.1769 0.0361 Konsumsi energi ubi kayu Kkal 6203.5 -0.0016 -1.5910 0.3208 Produksi terigu (000 ) Ton 4368.9 0.0000 -0.1076 0.0206 Impor gandum (000 ) Ton 6171.1 0.0000 -0.0081 0.0016 Penawaran terigu (000 ) Ton 4896 0.0000 -0.0960 0.0184 Konsumsi terigu rumahtangga (000 ) Ton 348.9 0.0000 -2.9235 0.5732 Harga prod terigu Rp/Kg 2797.9 -0.0143 -1.8621 0.3646 Harga kons terigu Rp/Kg 6048 -0.0066 -1.6865 0.3356 Harga impor gandum Rp/Kg 3386.3 -0.0059 -0.6024 0.1181 Konsumsi energi terigu Kkal 4841.3 0.0041 -2.8732 0.5825 Konsumsi energi total Kkal 339512 -0.0038 1.2515 -0.2565 Proporsi kons energi beras Unit Rasio 0.9657 0.0000 0.0012 -0.0003 Proporsi kons energi jagung Unit Rasio 0.00186 0.0000 -0.0002 0.0000 Proporsi kons energi ubi kayu Unit Rasio 0.0182 0.0000 -0.0005 0.0001 Proporsi kons energi terigu Unit Rasio 0.0143 0.0000 -0.0006 0.0001 Indeks diversifikasi konsumsi Indeks 0.9331 0.0000 0.0024 -0.0005 Proporsi prod energi beras Unit Rasio 0.8071 0.0000 0.0036 -0.0007 Proporsi prod energi jagung Unit Rasio 0.0342 0.0000 -0.0006 0.0002 Proporsi prod energi ubi kayu Unit Rasio 0.1587 0.0000 -0.0031 0.0006 Indeks diversifikasi produksi Indeks 0.6778 0.0000 0.0049 -0.0010 Indek kemandirian beras Indeks 1.0848 0.0000 0.0209 -0.0042 Indeks kemandirian jagung Indeks 1.3176 0.0000 0.0094 -0.0018 Indeks Kemandirian ubi kayu Indeks 1.1107 0.0000 0.0039 -0.0008 Perubahan Surplus produsen Milliar Rp -13.4 25427.1 -1435.6 Perubahan surplus konsumen Milliar Rp -23.3 5738.6 -2316.9

Keterangan :

Simulasi 5 : harga benih naik 17.6 persen Simulasi 6 : luas areal irigasi naik 10 persen Simulasi 7 : luas areal irigasi turun 2 persen

Terkait dampak perubahan infrastruktur maka dalam Tabel 36 juga disimulasikan perubahan luas areal irigasi. Pada simulasi 6 dilakukan kenaikan luas irigasi sebesar 10 persen sesuai dengan rencana pemerintah untuk memperbaiki irigasi dalam periode tersebut, sedangkan simulasi 7 mencoba untuk melihat dampak jika tidak ada perbaikan irigasi sehingga terjadi penurunan luas areal irigasi sebesar 2 persen per tahun.

Dampak dari kenaikan luas areal irigasi mampu meningkatkan luas areal panen padi sebesar 2.7 persen sehingga mampu mensubstitusi masuknya beras impor dan membuat penawaran beras meningkat. Meningkatnya penawaran membuat harga beras turun 3.78 persen sehingga konsumsi beras meningkat. Meningkatnya konsumsi beras membuat penduduk mengurangi konsumsi pangan pokok lain sehingga konsumsi jagung rumahtangga turun hingga 9.77 persen, konsumsi ubi kayu turun 1.63 persen, dan konsumsi terigu turun 2.92 persen. Kondisi ini pada akhirnya memperburuk kondisi diversifikasi konsumsi pangan pokok.

Meningkatnya produksi beras sebesar 2.7 persen ternyata masih lebih tinggi secara kuantitas dengan meningkatnya produksi jagung dan ubi kayu yang juga meningkat masing-masing sebesar 0.44 persen dan 0.29 persen. Kondisi ini menandakan semakin terkonsentrasinya produksi pangan pokok pada beras dan membuat konsisi diversifikasi produksi pangan pokok memburuk. Positifnya, peningkatan irigasi yang berdampak terhadap meningkatnya produksi beras membuat indikator surplus beras meningkat 18 persen, kemandirian pangan ketiga komoditas naik, dan berkurangnya impor beras cukup hingga mencapai 23.6 persen. Kebijakan ini pada akhirnya akan mampu meningkatkan surplus produsen jauh di atas peningkatan surplus konsumen beras.

Jika pemerintah belum fokus untuk memperbaiki areal irigasi dan membiarkan luas areal irigasi turun 2 persen maka berdasarkan simulasi 7 dampaknya akan menurunkan luas areal panen 0.54 persen, impor beras akan meningkat dan penawaran beras turun sehingga harga beras akan meningkat. Meningkatnya harga beras membuat penduduk mengurangi konsumsi beras dan mensubstitusi dengan meningkatkan permintaan akan jagung, ubi kayu dan terigu sehingga diversifikasi konsumsi pangan pokok membaik. Dari sisi produksi juga terjadi perbaikan kondisi diversifikasi produksi meskipun produksi komoditas lain turun tetapi dengan jumlah yang relatif jauh lebih kecil. Dampak buruknya terhadap kondisi ketahanan pangan pada umumnya adalah meningkatkan impor beras, turunnya surplus beras, dan turunnya indeks kemandirian pangan ketiga komoditas.

Dampak kebijakan perdagangan beras

Untuk mengetahui dampak penerapan tarif impor beras dilakukan simulasi perubahan harga impor beras dalam tiga skenario yaitu kenaikan harga impor beras sebesar 5 persen, 30 persen, dan penurunan harga impor beras sebesar 10 persen. Pemilihan simulasi ini didasarkan pada perubahan pengenaan tarif yang diberlakukan selama peiode penelitian.

Hasil simulasi kenaikan secara keseluruhan memiliki dampak yang sama dalam arahnya untuk setiap kenaikan harga. Kenaikan harga impor beras secara langsung berdampak terhadap turunnya jumlah impor beras sehingga penawaran beras domestik juga turun yang menyebabkan harga komoditas ini menjadi naik di pasar domestik. Turunnya komponen penawaran yang berasal dari impor disubstitusi dengan meningkatnya produksi beras domestik akibat meningkatnya luas areal panen dan dampak insentif kenaikan harga padi di pasaran. Dampak yang ditimbulkan terhadap beberapa variabel tersebut menyebabkan produksi pangan pokok semakin terkonsentrasi pada beras atau terjadi penurunan tingkat diversifikasi produksi. Sedangkan simulasi penurunan tarif impor beras mempunyai pengaruh yang berlawanan. Secara umum menurunnya harga impor beras atau tarif akan menyebabkan impor beras meningkat, harga beras turun yang menyebabkan produksi beras turun. Dari sisi konsumsi, turunnya harga beras akan menyebabkan konsumsi beras meningkat yang menyebabkan diversifikasi konsumsi pangan semakin terkonsentrasi.

Berdasarkan hasil simulasi model ekonomi pangan pokok dalam Tabel 37, meningkatnya harga beras dunia sebesar 5 persen akan berdampak terhadap diversifikasi konsumsi pangan pokok menjadi lebih terdiversifikasi. Jika dilihat indikator ketahanan pangan lainnya yaitu indikator surplus beras dan kemandirian pangan, kenaikan tarif sebesar 5 persen akan menyebabkan kondisi surplus beras meningkat sebesar 0.067 persen. Indeks kemandirian pangan beras meningkat sebesar 0.0092 persen sedangkan indeks kemandirian pangan jagung dan ubi kayu tidak mengalami perubahan.

Simulasi kedua dengan menaikan harga impor sebesar 30 persen menunjukkan dampak yang sama secara arah tetapi dengan magnitude yang lebih besar. Simulasi ini memberikan dampak menurunnya impor beras sebesar 3.85 persen dan meningkatnya produksi beras sebesar 0.012 persen. Meskipun penawaran beras mengalami penurunan (0.061 %) yang disebabkan oleh menurunnya impor tetapi indikator kemandirian pangan dari beras justru mengalami kenaikan yang cukup tinggi yakni 0.0005 poin sebagai hasil dari meningkatnya produksi beras dan menurunnya konsumsi beras.

Pada simulasi 9 ini dampak yang ditimbulkan terhadap diversifikasi konsumsi pangan pokok terlihat jelas perubahannya dengan menurunnya proporsi konsumsi beras sebesar 0.0001 poin dan meningkatnya proporsi konsumsi jagung dan ubi kayu masing- masing sebesar 0.54 persen dan 0.55 persen. Sedangkan pada indikator diversifikasi produksi terjadi perubahan yang lebih kecil yakni peningkatan produksi beras sebesar 0.012 persen dan penurunan produksi jagung dan ubi kayu masing-masing sebesar 0.02 persen, sayangnya perubahan ini hampir tidak merubah indeks diversifikasi produksi.

Dampak penurunan harga impor beras (simulasi turunnya tarif impor) terhadap impor ternyata lebih sensitif jika dibandingkan dengan dampak naiknya tarif impor. Menurunnya tarif impor beras sebesar 10 persen akan menyebabkan impor meningkat sebesar 1.289 persen dan penawaran beras domestik meningkat sebesar 0.203 persen. Meningkatnya penawaran tentu akan membuat harga beras menjadi lebih murah yang dampaknya meningkatkan konsumsi beras oleh rumahtangga. Peningkatan konsumsi beras menyebabkan menurunnya konsumsi pangan pokok substitusinya yaitu jagung, ubi kayu dan terigu yang akhirnya menyebabkan menurunnya diversifikasi konsumsi pangan pokok. Positifnya, turunnya harga beras menjadi insentif bagi produsen untuk memproduksi jagung dan ubi kayu sehingga produksi kedua pangan pokok ini meningkat yang menyebabkan meningkatnya diversifikasi produksi pangan pokok.

Tabel 37 Dampak perubahan tarif impor beras terhadap diversifikasi dan kemandirian pangan pokok di Indonesia simulasi tahun 2008 sampai 2013

Nama Variabel Satuan Nilai Dasar

Perubahan (% dan poin)

S8 S9 S10

Luas areal padi (000) Ha 13359.2 0.0022 0.0120 -0.0037 Produksi padi (000 ) Ton 67215.6 0.0021 0.0120 -0.0040 Produksi beras (000 ) Ton 42144.2 0.0021 0.0121 -0.0040 Impor beras (000 ) Ton 814.1 -0.6386 -3.8554 1.2892 Konsumsi beras rumahtangga (000 ) Ton 21735.9 -0.0101 -0.0608 0.0203 Konsumsi beras total (000 ) Ton 38907.6 -0.0057 -0.0339 0.0113 Penawaran beras (000 ) Ton 44367.3 -0.0101 -0.0608 0.0203 Harga padi Rp/Kg 3435.8 0.0204 0.1221 -0.0407 Harga beras Rp/Kg 7706.6 0.0285 0.1711 -0.0570 Harga impor beras Rp/Kg 4536.2 5.0000 30.0000 -10.0000 Indikator Surplus Beras (000) Ha 4648.4 0.0665 0.3926 -0.1309 Konsumsi energi beras kkal 327834 -0.0101 -0.0607 0.0201 Luas areal jagung (000 ) Ha 3977.3 -0.0025 -0.0201 0.0075 Produksi jagung (000 ) Ton 17956.7 -0.0033 -0.0217 0.0072 Impor jagung (000 ) Ton 1942.6 0.0206 0.1285 -0.0463 Konsumsi jagung rumahtangga (000 ) Ton 416.6 0.0956 0.5259 -0.1673 Konsumsi jagung total (000) Ha 13639.3 0.0029 0.0161 -0.0051 Penawaran jagung (000 ) Ton 21694.2 -0.0014 -0.0065 0.0018 Harga prod. Jagung Rp/Kg 2686.6 0.0037 0.0074 -0.0037 Harga Kons. Jagung Rp/Kg 3999.3 0.0025 0.0125 -0.0025 Harga impor jagung Rp/Kg 2744.5 0.0000 0.0146 -0.0073 konsumsi energi jagung Kkal 633.1 0.0787 0.5034 -0.1730 Luas areal ubi kayu (000) Ha 1137.2 0.0000 -0.0176 0.0088 Produksi ubi kayu (000 ) Ton 22937.8 -0.0031 -0.0183 0.0065 Konsumsi ubi kayu rumahtangga (000 ) Ton 1131.7 0.0177 0.1059 -0.0353 Konsumsi ubi kayu total (000 ) Ton 20766.8 0.0010 0.0053 -0.0019 Penawaran ubi kayu (000 ) Ton 23768.9 -0.0034 -0.0181 0.0059 Harga prod. Ubi kayu Rp/Kg 1556.6 0.0000 0.0064 -0.0064 Harga kons. Ubi kayu Rp/Kg 2769.8 0.0036 0.0108 -0.0036 Konsumsi energi ubi kayu Kkal 6203.5 0.0177 0.1015 -0.0322 Produksi terigu (000 ) Ton 4368.9 0.0023 0.0092 -0.0023 Impor gandum (000 ) Ton 6171.1 0.0000 0.0000 0.0000 Penawaran terigu (000 ) Ton 4896 0.0020 0.0082 -0.0020 Konsumsi terigu rumahtangga (000 ) Ton 348.9 0.0286 0.1432 -0.0286 Harga prod terigu Rp/Kg 2797.9 0.0250 0.1357 -0.0464 Harga kons terigu Rp/Kg 6048 0.0198 0.1140 -0.0380 Harga impor gandum Rp/Kg 3386.3 0.0089 0.0443 -0.0148 Konsumsi energi terigu Kkal 4841.3 0.0227 0.1403 -0.0475 Konsumsi energi total Kkal 339512 -0.0088 -0.0536 0.0180 Proporsi kons energi beras Unit Rasio 0.9657 0.0000 -0.0001 0.0000 Proporsi kons energi jagung Unit Rasio 0.00186 0.0000 0.0000 0.0000 Proporsi kons energi ubi kayu Unit Rasio 0.0182 0.0000 0.0001 0.0000 Proporsi kons energi terigu Unit Rasio 0.0143 0.0000 0.0000 0.0000 Indeks diversifikasi konsumsi Indeks 0.9331 0.0000 -0.0001 0.0000 Proporsi prod energi beras Unit Rasio 0.8071 0.0000 0.0000 -0.0001

Dokumen terkait