• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas

Rencana ruang terbagi atas tiga, yaitu ruang inti, ruang penunjang, dan ruang konservasi. Pada tiap ruang ini terdapat berbagai aktivitas dan penyediaan fasilitas penunjang kegiatan wisata. Komposisi ruang, aktivitas, dan fasilitas yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel 11 dan gambar referensi aktivitas wisata dapat dilihat pada Gambar 28.

a. Ruang inti

Ruang inti merupakan ruang ketika kegiatan wisata berlangsung aktif dengan objek dan daya tarik wisata terpusat pada ruang ini. Aktivitas budaya juga dominan dapat ditemui di ruang inti ini. Ruang inti menempati 22,1 % dari luas

tapak perencanaan. Pada ruang inti ini, dibagi kedalam dua sub ruang yaitu ruang wisata tepi sungai dan sub ruang wisata budaya. Perbedaan utama dari kedua sub rung ini ialah atraksi wisata yang di hadirkan.

- Sub ruang wisata tepi sungai, merupakan ruang yang berada tepat di tepian Sungai Musi dengan potensi utama wisata berupa Sungai Musi dan aktivitasnya, rumah rakit, dan rumah panggung tepi sungai. Aktivitas yang dikembangkan ialah berjalan-jalan, bersepeda, melihat pemandangan, memancing, menikmati kuliner, naik becak, dan berperahu. Aktivitas wisata akan didukung oleh ketersediaan fasilitas, diantaranya dermaga, dek pemancingan, kantin terapung, plaza terapung, papan informasi, dan papan interpretasi.

- Sub ruang wisata budaya, merupakan ruang yang berada setelah batas sempadan sungai. Potensi wisata yang ditonjolkan ialah keberadaan rumah panggung darat (rumah limas) dan permukiman khas China dan Arab. Aktivitas utama yang dikembangkan ialah berjalan-jalan, belajar budaya dan sejarah setempat, melihat dan mengikuti kegiatan warga seperti menyiangi ikan, berperahu di anak sungai, hingga aktivitas peribadatan di perkampungan China dan Arab. Fasilitas yang disediakan diantaranya dek, perahu, dan papan informasi.

b. Ruang penunjang

Ruang penunjang tidak akan memberikan pengalaman wisata aktif seperti di ruang inti, namun ruang ini dikembangkan guna mendukung kegiatan wisata di ruang inti. Ruang yang menempati 69,1% dari luas tapak perencanaan ini dibagi menjadi dua sub ruang yaitu sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan.

- Sub ruang penerimaan merupakan ruang yang didatangi pengunjung pertama kali ketika masuk ke kawasan wisata. Terdapat dua ruang penerimaan utama, yaitu di sisi barat dan timur tapak. Meskipun terdapat ruang penerimaan utama ini, pengunjung juga dapat masuk kedalam tapak melalui jalan eksisting pada tapak. Namun, penyediaan ruang penerimaan utama ini akan memberikan kenyamanan dan kebutuhan fasilitas bagi pengunjung yang tidak didapatkan di akses masuk lain. Fasilitas yang disediakan pada ruang penerimaan ialah papan informasi, area parkir kendaraan, dan penyewaan sepeda. Sedangkan aktivitas yang dilakukan ialah masuk ke kawasan wisata dan mendapatkan informasi awal mengenai kawasan wisata.

- Sub ruang pelayanan dikembangkan untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan menjadi area wisata pasif seperti bersantai, melihat-lihat dan membeli souvenir. Fasilitas yang disediakan ialah toko souvenir, jajanan pasar, dan papan informasi.

c. Ruang konservasi

Ruang konservasi merupakan area rawa yang berperan dalam resapan air dan fungsi-fungsi ekologis lainnya. Area rawa yang dimaksud ini merupakan lahan basah yang telah ada sebelumnya. Pada kawasan ini tidak ada aktivitas dan fasilitas wisata yang dikembangkan, peruntukan lahan hanya untuk mengkonservasi kawasan rawa agar tidak hilang dan keseimbangan ekologis tetap terjaga.

Tabel 11 Jenis aktivitas dan fasilitas wisata riparian sungai

Ruang Sub ruang Aktivitas Fasilitas Luas

Ha %

Inti (21,1%)

Tepi sungai Berjalan, melihat-lihat, bersepeda, memancing, naiik becak, berperahu, menikmati kuliner Jalur pedestrian, dek pemancingan, plaza terapung, dermaga, kantin terapung, papan informasi, papan interpretasi 5,62 5,1 budaya Berjalan, melihat-lihat dan ikut beraktivitas bersama warga, belajar budaya, berperahu Dek, perahu, papan informasi, papan interpretasi 17,67 16,0 Penunjang (69,1%)

Penerimaan Masuk area wisata, parkir kendaraan, sewa sepeda Gerbang, papan informasi, area parkir, penyewaan sepeda, dermaga 0,82 0,7 Pelayanan Membeli souvenir, makan, istirahat, ibadah Toko souvenir, rumah makan, musholla, toilet, Papan informasi 75,56 68,4 Konservasi (9,8%) - - - 10,80 9,8

Keterangan : (1) Bersepeda, (2) Naik becak, (3) Edukasi rumah khas, (4) memancing, (5) berperahu, (6) pengelolaan ikan

Sumber : (1) thelariver.com, (2) dokumentasi pribadi, (3) antarafoto.com,

(4) tipspetani.blogspot.com, (5) English.sina.com, (6) lamppost.com

Gambar 28 Aktivitas wisata yang dikembangkan

1

1

3

4 5 6

Rencana Aksesibiltas dan Sirkulasi

Aksesibilitas masuk dan keluar tapak dapat melalui dua cara yaitu akses dari darat dan akses dari sungai. Akses dari darat dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki. Akses masuk dari darat dapat dilalui menyebar dari bagian barat dan selatan tapak, namun penyediaan ruang penerimaan utama dikembangkan dari dua posisi sebagaimana dijelaskan dalam rencana ruang. Sedangkan akses sungai dapat dilalui dengan perahu dengan akses masuk dan keluar tapak melalui dermaga perahu.

Rencana sirkulasi didalam tapak dikembangkan untuk memberi kemudahan pengunjung mendatangi kawasan wisata. Secara umum, sirkulasi didalam tapak merupakan sirkulasi eksisting, namun pengembangan dilakukan terutama di area wisata inti. Sirkulasi dibagi menjadi tiga yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier.

a. Sirkulasi primer

Sirkulasi primer merupakan jalan yang terbuat dari bahan beton atau aspal. Sirkulasi ini merupakan sirkulasi asli tapak serta penambahan dan pengembangan di tepi sungai. Sirkulasi primer tepi sungai memiliki pola lurus memanjang (stripe development) mengikuti jalur sungai dengan node atau simpul di pertemuan dengan jalan lain. Lebar jalan bervariasi sekitar 5-9 meter dan dapat dilalui oleh kendaraan becak hingga bermotor.

b. Sirkulasi sekunder

Sirkulasi sekunder merupakan jalan kayu berupa dek untuk pedestrian. Pola sirkulasi ini terdapat pada sebagian tepi Sungai Musi dan tepi anak sungai. Sirkulasi dengan lebar sekitar 1-2 meter ini merupakan jalan khusus pejalan kaki dan sepeda.

c. Sirkulasi tersier

Sirkulasi tersier merupakan sirkulasi perahu yang melintasi anak Sungai Musi. Sirkulasi ini dikembangkan pada anak sungai yaitu Sungai Aur. Sirkulasi dikembangkan untuk memberikan kesan dan pengalaman berwisata menggunakan perahu serta menyaksikan kebudayaan dan aktivitas masyarakat yang tinggal di tepi sungai.

Rencana vegetasi

Pengembangan vegetasi darat difokuksan pada pedestrian di tepi sungai yang menjadi area wisata tepian sungai. Vegetasi ini berfungsi sebagai peneduh, penahan angin, dan keindahan visual. Vegetasi yang dipilih ialah seperti pohon tanjung dan pohon glodokan bulat.

Vegetasi riparian mengutamakan vegetasi endemik pada tapak. Keberadaan vegetasi riparian berfungsi untuk menahan erosi serta mempertahankan kualitas alami kawasan. Vegetasi riparian yang dikembangkan ialah tanaman bambu. Tanaman bambu diharapkan dapat menjaga kestabilan tanah terhadap erosi. Menurut Wijaya (2006), tanaman bambu memiliki akar tunjang dan akar serabut yang menutupi tanah dan terikat dengannya, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi di pinggiran sungai. Selain itu juga vegetasi rawa dipertahankan melalui pemberian ruang khusus konservasi rawa.

Rencana Permukiman

Permukiman tepi sungai yang dikembangkan sebagai objek wisata dengan penataan untuk menjadikan permukiman berorientasi fisik pada badan sungai (waterfront). Rumah-rumah yang membelakangi sungai, diubah orientasinya sehingga menghadap sungai. Setidaknya terdapat 3000 m2 kawasan permukiman tepi sungai yang dikelola untuk menciptakan konsep waterfront tersebut.

Rencana permukiman ini terkait dengan sistem sanitasi rumah tangga. Sistem sanitasi dikembangkan dengan sistem tangki septic (septictank) komunal. Tangki septik komunal dirancang agar sistem pengolahan air dapat dilakukan secara terpusat, sehingga kualitas effluent dari hasil pengolahannya aman bagi lingkungan (Sapei et al 2011).

Rencana Pengembangan Kawasan Wisata

Keberlanjutan kegiatan wisata didukung oleh program yang dikembangkan di masing-masing objek wisata utama. Pengembangan program ini berorientasi pada absolute value kawasan sehingga nilai-nilai (value) itu sendiri yang menjadi daya tarik kawasan sebagai objek wisata. Tabel 12 memperlihatkan program pengembangan pada kawasan wisata.

Tabel 12 Program pengembangan kawasan

No Objek Wisata Absolute Value Program

1 Kampung China 9- 10 ulu

 Kawasan cultural heritage

 Permukiman dengan rumah panggung khas Palembang (Rumah Limas)

 Penataan lanskap permukiman  Perbaikan rumah-rumah tinggal

khas Palembang

 Penataan ruang terbuka sebagai area penerimaan dan berkumpul 2 Klenteng Chandra

Nadi

 Klenteng tertua di Palembang  Orientasi bangunan lurus

kearah sungai

 Penataan kawasan sekitar klenteng

 Peningkatan expose bangunan dari arah sungai

3 Masjid Al-Ghazali  Orientasi bangunan ke arah sungai

 Lokasi berdampingan dengan klenteng

 Arsitektur bangunan khas

 Penataan kawasan sekitar masjid  Expose arsitektural masjid

kearah sungai

4 Permukiman panggung tepi sungai

 Bentuk kearifan lokal masyarakat

 Aktivitas rumah berkaitan langsung dengan sungai

 Penataan kawasan permukiman agar berorientasi pada sungai  Expose kegiatan berperahu,

memancing, dan mengelola ikan oleh masyarakat

 Pengelolaan sanitasi secara komunal

 Penataan sirkulasi agar saling terhubung dengan objek wisata lain

5 Kampung Arab 9- 10 ulu

 Kawasan cultural heritage

 Permukiman dengan rumah panggung khas Palembang (Rumah Limas)

 Penataan permukiman agar berorientasi sungai

 Perbaikan rumah-rumah tinggal khas Palembang

 Penataan ruang terbuka sebagai area berkumpul

Tabel 12 Program pengembangan kawasan (lanjutan)

No Objek Wisata Absolute Value Program

6 Kampung Arab Al- Munawar 13 Ulu

 Kawasan cultural heritage

 Terdapat 8 Tipe Rumah Limas

 Aktivitas keagamaan tergolong kuat dan aktif

Perbaikan Rumah-rumah Limas Menjadikan kawasan sebagai

pusat wisata budaya untuk mengenal beragam tipe Rumah Limas

Penataan kawasan untuk mengekspose keberadaan Rumah-rumah Limas 7 Rumah Rakit  Rumah apung cikal bakal

permukiman etnis

 Rumah khas sejak abad 17

Penambahan jumlah rumah rakit sebagai objek wisata

Peantaan dan pemberdayaan sebagai toko terapung 8 Pabrik Es PT Alwi

Assegaf

 Arsitektural belanda  Pabrik es balok sejak zaman

belanda

Penataan lanskap untuk mengekspoe arsitektural bangunan kearah sungai

Rencana Lanskap

Rencana lanskap merupakan hasil olah rencana ruang, rencana aktivitas dan fasilitas, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, dan rencana permukiman. Rancana lanskap kawasan wisata tepian Sungai Musi berbasis kebudayaan lokal ini dibagi dalam tiga ruang wisata yaitu ruang inti, ruang penunjang, dan ruang kosnervasi yang diketiganya dihubungkan melalui sirkulasi. Ketiga ruang ini juga memiliki fungsi dengan aktivitas dan fasilitasnya untuk kegiatan wisata. Rencana lanskap dapat dilhat pada Gambar 29.

Perbesaran rencana lanskap dilakukan pada tiga zona yang dapat menggambarkan suasana wisata. Gambar 30 menunjukkan detil rencana lanskap di sisi barat tapak yaitu welcome area, area parkir, Perkampung China 9-10 ulu, Klenteng Chandra Nadi, Masjid Al Ghazali, Perkampungan Arab Al-Munawar, dan wisata perahu di anak sungai. Dikawasan yang sebagian besar merupakan ruang inti ini merupakan kawasan dengan aktivitas wisata terpadat karena posisinya yang paling strategis dan dekat dengan ikon Kota Palembang yaitu Jembatan Ampera.

Gambar 31 merupakan detil kawasan dek pedestrian repi sungai, dek pemancingan, area pengelolaan ikan, dan plaza terapung. Gambar 32 menunjukkan perbesaran kawasan wisata Pabrik es di Kampung Arab Al-Assegaf serta dek pemancingan yang tersusun berjajar. Dek-dek pemancingan dihubungkan oleh dek pedestrian yang dibatasi oleh ruang konservasi.

Rencana Jalur Wisata

Rencana jalur wisata merupakan alur perjalanan yang ditempuh wisatawan di kawasan tepian Sungai Musi sisi Seberang Ulu Kota Palembang. Jalur wisata ini akan mengarahkan wisatawan untuk mengunjungi objek wisata berdasarkan tipe wisata yang disajikan. Jalur wisata tersebut dibagi dalam 5 jalur wisata yaitu jalur wisata untuk area perkampungan khas, jalur wisata untuk pemancingan, jalur wisata untuk kegiatan pengolahan ikan, jalur wisata untuk berperahu, dan jalur wisata untuk kegiatan berbelanja. Jalur wisata ini disajikan pada Gambar 33.

Rencana Daya Dukung Wisata

Daya dukung tapak bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak dan menjaga tapak agar tidak terjdi kerusakan. Daya dukung dihitung dengan standar rata-rata individu untuk melakukan aktivitas wisata pada satu luasan tertentu (m2/orang). Perhitungan dilakukan pada masing-masing fasilitas wisata yang disediakan pada tiap ruangnya dengan rumus :

Nilai daya dukung ini disajikan pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13 Daya dukung fasilitas pada tiap sub ruang

Sub ruang Fasilitas Standar

kebutuhan ruang* (m2/orang atau unit) Luas (m2) Daya dukung (orang atau unit)

Penerimaan Welcome area 2 700 505

Parkir mobil 16 800 50

Parkir motor 1,8 490 272

Parkir Sepeda 1,5 106 70

Pelayanan Kantin 4 1493 373

Toko souvenir 2 1000 500

Tepi sungai Dek Pedestrian

beton 2 2000 1000 Dek Pedestrian kayu 2 1400 700 Dermaga 2 400 200 Dek pemancingan 4 1050 262 Plaza Terapung 8 750 93

Budaya Dek Pedestrian 2 1000 500

Lapangan 8 2072 259

Jalur perahu anak sungau 5 3200 640 Tempat pengelolaan ikan 4 1628 407 Konservasi - - - -

Gambar 30 Rencana lanskap area ruang inti dan penerimaan

Gambar 32 Rencana lanskap area dek pemancingan dan pabrik es Assegaf

Dokumen terkait