• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS STRUKTUR LAGU CAMPURSARI

2.8 Analisis Struktur Syair “Janjine Piye”

Syair lagu “Janjine Piye“ (Janjinya bagaimana) terdiri dari lima bait dan masing-masing bait terdiri dari empat baris. Pada bait pertama, ke dua dan ke lima berpola rima bunyi akhir a, a, a, a. Sedangkan pada bait tiga dan empat rima bunyi akhirnya a, b, a, b. Berikut ini syair lagu “Janjine Piye“ (Janjinya bagaimana):

No Lirik Arti

1. a. Biyen janjine kepriye,

jarene-jarene.

Dulu janjinya bagaimana, katanya-katanya.

b. Tetep tresna nyang dheweke,

kandhane-kandhane.

Tetap cinta sama dia, katanya-katanya.

c. Ya setya lahir batine, ya setya

njaba njerone.

Ya setia lahir btnnya, ya setia luar dlmnya.

d. Kok dadi seje nyatane. Kok jadi lain kenyataannya.

2. a. Mencok kana, mencok kene

pindhane-pindhane.

Singgah sana singgah sini, sepertinya.

b. Kumbang jalang arep necep

madune-madune.

Kumbang jantan akn menghsp, madunya.

c. Sajak tan ana tandinge, ngumbar rayuan gombale.

Sprt tdk ada tandingannya, mngumbr rayuan gombalnya.

d. Aku dadi anyel dhewe. Saya jadi benci sendiri.

3. a. Dadi pria ja sembrana, mas-mas. Jadi pria jangan kurang ajar, kak-kak.

b. Ngugemi sumpah prasetya. Memegang janji setia.

c. Yen kowe sok seneng cidro,

mas-mas.

Bila kamu suka ingkar janji, kak-kak.

d. Uripmu bakal sengsara. Hidupmu akan sengsara.

4. a. Duwea watak satriya, mas-mas. Punyalah watak yang satria, kak-kak.

b. Plintat-plintut ra prayoga. Plin-plan itu tidak baik.

c. Yen lamis gunane opo, mas-mas Kalau tidak jujur gunanya apa, kak-kak.

d. Becik aluwung prasaja. Lebih baik kalau apa adanya.

5. a. Tansah elinga janjimu,

setyamu-sumpahmu.

Ingatlah akn janjimu, setiamu sumpahmu.

b. Marang Kenya kang wes dadi

duwekmu, jodhomu.

Thdp gadis yg sdh mnjd

punyamu,jodohmu.

c. Aku ya tetep satuhu marang pria

idamanku.

2.8.1 Analisis Struktur Fisik “Janjine Piye” 2.8.1.1 Persajakan

Dalam syair lagu “Janjine Piye“ (Janjinya bagaimana) terdapat banyak sekali pengulangan kata. Pada bait pertama baris pertama (1a) terdapat kata ‘jarene-jarene‘ yang berarti ‘katanya-katanya‘. Bait pertama baris ke dua (1b) terdapat kata ‘kandhane-kandhane‘ yang berarti ‘katanya-katanya ‘. Bait ke dua beris pertama (2a) terdapat kata ‘pindhane-pindhane‘ yang artinya ‘sepertinya-sepertinya‘. Pada bait ke dua baris ke dua terdapat kata ‘madune-madune‘ artinya ‘madunya-madunya’. Pada bait tiga dan empat terdapat kata ‘mas-mas‘. Semua pengulangan itu berfungsi untuk mempertegas maknanya.

2.8.1.2 Diksi

Dalam syair “Janjine Piye“ (Janjinya bagaimana) ini kata-kata yang dipilih umumnya mengacu pada tiga hal, yakni: (1) Dulu janjinya bagaimana, katanya akan selalu setia tapi kok lain kenyataannya (pada bait satu). (2) Suka singgah kesana kemari, seakan-akan tidak ada tandingannya, aku jadi benci (pada bait dua). (3) Jadi pria jangan kurang ajar, jangan ingkar janji, hidupmu akan sengsara. Jangan plin-

plan, punyalah watak satria, jangan berbohong, lebih baik apa adanya saja (pada bait tiga dan empat). Ingatlah akan janjimu, terhadap gadis yang sudah menjadi milikmu. Aku juga akan selalu setia dengan pria pujaanku, tidak ada yang lain buatku (pada bait lima).

2.8.1.3 Pengimajian (image) daya bayang

Pengimajian pada syair lagu “Janjine Piye“ ada daya imaji pendengaran. Dalam syair ini didomonasi oleh daya imaji pendengaran. Hal ini tampak dalam tiap bait pada syair lagu “Janjine Piye“. Kita mendengar nasihat dari penyair tentang apa akibatnya kalau seorang laki-laki suka kurang ajar dan tidak memegang janji/suka ingkar janji. Hidupnya akan sengsara (pada bait tiga).

2.8.1.4 Gaya Bahasa

Dalam syair lagu “Janjine Piye“ (Janjinya bagaimana) ini menggunakan gaya bahasa tautologi, yaitu menyatakan hal/keadaan dua kali. Maksudnya supaya arti kata atau keadaan itu lebih mendalam bagi pembaca atau pandengar.

Misalnya : Biyen janjine kepriye, jarene-jarene (1a)

Tetep tresna nyang dheweke, kandhane-kandhane (1b) Mencok kana mencok kene, pindhane-pindhane (2a) Kumbang jalang arep necep, madune-madune (2b)

2.8.2 Analisis Struktur Batin (isi) 2.8.2.1 Tema

Gagasan pokok dalam syair lagu “Janjine Piye“ adalah: menggambarkan seorang laki-laki yang tidak setia terhadap kekasihnya, suka mengumbar rayuan gombal (pada bait satu dan dua). Jadi pria jangan suka kurang ajar, jangan suka ingkar janji, nanti hidupmu akan sengsara (pada bait tiga). Berwataklah satria, jangan plin-plan, lebih baik apa adanya saja dan tetaplah setia pada kekasih hati (pada bait lima).

Jadi temanya adalah jadi seorang laki-laki jangan kurang ajar, jangan suka ingkar janji karena hidupmu akan sengsara.

2.8.2.2 Nada (tone)

Dalam syair lagu “Janjine Piye“ (Janjinya bagaimana) penyair mengajak kita agar tetap setia dan jangan suka ingkar janji, karena akan menyengsarakan hidup kita. Seorang laki-laki harus berwatak satria, jangan plin-plan, jangan bohong, lebih baik apa adanya saja. Jadi nada/tone dalam dalam syair lagu ini adalah nasihat.

2.8.2.3 Amanat

Amanat dalam syair lagu ini adalah: jadi seorang laki-laki jangan kurang ajar, jangan suka ingkar janji, berwataklah satria dan jangan suka berbohong, karena akan membuat hidupmu sengsara.

2.9 Analisis Struktur Syair “Gondhal-Gandhul“

Syair lagu “Gondhal-Gandhul“ terdiri dari empat bait dan tiap bait terdiri atas empat baris. Pada bait pertama rima bunyi akhirnya adalah a, b, c, c. Bait dua dan tiga rima bunyi akhirnya adalah a, a, a, a. Sedangkan pada bait empat rima bunyi akhirnya adalah a, a, b, b. Berikut syair lagu “Gondhal-Gandhul“:

No Lirik Arti

1. a. Gondhal-gandhul ngisor weteng nduwur dengkul.

Kelihatan bergelantungan di bawah perut di atas lutut.

b. Kowar-kawer kumlawer kok rada ngglamber.

Sangat panjang agak menggelamber.

c. Katon dawa di sawang kok kaya ula. Kelihatan panjang dilihat seperti ular. d. Kurang resep, kurang asri tur ra prayoga. Kurang baik kurang indah juga tidak layak. 2. a. Gondhal-gandhul gumandhul ing ngarep

dada.

Kelihatan bergelantungan tergantung di depan dada.

b. Pancen mathuk di sawang ana ing mata Memang cocok dilihat di mata. c. Katon kenceng dhasar singset aneng raga. Tampak erat apalagi erat di badan. d. Tambah endah sanadyan among prasaja. Semakin indah walaupun hanya sederhana. 3. a. Nganggo dhasi aja waton katon aksi. Memakai dasi jangan hanya sekedar aksi.

b. Aja dumeh blegere kaya priyayi. Jangan mentang-mentang penampilannya seperti bangsawan.

c. Datan ngerti aturan jaman saiki. Tidak mengerti aturan jaman sekarang. d. Jebulane pintere among ngapusi. Ternyata pandainya hanya berbohong. 4. a. Nganggo dhasi jas bukak ikte blangkon. Memakai dasi, jas dibuka memakai

blangkon.

b. Ora ngerti sama juga sami mawon. Tidak mengerti sama saja percuma. c. Katon gagah pawakan kaya direktur. Tampak gagah sosok tubuh yg sprt direktur.

2.9.1 Analisis Struktur Fisik Syair “Gondhal-Gandhul” 2.9.1.1 Persajakan

Dalam Syair lagu “Gondhal-Gandhul“ ini banyak terdapat pengulangan kata. Pada bait pertama baris pertama (1a) terdapat kata ‘gondhal-gandhul‘ yang berarti kelihatan bergelantungan. Pada baris ke dua (1b) terdapat kata ‘kowar-kawer‘ yang berarti menggelambur sangat genting. Pada bait ke dua terdapat pengulangan kata yang sama yaitu ‘gondhal-gandhul‘ (2a). Pada bait ke empat baris ke empat (4d) terdapat kata ‘rana-rene ‘yang berarti kesana-sini. Pengulangan itu berfungsi untuk mempertegas maknanya.

2.9.1.2 Diksi

Dalam syair “Gondhal-Gandhul“ ini kata-kata yang dipilih umumnya mengacu pada tiga hal, yakni (1) Menggambarkan sesuatu yang kelihatan bergelantungan di bawah perut di atas lutut, di lihat seperti ular, tapi kurang baik, kurang indah juga tidak layak. Penggambaran ini menggunakan kata-kata kiasan (pada bait pertama). (2) Penggambaran sesuatu yang bergelantungan di depan dada, indah dilihat, kelihatan erat di badan, semakin indah dilihat walaupun hanya

sederhana (pada bait dua). (3) Sindiran terhadap pejabat-pejabat yang hanya bisa memakai dasi tapi tidak mengerti akan aturan jaman sekarang, hanya gagahnya saja tetapi kesana-sini suka berbohong (pada bait tiga dan empat). Pilihan katanya yaitu kata kiasan/sindiran.

2.9.1.3 Pengimajian (image) daya bayang

Pengimajian pada syair lagu “Gondhal-Gandhul“ didominasi oleh daya imagi cita rasa. Ini terlihat jelas pada setiap bait dalam syair lagu ini. Karena banyak menggunakan bahasa kiasaan/sindiran. Kita bisa membayangkan seorang pejabat tinggi yang gagah menggunakan dasi tetapi tidak mengerti aturan dan hanya suka berbohong (pada bait tiga dan empat).

2.9.1.4 Gaya Bahasa

Syair lagu “Gondhal-Gandhul“ ini menggunakan gaya bahasa sindiran, yaitu sinekdoke. Sinekdoke adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian penting suatu benda/hal untuk benda atau hal itu sendiri.

Misalnya: Nganggo dhasi aja waton katon aksi (3a) Nganggo dhasi jas bukak ikete blangkon (4a)

Ini menggambarkan seorang pejabat, karena seorang pejabat identik menggunakan dasi.

2.9.2 Analisis Struktur Batin (isi) Syair “Gondhal-Gandhul” 2.9.2.1 Tema

Gagasan pokok dalam syair lagu ini adalah: menggambarkan dengan bahasa kiasan sesuatu apa yang bergelantungan di bawah perut di atas lutut, seperti ular, tetapi kurang indah (bait pertama). Menggambarkan sesuatu yang bergelantungan itu ternyata memang indah dilihat, kelihatan erat dibadan, indah walaupun hanya bohongan (bait dua). Penggambaran orang memakai dasi jangan hanya sekedar pasang aksi, hanya gagah-gagahan saja, tapi tidak mengerti aturan dan suka berbohong (bait tiga dan empat). Jadi temanya adalah : menjadi seorang pejabat harus berwibawa, jujur dan mengerti rakyatnya, jangan hanya pasang aksi dan suka berbohong.

2.9.2.2 Nada (tone)

Dalam syair lagu “Gondhal-Gandhul“ penyair mengajak kita melihat bagaimana tingkah laku seorang pejabat yang gagah mengenakan dasi, tetapi tidak mengerti aturan dan tidak jujur. Di sini penyair menyindir seorang pejabat yang hanya pasang aksi dengan memakai dasi dia terlihat gagah, tetapi tidak mengerti apa-apa. Jadi nada/tone dalam syair ini adalah sindiran (menyindir).

2.9.2.3 Amanat

Amanat dalam syair lagu ini adalah menjadi pejabat jangan hanya pasang aksi dan pasang tampang tapi harus bisa mengerti kebutuhan rakyatnya dan jujur.