• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan perencanaan merupakan kawasan tepi sungai yang menjadi kawasan strategis pengembangan wisata sebagaimana yang dirancang oleh Pemerintah Kota Palembang melalui Rancangan Tata Ruang dan Wilayah tahun 2012-2032. Menurut RTRW tersebut, kawasan tepian sungai memiliki potensi pengembangan sebagai tempat penyelenggaraam event-event nasional hingga olahraga. Pengembangan kawasan ini tentunya diharapkan tetap menjaga nilai sejarah dan budaya yang ada sebab hampir semua peninggalan bersejarah Kota Palembang terletak di tepian Sungai Musi. Usulan penataan yang diharapkan ialah berupa node-node kegiatan pada lokasi strategis, pembentukan poros jalan yang mengarah ke sungai, pengembangan ‘promenade’ berupa jalur pedestrian di sepanjang tepian sungai, dan pengembangan ruang terbuka di sepanjang tepian sungai.

Kondisi Fisik

a. Lokasi, Luas, dan Batas Tapak

Tapak berada di tepian sungai musi dengan lebar antara 100-200 meter dari tepi sungai. Tapak yang berada tepat di tepi sungai membuatnya dapat terlihat langsung jika kita berada di atas badan sungai. Pengguna angkutan air dapat melihat keadaan tapak dan menyaksikan aktivitas didalamnya. Tapak ini juga dapat dijadikan penunjang wisata ketika wisatawan hanya melintas dengan perahu di perairan musi, karena lokasi berada di objek wisata utama yang ada di Palembang yaitu Jembatan Ampera dan Pulau Kemarau. Lokasi yang berada diantara dua objek wisata ini dapat menjadi potensi wisata untuk diperkenalkan.

Seacara umum tapak dapat dibedakan dalam dua tipologi yaitu tapak yang memiliki sempadan dan yang tidak memiliki sempadan (Gambar 16 dan 17). Sebagain besar tapak merupakan tipe yang tidak memiliki sempadan, keadaan ini tentunya akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat. Rumah-rumah panggung yang berdiri diatas badan air harus mampu diakomodasi dengan tetap memperhatikan keamanan dan kondisi ekologis kawasan.

Potensi fisik berupa arsitektural bangunan rumah tinggal khas Palembang dapat menjadi objek wisata di tapak perencanaan. Keaslian arsitektural bahkan keragaman tipologi permukiman yang dimanfaatkan masyarakat dalam mewadahi aktivitasnya masih dapat dijumpai disini. Keberadaan rumah-rumah tua bernilai sejarah tinggi merupakan potensi besar yang sekaligus memiliki kendala karena bebarapa rumah ini sudah mulai rusak dan tidak terawat karena kurangnya pengetahuan pentingnya nilai kesejarahan oleh penghuninya sendiri. Selain itu, kendala yang ada pada sekitar kawasan permukiman ialah terdapatnya beberapa kawasan yang terkesan kumuh dan kotor. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi dapat menjadi salah satu faktor penyebab kondisi ini. Selain itu, tepat di tepi sungai juga masih banyak terdapat eceng gondok yang menumpuk dan semakin memberi kesan kumuh dan kotor tersebut.

Gambar 16 Tapak yang memiliki sempadan sungai

Gambar 17 Tapak yang tidak memiliki sempadan sungai

b. Aksesibilitas

Tapak yang dibatasi langsung oleh sungai dan darat menjadikannya dapat dikunjungi dengan dua akses yaitu jalur air dan jalur darat (Gambar 18). Kedua jalur ini masih sangat mungkin digunakan karena intensitas pemanfaatan saat inipun masih tinggi. Kemudahan akses ini merupakan potensi penting penunjang kegiatan wisata. Jalur air dengan menggunakan perahu memiliki fasilitas dermaga yang dapat digunakan dan berfungsi meskipun tidak semua memiliki kondisi yang baik. Dermaga utama dengan kondisi baik ialah seperti yang berada di depan Klenteng Chandra Nadi yang dibangun untuk penunjang fasilitas wisata. Sedangkan dermaga lain yang umumnya digunakan oleh masyarakat setempat untuk aktifitas rutin harian dalam kondisi kurang baik.

Jalur darat dapat dilalui melalui jalan arteri yang membatasi tapak di sisi selatan. Jalan ini merupakan jalan yang memiliki intensitas penggunaan yang cukup tinggi. Angkutan umum (angkot) juga melalui jalan ini. Didalam tapak sendiri tersedia jalan lokal yang biasa digunakan warga dengan kondisi cukup baik. Jalan lokal yang sebagian besar berupa jalan beton ini hanya dapat dilalui kendaraan pribadi seperti kendaraan roda dua, sedangkan kendaraan roda empat hanya dapat masuk dibebarapa titik lokasi saja.

Kondisi Biofisik a. Topografi

Tapak yang secara umum relatif datar merupakan potensi untuk pengembangan kawasan. Menurut Nurisjah (2004) umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga untuk peletakan sarana penunjangnya.

Ketinggian sekitar 1-3 meter diatas permukaan air sungai sedikit banyak akan dipengaruhi oleh pasang-surut air sungai, sehingga dalam kondisi pasang ada peluang terjadinya banjir. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan membuat dinding penahan di tepi sungai.

Kondisi topografi ini membuat perencanaan aliran air dari anak-anak sungai menjadi lebih terstruktur karena air akan mengikuti pola drainase yang dibuat dan hanya akan kembali melimpas ke sungai apabila air sungai surut. Keuntungan lain ialah adanya kemudahan pembangunan fasilitas pendukung di dalam tapak.

b. Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang menjadi persoalan utama pada tapak ialah tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang memiliki pertumbuhan relatif cepat. Selain menjadi bad view, keberadaan eceng gondok dalam jumlah besar ini pula akan berdampak pada penurunan kualitas air dan terganggunya habitat satwa air dibawahnya. Keberadaan eceng gondok menyebar hampir diseluruh tepian sungai dengan volume yang relatif besar. Selain eceng gondok, beberapa lokasi didarat masih dijumpai semak belukar yang mengganggu kualitas visual. Semak belukar ini umumnya berada pada lahan belum terfungsikan, sehingga belum ada upaya pengendalian dari masyarakat.

Pemilihan vegetasi untuk tapak yang berada di kawasan tepi sungai tentunya memiliki kriteria tersendiri. Vegetasi yang berbatasan langsung atau dekat dengan sungai akan memiliki perbedaan kriteria dengan vegetasi di kawasan yang lebih jauh dari sungai.

Keberadaan sungai tentunya akan memberi pengaruh besar terhadap satwa yang mendiami tapak baik satwa air maupun satwa darat. Satwa air seperti ikan seluang (Rasbora caudimaculata), ikan betok (Anabas testudineus), ikan gabus (Channa striata), ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis), dan ikan baung (Mystus nemurus) masih sangat akrab dijumpai dan ditangkap oleh warga untuk keperluan konsumsi pribadi maupun dijual kembali. Namun, polusi air di Sungai Musi yang menyebabkan penurunan kualitas airnya membuat semakin menurunnya jumlah tangkapan ikan.

c. Iklim

Sebagai kawasan tepi sungai, angin pada kawasan tepi sungai umumnya memiliki intensitas kecepatan lebih besar dibandingkan kawasan yang lebih jauh dari sungai. Selain itu berkurangnya angin di kawasan yang lebih jauh dari tepi sungai ialah karena permukiman yang cukup padat. Intensitas penyinaran juga lebih banyak karena sinar matahari langsung mengenai muka tanah tanpa penghalang yang menyebabkan cuaca terasa lebih panas. Panasnya cuaca terutama juga karena adanya penguapan dari air sungai.

Kondisi iklim sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna tapak. Penrhitungan untuk mengetahui tingkat kenyamaan secara kuantitatif yaitu dengan perhitungan Thermal Humidity Indeks (THI). Rumus perhitungannya ialah THI = 0,8T + (RH.T/500). T menunjukkan temperature (oC) dan RH adalah kelembaban nisbi udara (%). Tapak dikategorikan nyaman apabila nilai THI < 27. Berdasarkan data iklim tapak dengan asumsi mengikuti data iklim Kota Palembang, didapatkan hasil sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan diatas, secara umum menunjukkan tapak berada pada kondisi mendekati tidak nyaman. Maka untuk meningkatkan kenyamanan terutama ketika suhu tinggi pada siang hari, perlu adanya tata ruang kawasan sehingga adanya sirkulasi udara dan penyerapan cahaya yang baik. Selain itu juga dapat dilakukan perencanaan vegetasi yang mampu mengontrol radiasi matahari atau tanaman peneduh. Alternalitf lain juga dapat dilakukan dengan pemberian shelter-shelter pada ruang terbuka.

Sumber : Indrewari (2000)

Gambar 19 Ilustrasi modifikasi iklim menggunakan vegetasi

Kondisi Sosial Budaya a. Sosial Budaya Masyarakat

Keberagaman suku bangsa yang menghuni di kawasan perencanaan merupakan potensi wisata yang khas. Warga Arab, China, dan Melayu Palembang yang turun-temurun tinggal serta membentuk suatu permukiman etnis, hidup saling berdampingan dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang masih dipegang dan dijalankan. Kebudayaan asli suku bangsa masing-masing berasimilasi dengan kebudayaan lokal menghadirkan bentuk kebudayaan baru yang khas dan unik. Kearifan lokal pula tercermin dari bentuk fisik bangunan rumah tinggal baik berupa rumah apung (rumah rakit) maupun rumah darat berbentuk panggung yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tepi sungai yang sering terjadi pasang. Rumah-rumah panggung daratan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal rumah adat Palembang yang diberi nama Rumah Limas. Hal lain ialah aktivitas masyarakat seperti memancing di sungai, menangkap ikan, mengolah ikan hasil tangkapan, berperahu, kegiatan keagaman, hingga kegiatan pasar dapat menjadi potensi wisata budaya.

b. Pengunjung

Sebagai kawasan bernilai budaya serta didukung oleh lokasi yang strategis, tapak perencanaan merupakan kawasan yang dapat menarik wisatawan relatif mudah. Lokasi tapak yang berada di sisi barat sendiri saat ini sudah menjadi wilayah pengembangan wisata tepian sungai oleh pemerintah Kota Palembang. Hal ini terlihat dari mulai dilakukannya pembangunan sempadan tepi sungai serta dibuatnya dermaga utama di depan Klenteng Chandra Nadi. Selain pengunjung yang hendak beribadah di Klenteng tertua di Kota Palembang ini, kawasan ini juga ramai didatangi pengunjung wisata yang sebagian besar hendak berfoto atau sekedar bersantai di tepian sungai. Sedangkan untuk kawasan permukiman etnis di tapak tergolong sepi dari kegiatan wisata, hal ini karena tidak ter-expose-nya kawasan sebagai suatu potensi wisata bernilai budaya, serta tidak adanya akses yang jelas untuk menuju kawasan permukiman etnis tersebut.

Aspek Ketersediaan Objek Wisata

Tapak yang berada di tepi Sungai Musi menyimpan beragam potensi wisata fisik terutama yang berkaitan dengan hasil olah budaya dan kearifan lokal yang ada. Objek yang telah ada dan dikembangkan dalam rencana wisata tersebar di empat kawasan yaitu Kampung China 9-10 Ulu, Kampung Arab 9-10 Ulu, Kampung Arab Al-Munawar 13 Ulu, dan Kampung Arab Assegaf 16 Ulu. Lokasi ke empat kawasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 20 dan objek wisata yang ada pada masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 7. Selain ketiga objek tersebut, terdapat pula objek-objek wisata yang menyebar di tapak perencanaan, yaitu rumah rakit, rumah panggung tepi sungai, dan rumah panggung darat.

Gambar 20 Kawasan permukiman etnis. (a) Perkampungan China 9-10 Ulu (b) Perkampungan Arab 9-10 Ulu (c) Perkampungan Arab Al-munawar 13 Ulu (d) Perkampungan Arab Assegaf 16 Ulu

Tabel 7 Potensi objek wisata pada masing-masing kawasan

No Kawasan Objek Wisata

1 Perkampungan China 9-10 Ulu Rumah panggung darat (Rumah Limas) Rumah rakit

Masjid Al-Ghazali Klenteng Chandra Nadi

2 Perkampungan Arab 9-10 Ulu Rumah panggung darat (Rumah Limas tipe Rumah Laot)

3 Perkampungan Arab Al- Munawar 13 Ulu

Rumah panggung tepi sungai

Rumah panggung darat (8 tipe Rumah Limas yaitu Rumah Tinggi, Rumah Darat, Rumah Indis, Rumah Batu. Rumah kapiten Arab, Rumah Kembar Darat, rumah kembar Laut, dan Rumah Tengah)

4 Perkampungan Arab Assegaf Kawasan Pabrik es (arsitektural Belanda) Berikut merupakan tipe-tipe Rumah Limas yang berada pada kawasan permukiman etnis.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

Sumber : Ibnu IM (2010)

Gambar 21 Tipe-tipe rumah limas di kawasan permukiman etnis. (a) Rumah Batu (b) Rumah darat (c) Rumah Indies (d) Rumah kembar Darat (e) Rumah kembar Laut (f) Rumah Tinggi (g) Rumah kapiten Arab (h) Rumah Tengah (i) Rumah Laot

Penilaian Peluang Wisata Budaya

Aspek peluang wisata budaya dinilai berdasarkan kriteria Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) menurut Andalan (2001) dalam Putri (2013) dengan modifikasi sesuai kebutuhan perencanaan. Faktor penilai yang digunakan ialah menyangkut 6 aspek yaitu keaslian, keunikan dan kekhasan, keindahan visual, keragaman objek dan daya tarik wisata, kedekatan dengan pusat kota dan aksesibilitas, serta dampak terhadapa keekologisan kawasan.

Penilaian dilakukan pada 10 objek wisata utama yang terdapat pada tapak yaitu Klenteng Chandra Nadi, Masjid Al Ghazali, Kampung China 9-10 ulu, Kampung Arab 9-10 ulu, Kampung Arab Al-Munawar 13 ulu, rumah rakit, rumah panggung tepian sungai, rumah panggung darat, Pabrik es PT Alwi Assegaf 16 ulu, dan permukiman penduduk (rumah batu). Penilaian objek dan daya tarik wisata ini disajikan pada Tabel 9.

Setelah dilakukan penlaian pada masing-masing kriteria, total nilai yang di dapat menjadi klasifikasi kekuatan objek dengan perhitungan selang

Sehingga didapat klasifikasi zona :

Potensial untuk pengembangan wisata : 6 < x < 12

Cukup potensial untuk pengembangan wisata : 12 < x < 18 Tidak potensial untuk pengembangan wisata : 18 < x < 24

Tabel 8 Analisis dan solusi aspek-aspek perencanaan

No Data Analisis Solusi

Potensi Kendala

1 Fisik

a. Lokasi  Tapak berada di lokasi

yang strategis, karena dekat dengan Pusat kota.

 Kawasan tepi sungai

 Keberadaan permukiman khas Palembang belum banyak diketahui  Merupakan area pasang

surut sungai

 Perencanaan kawasan dengan pemanfaatan potensi wisata budaya dan arsitektural bangunan khas

 Perlu perencanaan drainase untuk menghindari banjir

b. Tata Guna Lahan  Adanya

perkampunganArab, China, dan Melayu  Potensi wisata

arsitektural rumah Khas Palembang

 Tidak adanya petunjuk khusus area-area permukiman khas  Masih banyaknya rumah-rumah yang tidak terawat

 Memberi petunjuk khusus seperti signage kawasan- kawasan bernilai budaya tinggi  Perlunya perhatian khusus dari

masyarakat akan pentingnya permukiman mereka

c. Aksesibilitas  Dapat dilalui dengan

dua jalur yaitu jalur sungai dan jalur darat

 Masih kurangnya dermaga untuk menuju tapak melalui jalur sungai dan masih terdapat beberapa titik jalan yang rusak

 Membuat area masuk utama sebagai penanda lokasi-lokasi wisata budaya

2 Biofisik

a. Topografi  Tapak tergolong datar

dengan kemiringan 0- 2%

 Sangat terpengaruh pasang surut sungai

 Perencanaan sirkulasi tapak dengan memperhatikan alur drainase dan limpasan air pasang sungai

Tabel 8 Analisis dan solusi aspek-aspek perencanaan (lanjutan)

No Data Analisis Solusi

Potensi Kendala

b. Vegetasi dan satwa  Satwa yang tergolong unik yaitu ikan khas perairan musi

 Vegetasi eceng gondok yang sulit terkendali

 Pembersihan berkala

keberadaan eceng gondok agar menjamin keberadaan ikan endemic sungai musi

c. Iklim  Tapak berada pada

kondisi mendekati tidak nyaman

 Pada saat matahari terik, tapak tergolong panas

 Perlu adanya modifikasi iklim untuk meningatkan

kenyamanan dengan

menambah vegetasi dan shelter peneduh.

3 Sosial Budaya

a. Sosial Budaya Masyarakat  Kehidupan dari 3 suku bangsa yang

membentuk

perkampungan khas etnis masing-masing  Aktivitas harian warga

yang masih

berorientasi pada sugai

 Kurang terexposenya keberadaan

perkampungan khas etnis-etnis tersebut dan perawatan yang minim  Kebiasaan masyarakat

yang belum

sepenuhnya mencintai lingkungan

 Peningkatan perawataan untuk kepentingan pelestarian kawasan perkampungan- perkampungan khas masyarakat.

 Perencanaan kawasan yang dapat mengubah perilaku buruk masyarakat seperti membuang sampah di sungai b. Potensi Pengunjung  Wisatawan kota

Palembang yang terus meningkat tiap

tahunnya

 Sebagian besar wisatawan belum mengtahui keberadaan perkampungan khas ini

 Perencanaan kawasan untuk mempermudah akses

wisatawan

Tabel 9 Penilaian objek dan daya tarik wisata

No Lokasi Faktor Penilai Jumlah Status

a b c d e f 1 Klenteng Chandra Nadi 4 2 4 1 4 4 19 SP 2 Masjid Al Ghazali 4 2 4 1 4 4 19 SP 3 Kampung China 9-10 Ulu 4 4 4 4 4 4 24 SP 4 Kampung Arab 9-10 Ulu 4 4 4 4 4 4 24 SP 5 Kampung Arab Al-Munawar 13 Ulu 4 4 4 4 4 4 24 SP 6 Rumah rakit 4 2 4 2 4 3 19 SP 7 Rumah panggung tepian sungai 4 2 3 4 4 3 20 SP 8 Rumah panggung darat 4 1 2 2 4 3 16 CP 9 Pabrik es Alwi Assegaf 4 4 4 1 2 4 19 SP 10 Permukiman (dominansi rumah beton) 1 1 1 1 3 4 11 TP

Keterangan : (a) Keaslian (b) Keunikan dan kekhasan (c) Keindahan dan kenyamanan (d) Keragaman ODTW (e) Kedekatan dengan pusat kota dan aksesibilitas (f) Dampak ekologis

Status : TP (Tidak Potensial)=Jumlah bobot 6-12, CP (Cukup Potensial)=Jumlah bobot 13-18, SP (Sangat Potensial)=jumlah bobot 19-24

Tapak perencanaan kemudian di zonasikan berdasarkan analisis kesesuaian untuk area wisata, yang memperhatikan 3 bobot kesesuaian yaitu kawasan konservasi, resiko pasang, dan objek dan daya tarik wisata. Zonasi dibagi dalam 3 yaitu Sesuai, Cukup Sesuai, dan Tidak Sesuai berdasarkan kriteria kesesuaian untuk pengembangan wisata. Kriteria zonasi dapat dilihat pada Tabel 10 sedangkan peta tematik zonasi kawasan dapat dilihat pada Gambar 22.

Tabel 10 Kriteria kesesuaian lahan untuk wisata

No Kriteria Zona

Kesesuaian

Keterangan Nilai

1 Area Konservasi

Sesuai Bukan merupakan area

rawa

3

Cukup Sesuai Kawasan sempadan

sungai sesusai Perda (3- 15 m dari sungai)

2

Tidak Sesuai Merupakan area rawa 1

2 Resiko Pasang Sesuai Tidak pernah terjadi

banjir

3

Cukup Sesuai Sekali dalam setahun 2

Tidak Sesuai Lebih dari sekali dalam setahun

1 3 Objek dan daya

tarik wisata

Sesuai Kriteria Potensial dalam penilaian ODTW

3 Cukup Sesuai Kriteria Cukup Potensial

dalam penilaian ODTW

2 Tidak Sesuai Kriteria Tidak Potensial

dalam penilaian ODTW

1

Setelah melakukan zonasi kawasan, maka peta analisis ini di overlay untuk mendapatkan Peta Komposit (Gambar 23). Peta komposit ini dibagi tiga klasifikasi yaitu sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk pengembangan area wisata. Berikut adalah perhitungan mencari selang untuk pembagian klasifikasi :

Klasifikasi zona :

Tidak sesuai untuk pengembangan wisata : 3 < x < 5 Cukup sesua untuk pengembangan wisata : 5 < x < 7 Sesuai untuk pengembangan wisata : 7 < x < 9

Pada hasil Peta komposit, diperoleh area yang sesuai seluas 49,5 Ha, cukup sesuai seluas 51,2 Ha, dan tidak sesuai seluas 9,78 Ha. Hal ini menunjukkan lebih darim 90% tapak dapat dikembangkan sebagai area wisata dengan perhatian khusus pada faktor-faktor ekologis dan konservasi budaya.

Gambar 23 Peta komposit

KONSEP PERENCANAAN

Dokumen terkait