• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PANGAN POKOK INDONESIA

4 METODE PENELITIAN

D. Blok Terigu 34 Impor gandum

6 HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PANGAN POKOK INDONESIA

Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, model ekonomi pangan pokok yang dibangun dalam penelitian ini adalah model linier persamaan simultan yang menggunakan metode estimasi two stage least square (2SLS). Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa hasil pendugaan model cukup baik seperti diperlihatkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) dari setiap persamaan perilakunya. Dari 22 persamaan struktural sebanyak 5 persamaan mempunyai koefisien determinasi di atas 90 persen dan 8 persamaan mempunyai koefisien determinasi antara 70 sampai 90 persen. Sisanya sebanyak 3 persamaan mempunyai koefisien determinasi lebih kecil dari 60 persen.

Gambaran tersebut menjelaskan bahwa separuh dari variabel-variabel eksogen dalam masing-masing persamaan mampu menjelaskan secara memuaskan 70 persen sampai 98 persen perilaku masing-masing variable endogennya. Nilai statistik F juga menunjukkan indikasi model yang baik dimana pada umumnya bernilai di atas 20 dan nyata pada taraf 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa variasi dari variabel- variabel penjelas dalam setiap persamaan perilaku secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi dari vairabel endogennya.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 19 80 19 82 19 84 19 86 19 88 19 90 19 92 19 94 19 96 19 98 20 00 20 02 20 04 20 06 20 08 20 10 20 12 20 14 In d e ks Indeks Entrophi Indeks Berry FDI

Nilai statistik-t yang digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel penjelas terhadap variabel endogennya secara umum menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf uji paling tidak 10 persen. Ada beberapa variabel penjelas yang tidak berpengaruh nyata terhadap variable endogennya pada taraf nyata tersebut sehingga taraf nyata yang digunakan lebih fleksibel dengan menaikan taraf ujinya menjadi 20 persen.

Berdasarkan uji autokorelasi dari 22 persamaan struktural, 10 persamaan dinyatakan bebas masalah autokorelasi, 8 persamaan tidak dapat ditentukan, dan sisanya sebanyak 4 persamaan dinyatakan mempunyai masalah autokorelasi. Nilai hasil penghitungan durbin-h dan kesimpulan dari pengujian masalah serial korelasi dapat dilihat pada lampiran 8. Masalah serial korelasi tidak menimbulkan bias pada parameter dugaan, tetapi hanya mengurangi efisiensi pendugaan parameter (Sitepu 2002) sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pendugaan parameter dalam penelitian ini cukup representatif dalam menggambarkan fenomena ekonomi pangan pokok di Indonesia.

Berdasarkan uji multikolinieritas dengan kriteria nilai variance inflation factor

(vif) di atas 10 menunjukkan bahwa hanya 6 persamaan yang didalamnya terdapat masalah multikolinieritas. Masalah multikolinieritas memang sulit dihindari dalam model yang menggunakan sistem persamaan simultan tetapi sejauh tidak ada multikolinieritas yang sempurna antara variabel-variabel bebasnya maka masalah tersebut hanya akan mengurangi efisiensi pendugaan parameter tetapi tidak menimbulkan bias parameter.

Angka elastisitas digunakan untuk melihat pengaruh respon suatu variable terhadap variable endogennya. Beberapa variabel yang merupakan variabel turunan dalam proses respesifikasi (delta dan rasio) dihitung kembali elastisitasnya dengan menggunakan parameter estimasi yang diperoleh. Nilai elastisitas lebih besar dari satu dapat diartikan variable tersebut berpeluang memberikan dampak maksimal apabila dikenakan suatu kebijakan, sedangkan nilai elastisitas kurang dari satu dapat diartikan variable tersebut tidak memberikan respon yang maksimal apabila dikenakan suatu kebijakan.

Berdasarkan hasil uji statistik dan ekonometrik dengan kriteria-kriteria hasil pendugaan di atas, dan dengan mempertimbangkan model dengan pengamatan yang relatif panjang, maka hasil pendugaan model dapat mewakili dan menangkap fenomena ekonomi pangan pokok di Indonesia. Secara lebih rinci hasil pendugaan masing-masing persamaan structural dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kinerja ekonomi Beras

Setelah melakukan berbagai alternatif spesifikasi model, maka diperoleh persamaan-persamaan perilaku sebagai berikut :

Luas Areal Panen Padi

Luas areal panen padi dan besaran produktivitas menentukan jumlah produksi padi setiap tahunnya. Hasil pendugaan parameter persamaan luas areal panen padi (Tabel 12) menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 0.95289 dengan nilai F hitung 63.71. Besaran-besaran tersebut menunjukkan kriteria estimasi yang baik dimana 95.3

persen variasi dalam variabel luas areal panen padi mampu dijelaskan oleh variabel- variabel penjelasnya, sisanya sebesar 4.7 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar persamaan.

Tabel 12 Hasil pendugaan parameter persamaan luas areal panen padi Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 1817.563 0.216 HPDR 0.278596 0.0661 0.1059 0.1935 Harga padi

DHPJGR -0.26542 -0.0009 -0.0015 0.2707 Selisih harga jagung HPJGR -0.0499 -0.0799 Harga produsen jagung HPUKR -0.46414 -0.0424 -0.0679 0.0796 Harga produsen ubi kayu HPUR -0.14392 -0.0231 -0.0371 0.3638 Harga pupuk

DHBNHR -0.08113 -0.0005 -0.0008 0.347 Delta harga benih HBNHR -0.0300 -0.0481 Harga benih

DUPTKPR -0.02913 -0.0004 -0.0007 0.0758 Delta upah tenaga kerja pertanian UPTKPR -0.0323 -0.0518 Upah tenaga kerja pertanian IRG 0.575077 0.2325 0.3726 0.0982 luas lahan sawah irigasi CH 0.021629 0.0040 0.0064 0.8900 Curah hujan

Trend 96.04347 0.0064 Trend waktu

LLAPPD 0.376108 0.0801 Lag luas areal panen padi R-sq 0.96809 F-hit 63.71

Adj R-Sq 0.95289 D-W 2.33965

Setelah dilakukan beberapa kali respesifikasi persamaan untuk mendapatkan tanda dan besaran yang sesuai harapan, maka diperoleh variabel-variabel penjelas berikut. Luas areal panen padi berhubungan secara positif dengan harga padi, luas areal irigasi, curah hujan, trend dan variable luas areal pada tahun sebelumnya. Variabel- variabel tersebut dapat mendorong penambahan luas areal panen padi. Hubungan yang negatif terjadi antara luas areal panen padi dengan delta harga jagung, harga ubi kayu, harga pupuk, delta harga benih dan delta upah tenaga kerja pertanian. Hubungan negatif antara luas areal panen padi dengan variabel harga produsen jagung dan harga produsen ubi kayu menunjukkan sifat kompetisi dari dua komoditas tersebut terhadap padi.

Berdasarkan angka elastisitasnya, diketahui bahwa respon luas areal panen padi inelastis terhadap semua variabel penjelasnya baik jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini mengindikasikan perubahan besaran variabel-variabel tersebut sebesar 1 persen akan direspon dengan perubahan luas areal kurang dari 1 persen. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Mardianto (2013) yang menggunakan variabel penjelas harga padi, harga urea, luas irigasi, harga jagung dan tenaga kerja tanaman pangan dan penelitian Mulyana (1998) dengan variabel penjelas rasio harga gabah dan harga pupuk, harga jagung, areal irigasi, konversi lahan, curah hujan dan produktivitas padi.

Harga pupuk urea berpengaruh negatif tetapi tidak nyata terhadap luas areal panen padi, responnya inelastis baik jangka pendek (-0.02) maupun jangka panjang (- 0.04). Meningkatnya harga pupuk sebesar 1 persen hanya akan direspon oleh berkurangnya luas areal sebesar 0.02 persen dalam jangka pendek dan 0.04 persen dalam jangka panjang. Hasil ini hampir persis dengan penelitian Mardianto (2013) dengan angka elastisitas masing-masing sebesar 0.014 dan 0.047. Jika melihat angka elastisitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengurangan subsidi pupuk hanya akan menurunkan sedikit luas areal panen padi. Variabel luas areal irigasi mempunyai respon elastisitas yang tertinggi yakni 0.23 dalam jangka pendek dan 0.37 dalam jangka

panjang. Besaran yang hampir sama juga ditunjukkan oleh variabel trend yang menggambarkan variabel-variabel lain terkait perkembangan dan penerapan teknologi.

Impor Beras

Tabel 13 menunjukkan variabel impor beras dipengaruhi oleh perubahan harga impornya secara nyata dan responnya elastis dengan nilai -1.75 dalam jangka pendek dan -3.97 dalam jangka panjang. Artinya kenaikan harga impor beras sebesar 1 persen akan menurunkan impor beras 1.75 persen dalam jangka pendek dan 3.97 persen dalam jangka waktu yang lebih panjang. Pengaruh negatif harga impor juga ditunjukkan oleh penelitian Hanjani et al. (2013) dengan parameter yang lebih kecil. Temuan ini menunjukkan pengenaan tarif yang lebih tinggi terhadap beras impor akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada beras impor sehingga dapat menjadi insentif bagi produsen padi domestik untuk berproduksi sehingga menggeser penawaran padi di dalam negeri.

Impor beras sangat responsif terhadap harga beras domestik dengan hubungan yang positif dan nyata secara statistik pada taraf 1 persen. Angka elastisitas variabel ini pada persamaan impor sebesar 6.88 dalam jangka pendek dan 15.65 dalam jangka panjang. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan harga beras domestik sebesar 1 persen akan menaikan impor beras sebesar 6.88 persen dalam jangka pendek dan 15.65 persen dalam jangka panjang. Ini dapat menjadi alasan bagi pemerintah mengapa pemerintah selama ini begitu intens memberikan subsidi dan berbagai kebijakan lain untuk menjaga harga beras tetap murah karena meningkatnya harga beras domestik akan membuat impor beras Indonesia meningkat jauh lebih besar atau kemandirian pangan beras menjadi turun.

Variabel nilai tukar rupiah dua tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap impor beras tetapi tidak berpengaruh nyata secara statistik. Variabel lag impor beras berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah impor beras membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyesusaikan diri dengan perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi di Indonesia dan dunia.

Tabel 13 Hasil pendugaan parameter persamaan impor beras

Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 294.8581 0.5941

DHMBRR -0.38258 -0.0099 -0.0225 0.0039 Delta harga impor beras

HMBRR -1.7475 -3.9744

DHBRR 1.196051 0.2282 0.5189 0.0002 Delta harga beras

HBRR 6.8792 15.6455

L2NTRPR -0.00661 -0.0981 -0.2232 0.8659 Lag 2 nilai tukar rupiah LIMBR 0.56031 0.0002 Lag impor beras

R-sq 0.60925 F-hit 10.52

Konsumsi Beras Rumahtangga

Perilaku konsumsi beras rumahtangga diestimasi dengan cukup baik yang ditunjukkan oleh nilai R2 sebesar 0.798 yang berarti variabel penjelasnya mampu menjelaskan variasi konsumsi sebesar 79.8 persen sedangkan sisanya sekitar 20 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain (Tabel 14). Permintaan beras untuk konsumsi rumahtangga dipengaruhi secara nyata oleh harga beras, rasio harga ubi kayu dengan harga beras, dan pendapatan per kapita. Pengaruh positif ditunjukkan oleh variabel lag harga jagung, lag harga terigu, rasio harga ubi kayu dan pendapatan per kapita. Pengaruh positif lag harga konsumen jagung, harga konsumen ubi kayu dan harga konsumen terigu pada persamaan konsumsi beras menunjukkan hubungan substitusi antara beras dengan jagung, ubi kayu dan terigu meskipun respon dari keduanya inelastis. Hubungan substitusi antara beras dan jagung tetapi dengan respon inelastis juga ditunjukkan oleh penelitian-penelitian lain seperti Mulyana (1998); Mardianto (2013); dan Hanjani et al. (2013).

Dugaan bahwa harga beras sebagai faktor utama yang menyebabkan sulitnya pencapaian diversifikasi pangan pokok dapat diidentifikasi dalam penelitian ini. Variabel harga beras berhubungan negatif dengan jumlah konsumsi beras rumahtangga dengan respon elastisitas yang paling tinggi. Kenaikan harga beras sebesar 1 persen di respon dengan penurunan konsumsi beras rumahtangga sebesar 0.44 persen, atau dapat juga dikatakan bahwa perubahan harga beras hanya memberikan dampak yang kecil terhadap permintaan beras itu sendiri. Temuan ini menunjukkan peran beras yang sulit digantikan dengan pangan pokok lainnya dalam konsumsi harian penduduk.

Hubungan yang positif antara pendapatan per kapita dengan konsumsi beras rumahtangga membuktikan masih tingginya ketergantungan sebagian besar penduduk pada beras sehingga ketika pendapatannya meningkat maka permintaan akan beras juga masih naik. Sejalan dengan itu pengaruh nyata variabel trend dalam persamaan konsumsi beras menunjukkan konsumsi beras masih akan terus meningkat sehingga diversifikasi konsumsi pangan pokok masih sulit untuk dicapai.

Tabel 14 Hasil pendugaan parameter persamaan konsumsi beras rumahtangga

Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 15976.06 <.0001 HBRR -1.65008 -0.4387 - <.0001 Harga beras LHKJGR 0.613737 0.0915 - 0.1929 Lag harga jagung LHKTRGR 0.184943 0.0517 - 0.3798 Lag harga terigu

RATHKUKR 1681.671 0.2095 - 0.0012 Rasio harga ubi kayu dengan beras

HKUKR 0.0323 - Harga konsumen ubi kayu

PNPR 0.204043 0.1293 - 0.0882 Pendapatan nasional per kapita

Trend 130.2387 - - 0.0464 Trend

R-sq 0.79801 F-hit 16.46

Harga Padi

Harga padi dipengaruhi secara positif oleh harga beras, perubahan harga pembelian pemerintah, variabel trend dan lag harga padi, sedangkan produksi padi berpengaruh negatif terhadap harga padi (Tabel 15). Diantara variabel-variabel pembentuknya hanya variabel harga beras yang berpengaruh nyata. Harga padi paling elastis terhadap perubahan harga beras yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang paling tinggi diantara variabel lain. Kenaikan harga beras sebesar 1 persen akan di respon oleh meningkatnya harga padi sebesar 0.65 persen dalam jangka pendek dan 0.66 dalam jangka panjang.

Tabel 15 Hasil pendugaan parameter persamaan harga padi Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 974.0216 0.0004 HBRR 0.319142 0.6449 0.6589 <.0001 Harga beras PPD -0.00565 -0.1063 -0.1086 0.5336 Produksi padi

DHPPR 0.099268 0.0019 0.0019 0.2719 Delta harga pembelian pemerintah

Trend 7.478562 0.404 Trend

LHPDR 0.021316 0.8636 Lag harga padi

R-sq 0.9670 F-hit 152.38

Adj R-Sq 0.9607 D-W 1.2330

Variabel HPP ternyata tidak berpengaruh secara statistik terhadap harga padi. Nilai elastisitas variabel ini sama baik jangka pendek maupun jangka panjang yaitu sebesar 0.0019. Angka ini mengindikasikan ketidakefektifan HPP dalam mempengaruhi harga padi atau harga padi tidak responsif terhadap perubahan HPP karena meningkatnya HPP sebesar 1 persen hanya akan direspon oleh meningkatnya harga padi sebesar 0.0019 persen (sangat tidak elastis). Temuan ini mendukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai ketidakefektifan kebijakan HPP seperti penelitian Kariyasa (2007).

Harga Beras

Semua variabel penjelas dalam persamaan struktural harga beras berpengaruh nyata secara statistik seperti disajikan dalam Tabel 16. Pengaruh positif ditunjukkan oleh variabel harga impor beras, konsumsi beras total, variabel trend, dan lag harga beras sedangkan pengaruh negatif ditunjukkan oleh variabel lag penawaran beras. Harga impor beras berpengaruh positif dan nyata terhadap harga beras domestik meskipun responnya inelastis dalam jangka pendek tetapi cukup elastis dalam jangka panjang. Angka elastisitas jangka panjang sebesar 1.26 menunjukkan bahwa dalam jangka panjang meningkatnya harga impor beras sebesar 1 persen akan direspon dengan meningkatnya harga beras sebesar 1.26 persen.

Pengaruh positif dan nyata lainnya ditunjukkan oleh variabel konsumsi beras total dengan respon yang hampir unitery elastis dalam jangka pendek (0.996) dan sangat elastis dalam jangka panjang (7.52). Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan

permintaan beras oleh rumahtangga maupun industri sebesar 1 persen akan meningkatkan harga beras sebesar hampir 1 persen juga dalam jangka pendek dan 7.52 persen dalam jangka panjang. Temuan ini semakin menunjukkan bahwa permintaan beras di Indonesia masih menjadi faktor penting dalam mempengaruhi harga beras atau dapat pula dikatakan bahwa kemampuan mendiversifikasi pangan pokok akan dapat menahan laju kenaikan harga beras di pasar.

Pengaruh negatif terhadap harga beras ditunjukkan oleh variabel lag penawaran beras domestik. Penawaran beras berpengaruh nyata dan negatif dengan nilai elastisitas sebesar -1.13 dalam jangka pendek dan -8.55 dalam jangka panjang. Artinya meningkatnya penawaran beras domestik sebesar 1 persen akan menurunkan harga beras di dalam negeri sebesar 1.13 persen dalam jangka pendek dan 8.55 persen dalam jangka panjang. Pengaruh nyata variabel lag harga beras mengindikasikan ketika terjadi perubahan kondisi ekonomi dan sosial dibutuhkan waktu yang relatif lambat bagi harga beras untuk kembali pada tingkat keseimbangannya atau dengan kata lain harga beras domestik relatif tidak stabil. Temuan ini juga mendukung temuan sebelumnya dimana penawaran beras lebih elastis dari permintaan beras sehingga ketika terjadi perubahan keseimbangan baru tidak memusat pada satu titik tetapi akan menyebar.

Tabel 16 Hasil pendugaan parameter persamaan harga beras domestik Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept -636.394 0.3818

HMBRR 0.21266 0.1664 1.2564 0.0057 Harga impor beras LSPBR -0.18457 -1.1321 -8.5480 0.0015 Lag penawaran beras KBRTOT 0.180552 0.9958 7.5194 0.0021 Konsumsi beras total

Trend 48.92731 0.0664 Trend

LHBRR 0.867563 <.0001 Lag harga beras

R-sq 0.9598 F-hit 124.09

Adj R-Sq 0.9521 D-W 1.6670

Harga Impor Beras

Hasil pendugaan terhadap persamaan struktural harga impor beras pada Tabel 17 menunjukkan bahwa semua variabel penjelas berpengaruh positif kecuali variabel trend harga impor. Diantara variabel penjelasnya hanya variabel tarif impor dan lag impor beras yang berpengaruh tidak nyata secara statistik. Harga beras dunia berpengaruh positif dan nyata terhadap harga beras domestik dengan elastisitas jangka panjang sebesar 1.02 persen dan menjadi variabel penjelas yang paling berpengaruh. Angka elastisitas jangka panjang sebesar 1.02 menunjukkan bahwa dalam jangka panjang meningkatnya harga beras dunia sebesar 1 persen akan direspon dengan meningkatnya harga impor beras sebesar 1.02 persen. Temuan ini sedikit berbeda dengan temuan Mulyana (1998) dimana respon harga beras dunia pada periode penelitiannya masih inelastis dengan angka 0.973 dalam jangka panjang.

Perubahan besaran tarif impor beras ternyata direspon tidak elastis oleh harga impor beras. Angka elastisitas variabel ini hanya sebesar 0.03 baik jangka pendek maupun jangka panjang. Harga impor beras menunjukkan trend yang terus turun dengan rata-rata sebesar 80 rupiah per tahunnya.

Tabel 17 Hasil pendugaan parameter persamaan harga impor beras Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 1897.235 0.0045

HBRWR 1.51693 0.8353 1.0190 <.0001 Harga beras dunia TRFBR 1.207786 0.0305 0.0372 0.1493 Tarif beras LIMBR 0.105787 0.0231 0.0282 0.4476 Lag impor beras

Trend -79.5379 0.0022 Trend

LHMBRR 0.180263 0.2151 Lag harga impor beras

R-sq 0.6342 F-hit 9.02

Adj R-Sq 0.5639 D-W 2.1795

Kinerja ekonomi Jagung

Selain beras, pangan pokok yang juga jadi makanan utama bagi penduduk Indonesia adalah jagung. Bukti historis bahwa jagung pernah menjadi makanan utama di beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa jagung merupakan pangan substitusi dari beras. Terdapat enam persamaan struktural terkait dengan pangan pokok jagung yaitu luas areal panen jagung, impor, konsumsi, harga produsen, harga konsumen dan harga impor. Berikut akan dibahas nilai pendugaan dari masing-masing persamaan strukturalnya.

Luas Areal Panen Jagung

Luas areal panen jagung dipengaruhi secara positif oleh variabel harga produsen dan curah hujan tetapi tidak nyata secara statistik (Tabel 18). Pengaruh positif dan nyata diberikan hanya oleh variabel trend. Luas areal panen jagung mempunyai respon yang inelastis terhadap perubahan semua variabel penjelas dalam persamaan. Angka elastisitas tertinggi sebesar 0.25 ditunjukkan oleh variabel harga produsen jagung. Meningkatnya harga produsen jagung sebesar 1 pesen akan direspon oleh naiknya luas areal sebesar 0.25 persen.

Tabel 18 Hasil pendugaan parameter persamaan luas areal panen jagung Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 2008.567 0.0001

HPJGR 0.390567 0.25047 0.226 Harga produsen jagung LHPDR -0.23507 -0.184 0.3693 Lag harga padi

HPUKR -0.23835 -0.0733 0.3507 Harga produsen ubi kayu HPUR -0.1529 -0.0828 0.3502 Harga pupuk

CH 0.151892 0.09469 0.2806 Curah hujan

Trend 48.71249 0.0016 Trend

R-sq 0.6774 F-hit 8.75

Angka negatif pada parameter estimasi harga padi dan harga produsen ubi kayu menunjukkan hubungan kompetisi padi dan ubi kayu dengan jagung, sedangkan angka elastisitasnya menunjukkan kemampuan jagung untuk menggantikan produksi padi dan ubi kayu. Turunnya harga produsen padi sebesar 1 persen hanya akan direspon oleh naiknya produksi jagung sebesar 0.18 persen saja dan turunnya harga produsen ubi kayu hanya akan direspon oleh naiknya produksi jagung sebesar 0.07 persen.

Meskipun pengaruhnya tidak nyata secara statistik harga pupuk dan curah hujan juga ternyata mempengaruhi luas areal panen jagung tetapi dengan arah yang berlawanan. Selain padi, jagung juga merupakan komoditas pangan yang memerlukan pupuk dalam jumlah yang cukup. Naiknya harga pupuk sebesar 1 persen akan direspon dengan turunnya luas areal panen jagung sebesar 0.08 persen. Pengaruh nyata variabel trend menunjukkan bahwa luas areal panen jagung mempunyai kecenderungan meningkat sebesar 48 713 ton setiap tahunnya. Temuan ini dapat menjadi sinyal bahwa diversifikasi produksi masih mungkin untuk diwujudkan.

Impor Jagung

Tabel 19 menunjukkan bahwa besaran impor jagung sangat dipengaruhi secara nyata oleh harga impor jagung tahun sebelumnya, harga konsumen jagung tahun sebelumnya, pendapatan per kapita dan indeks kemandirian pangan jagung. Diantara variabel yang berpengaruh nyata tersebut, angka elastisitas variabel indeks kemandirian jagung adalah yang tertinggi yaitu 8.24 yang menandakan bahwa impor jagung sangat responsif terhadap besaran indeks kemandirian jagung. Meningkatnya indeks kemandirian jagung sebesar 1 persen saja akan menurunkan jumlah impor jagung sebesar 8.24 persen. Semakin mampu produksi jagung domestik untuk memenuhi konsumsi jagung domestik maka impor jagung akan semakin berkurang.

Variabel lainnya yang direspon secara elastis oleh variabel impor jagung adalah variabel harga impor jagung tahun sebelumnya, harga konsumen jagung tahun sebelumnya dan pendapatan per kapita. Meningkatnya harga impor jagung tahun sebelumnya sebesar 1 persen akan menurunkan besaran impor jagung sebesar 1.32 persen, sedangkan meningkatnya harga konsumen jagung tahun sebelumnya akan meningkatnykan impor jagung sebesar 1.08 persen. Pengaruh nyata variabel lag harga impor jagung dan lag harga konsumen jagung menunjukkan perubahan impor jagung memerlukan waktu paling tidak satu tahun untuk menyesuaikan terhadap perubahan kedua faktor tersebut.

Tabel 19 Hasil pendugaan parameter persamaan impor jagung Variabel Parameter Elastisitas Pr > |t| Keterangan Jangka pendek Jangka panjang Intercept 6646.647 <.0001

LHMJGR -0.4894 -1.3152 0.0008 Lag harga impor jagung LHKJGR 0.291602 1.0763 0.0896 Lag harga konsumen jagung PNPR 0.11972 1.8777 <.0001 Pendapatan nasional per kapita NTRPR -0.02671 -0.4407 0.1208 Nilai tukar rupiah

IMPJG -5483.34 -8.2439 <.0001 Indek kemandirian jagung

R-sq 0.8765 F-hit 36.91

Temuan menarik dari persamaan impor jagung adalah hubungan yang positif dan nyata secara statistik antara pendapatan per kapita penduduk dengan permintaan impor jagung. Meningkatnya pendapatan per kapita penduduk sebesar 1 persen akan meningkatkan permintaan jagung sebesar 1.88 persen. Ini menjadi sinyal negatif bagi produsen jagung domestik terkait daya saing dan kualitas jagung yang mereka produksi. Semakin makmur suatu masyarakat maka permintaan akan pangan berkualitas semakin tinggi.

Variabel Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif tetapi tidak nyata secara statistik dengan respon perubahan nilai tukar terhadap impor inelastis. Perubahan nilai tukar rupiah sebesar 1 persen hanya direspon oleh menurunnya impor jagung sebesar 0.44 persen dalam jangka pendek. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Pangestika (2015) dimana dalam penelitiannya menemukan hubungan yang positif anatara nilai tukar dengan impor jagung karena satuan nilai tukarnya dalam unit US $ .

Konsumsi Jagung Rumah Tangga

Perilaku konsumsi jagung penduduk Indonesia telah diestimasi dengan baik dan hasilnya disajikan dalam Tabel 20. Nilai R2 persamaan konsumsi jagung sebesar 0.9028 menunjukkan 90 persen variasi perilaku konsumsi jagung Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya sedangkan sisanya sebesar 10 persen dijelaskan oleh variabel lain. Konsumsi jagung rumahtangga dipengaruhi secara positif oleh harga beras, lag

Dokumen terkait