• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Struktur Pasar Industri Elektronika di Indonesia

Dalam penelitian ini, penghitungan rasio konsentrasi untuk melihat struktur pasar industri elektronika dilakukan dengan menghitung Rasio Konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4). Hasil penghitungan rasio konsentrasi pasar industri elektronika di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.1. Selama periode tahun 1995 sampai tahun 2005, rata-rata nilai CR4 dari industri elektronika adalah sebesar 65.75 persen. Dengan melihat nilai dari CR4 tersebut, industri elektronika digolongkan memiliki struktur pasar oligopoli ketat, dimana empat perusahaan terbesar menguasai lebih dari 60 persen rasio konsentrasi dari industri elektronika secara keseluruhan. Tabel 5.1 CR4 Industri Elektronika Berdasarkan Kode ISIC dan Jumlah

Perusahaan dari Tahun 1995-2005 di Indonesia

Tahun Sub Sektor Berdasarkan ISIC 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rata2 32100 41.79 33.97 41.38 64.46 43.87 41.94 51.87 56.74 45.09 23.95 36.46 43.78 Jlh Perusahaan 110 123 172 131 110 131 83 106 146 158 131 32200 94.95 94.08 95.81 95.86 85.68 90.63 91.27 81.97 94.92 86.17 96.00 91.58 Jlh Perusahaan 15 16 16 20 16 15 15 15 17 15 11 32300 66.14 74.03 65.98 40.25 43.75 48.81 70.30 65.89 69.96 68.37 67.44 61.90 Jlh Perusahaan 51 56 45 76 108 81 43 46 43 46 49 Rata2 67.63 67.36 67.73 66.86 57.77 60.46 71.15 68.20 69.99 59.50 66.63 65.75 Total Jlh Perusahaan 176 195 233 227 234 227 141 167 206 219 191

Sumber : Diolah dari data BPS tahun 1995-2005.

Keterangan: ISIC 32100 = Subsektor industri komponen. ISIC 32200 = Subsektor industri alat komunikasi.

ISIC 32300 = Subsektor industri televisi, radio dan alat rekam gambar dan suara.

Pada tahun 1995 rata-rata CR4 industri elektronika secara keseluruhan ialah 67.63 persen, dan pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 1 persen menjadi 66.63 persen. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 1995 sampai 2005 terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang masuk. Pada tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan pada tahun 1995 adalah sebanyak 176 unit perusahaan, sementara pada tahun 2005 naik menjadi 191 perusahaan.

Dari ketiga subsektor industri elektronika, subsektor industri komponen merupakan subsektor yang memiliki rasio konsentrasi yang paling kecil jika dibandingkan dengan subsektor industri elektronika lainnya. Rasio konsentrasi pada tahun 1995 adalah sebesar 41.79 persen dan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 36.46 persen. Penurunan rasio konsentrasi ini disebabkan oleh adanya kenaikan jumlah perusahaan yang masuk dalam industri sebesar 21 perusahaan. Jika dilihat dari rata-rata nilai CR4 selama periode tahun 1995 sampai tahun 2005 yaitu sebesar 43.78 persen, subsektor industri ini memiliki struktur pasar oligopoli longgar karena rata-rata nilai CR4 nya berkisar 40 persen.

Sementara itu subsektor industri alat komunikasi memiliki rasio konsentrasi yang paling besar. Dimana pada periode tahun 1995 sampai tahun 2005, rata-rata rasio konsentrasinya adalah 91.58 persen. Melihat angka rasio konsentrasi yang dimiliki oleh subsektor ini dapat disimpulkan bahwa struktur pasar dari subsektor industri alat komunikasi adalah oligopoli ketat. Pada tahun 2004, konsentrasi subsektor ini mengalami penurunan sekitar 8.75 persen dari konsentrasi rasio tahun 2003 menjadi 86.17 persen. Penurunan konsentrasi rasio ini diikuti juga dengan

penurunan jumlah perusahaan dari 17 perusahaan menjadi 15 perusahaan. Secara teori, seharusnya penurunan rasio konsentrasi disebabkan oleh adanya pesaing baru yang masuk dalam suatu pasar atau industri. Tetapi dalam hal ini penurunan konsentrasi ini diikuti juga dengan adanya penurunan jumlah perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang keluar adalah perusahaan dengan skala usaha kecil dimana kapasitas produksinya lebih kecil daripada perluasan output. Jadi penurunan konsentrasi ini lebih disebabkan karena adanya penurunan output oleh perusahaan besar. Sementara itu, untuk periode waktu sebelum dan sesudah krisis ekonomi yaitu tahun 1997, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada subsektor ini. Penambahan 4 perusahaan yang masuk industri menyebabkan kenaikan konsentrasi rasio sebesar 0.05 persen. Terjadi kenaikan rasio konsentrasi karena perusahaan yang masuk ke dalam industri adalah perusahaan dengan skala usaha kecil.

Untuk industri subsektor televisi, radio, alat rekam suara dan gambar, rasio konsentrasinya rata-rata 61.90 persen. Pada tahun 1998 terjadi penurunan konsentrasi rasio sebesar 25.73 persen. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan jumlah perusahaan dari 45 perusahaan menjadi 131 perusahaan. Tetapi pada tahun 1999 terjadi kenaikan rasio konsentrasi menjadi 43.75 dengan jumlah perusahaan sebesar 108 perusahaan. Kenaikan rasio konsentrasi ini disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah perusahaan. Jika dibandingkan antara tahun 1995 dengan tahun 2005, tidak terjadi perubahan yang signifikan baik pada rasio konsentrasi maupun pada jumlah perusahaan. Rasio konsentrasi tahun 1995 adalah sebesar 66.14 persen dengan 51 perusahaan. Sementara pada tahun 2005 rasio konsentrasi naik menjadi 67.44 dengan 49 perusahaan. Kenaikan rasio konsentrasi ini disebabkan karena berkurangnya

jumlah perusahaan dalam industri. Menurut tipenya, struktur pasar industri subsektor televisi, radio, alat rekam suara dan merupakan pasar oligopoli dengan rata-rata konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar sebesar 61.90 persen.

Gambar 5.1 Grafik Rasio Konsentrasi Industri Elektronika Di Indonesia Dari Tahun 1995-2005

Sumber: Diolah dari data BPS, tahun 1995-2005.

Jika dilihat dari gambar 5.1.1 diatas, rasio konsentrasi setiap subsektor industri setiap tahun selalu berubah naik dan turun. Jika dilihat besarnya rasio konsentrasi per subsektor industri terdapat kondisi dimana pada satu periode waktu tertentu nilai rasio konsentrasi yang tertinggi ataupun rasio konsentrasi yang terendah. Pada tahun 1998, subsektor industri komponen dengan kode ISIC 32100 mengalami kenaikan nilai rasio konsentrasi sebesar 23.08 persen. Pada tahun inilah selama periode waktu pengamatan yaitu dari tahun 1995 sampai tahun 2005 nilai CR4 terbesar dari subsektor industri ini. Kenaikan nilai CR4 pada tahun 1998 ini jika

0. 00 2 0. 00 4 0. 00 6 0. 00 8 0. 00 1 00. 00 1 2 0. 00 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 000 2 001 2 002 2 003 2 004 2 005 tahun CR4 I S I C 3 2 1 00 I S I C 3 2 2 00 I S I C 3 2 3 00

dihubungkan dengan gambar 5.2 dibawah ini dapat terlihat bahwa pada tahun 1998 telah terjadi penurunan jumlah perusahaan dalam subsektor industri ini yaitu sebanyak 95 perusahaan. Penurunan jumlah pesaing dalam suatu industri dapat menjadi penyebab terjadinya kenaikan rasio konsentrasi pada pasar tersebut. Sementara itu, pada tahun 2004 nilai CR4 untuk subsektor industri komponen mengalami nilai terendah yaitu sebesar 23.95 persen. Hal ini ditandai dengan naiknya jumlah perusahaan yang masuk dalam pasar. Ini menandakan bahwa hambatan untuk masuk pasar semakin berkurang.

Hambatan masuk ke dalam suatu industri bukan hanya disebabkan oleh adanya peraturan pemerintah atau adanya hak paten, tetapi hambatan dapat berupa besarnya nilai investasi yang dibutuhkan dalam pembentukan atau pendirian perusahaan baru. Untuk dapat meningkatkan skala usaha juga dibutuhkan modal yang cukup besar. Apalagi industri elektronika ini termasuk industri yang membutuhkan pengembangan teknologi dan kualitas sumber daya manusia yang ahli di bidang elektronika. Selain itu, yang menjadi permasalahan dalam pengembangan industri elektronika ini secara keseluruhan adalah besarnya kandungan impor dalam bahan bakunya. Hal ini menyebabkan industri ini sangat sensitif terhadap perubahan nilai tukar yang tidak menentu. Ketidaksatbilan nilai tukar ini jugalah yang menyebabkan besarnya resiko dalam pengembangan industri ini.

Tren naik dan turun juga dialami oleh subsektor industri televisi, radio, alat rekam suara dan gambar. Pada tahun 1998 tepatnya pasca krisis ekonomi tahun 1997, subsektor ini mengalami penurunan rasio konsentrasi dan mencapai titik terendah selama periode waktu tahun 1995 sampai tahun 2005. Hal ini dapat dikarenakan oleh

2 faktor, yaitu: Pertama, karena krisis ekonomi pada tahun 1997 menyebabkan nilai tukar Rupiah sangat terpuruk. Hal ini menyebabkan besarnya ongkos biaya produksi karena ketergantungan terhadap bahan baku impor. Meningkatnya biaya produksi ini menyebabkan perusahaan tidak mampu lagi memproduksi output melebihi atau bahkan menyamai produksi pada saat sebelum krisis ekonomi. Kedua, jika dilihat di gambar 5.2 dibawah ini, pada tahun 1998 terjadi kenaikan jumlah perusahaan sebanyak 86 perusahaan dari tahun 1997. Besarnya kenaikan jumlah perusahaan yang masuk dalam industri ini secara langsung akan menyebabkan penurunan rasio konsentrasi pasar. Namun perusahaan yang masuk dalam industri ini dapat digolongkan sebagai perusahaan dengan skala usaha yang kecil.

Gambar 5.2 Perkembangan Jumlah Perusahan Industri Elektronika Di Indonesia Dari Tahun 1995-2005

Sumber: Diolah dari data BPS, tahun 1995-2005

Sementara itu untuk subsektor industri alat komunikasi yang nilai rasio konsentrasinya yang paling besar yaitu rata-rata pada periode 1995-2005 sebesar

0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 00 1 2 0 1 4 0 1 6 0 1 8 0 2 00 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 000 2 001 2 002 2 003 2 004 2 005 tahun jumlah perusahaan I S I C 3 2 1 00 I S I C 3 2 2 00 I S I C 3 2 3 00

91.58 persen, tren perkembangannya juga tidak mengalami kenaikan atau penurunan yang signifikan. Jika dilihat dari gambar 5.1, tren perkembangan rasio konsentrasinya tidak begitu berfluktuatif. Hal ini juga senada dengan tren perkembangan jumlah perusahaannya yang dapat dilihat pada gambar 5.2. Pada tahun 2002 terjadi penurunan rasio konsentrasi sebesar 9.3 persen dari tahun 2001. sementara jumlah perusahaan yang berada didalam industri tetap selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2000-2002. Penurunan rasio konsentrasi disebabkan oleh penurunan output yang diproduksi oleh perusahaan terbesar dan meningkatnya output perusahaan terbesar kedua, ketiga dan keempat. Penurunan output perusahaan terbesar ini menunjukkan adanya perubahan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan yang lain telah mampu meningkatkan skala produksinya.