• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

4.3 Analisis SWOT

Berdasarkan analisis dan temuan isu strategis diatas, maka dapatlah diidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dimiliki Kota Bukittinggi dalam upaya pengelolaan desttinasi pariwisata yang dilihat dari sisi kekuatan (Strength) yang dimiliki oleh setiap destinasi pariwisata yang dimiliki oleh Kota Bukittinggi dan kelemahan (Weakness) yang terdapat di lingkungan internal yang bisa mengakibatkan terhambatnya peningkatan kualitas pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.

Peluang (Opportunity) yang merupakan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh dunia luar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan destinasi pariwisata dan ancaman (Threat) berupa persaingan-persaingan di lingkungan eksternal yang memungkinkan objek wisata yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi sulit untuk berkembang dan maju yang terdapat di lingkungan eksternal. Dimensi-dimensi inilah yang akan dipadukan dalam teknik analisis matrik SWOT untuk memperoleh isu strategis sektor pariwisata bagi strategi yang tepat dan handal dimasa yang akan datang.

4.3.1 Faktor Internal

Faktor internal dalam teknik analisis SWOT meliputi pendalaman pada aspek sumberdaya yang dimiliki Kota Bukittinggi dalam pengelolaan destinasi pariwisata dan penerapan strategi yang telah dilakukan selama ini. Kedua aspek ini diletakkan pada kekuatan (Strength) yang dapat digunakan pada masa yang akan datang dan kelemahan (Weakness) yang harus diantisipasi serta dilakukan pembenahan bagi kemajuan industri pariwisata di Kota Bukittinggi.

Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas semua aspek yang ada baik sumberdaya maupun strategi pengelolaan pada level kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) dalam rangka analisis SWOT.

4.3.1.1 Kekuatan yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kota Bukittinggi

1. Destinasi pariwisata Kota Bukittinggi memiliki udara yang sejuk dan segar serta ditumbuhi oleh pepohonan dan bunga-bunga yang indah sehingga memberikan kesan kenyamanan bagi para pengunjung.

2. Terdapat berbagai macam jenis destinasi pariwisata yang ditawarkan oleh Kota Bukittinggi, mulai dari wisata alam, wisata kreasi, wisata budaya dan wisata kuliner khas Kota Bukittinggi. 3. Setiap destinasi memiliki jarak yang relatif dekat atau mudah di

akses dengan berjalan kaki, sehingga memudahkan para wisatawan untuk mengunjungi semua destinasi yang ada di Kota Bukittinggi. 4. Terdapat strategi pengelolaan yang dilakukan oleh setiap bidang

pada Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi untuk meningkatkan kenyamanan dan daya tarik pengunjung dalam

menikmati destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yaitu menfokuskan pada unsur sejarah dan budaya pada setiap destinasi. 5. Memiliki satu-satunya kebun binatang di tengah kota yang tidak

dimiliki oleh daerah-daerah lain.

6. Akses yang mudah menuju kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra Barat.

7. Terdapat kerjasama dalam pengelolaan dengan mitra kerja pariwisata seperti PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-sanggar kesenian di Kota Bukittinggi.

4.3.1.2 Kelemahan yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kota Bukittinggi

1. Sarana dan Prasarana destinasi wisata yang belum memadai serta pengelolaan destinasi wisata yang belum optimal, seperti masih banyaknya toilet umum yang rusak dan kurangnya kebersihan, lahan parkir yang minim sehingga mengakibatkan kesemrautan lalu lintas di Kota Bukittinggi dan kurang memadainya tempat duduk bagi pengunjung untuk menikmati destinasi pariwisata bersama keluarga. 2. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia pada

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

3. Tidak mencukupinya anggaran sehingga kegiatan pengelolaan destinasi pariwisata tidak bisa dilaksanakan secara penuh (100%). 4. Pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar destinasi pariwisata

Kota Bukittinggi yang belum tertata secara rapi sehingga mengurangi keindahan destinasi pariwisata dan kenyamanan para pengunjung.

5. Tingkat kebersihan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yang jauh dari harapan, sehingga harus mendapat perhatian terutama bagi para pengunjung yang tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan yang masih rendah.

4.3.2 Faktor Eksternal

Pada faktor eksternal ini akan dipaparkan secara ringkas faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi sebagai peluang (Opportunity) yang dapat memberikan kontribusi bagi arah kemajuan sektor pariwisata ini dan juga beberapa ancaman (Threat) yang dapat menghambat perkembangan industri pariwisata Kota Bukittinggi serta untuk mengantisipasi secara dini dalam upaya mencari strategi pengelolaan yang jitu untuk mengatasi dan memenangkan tingkat persaingan yang terjadi pada lingkungan eksternal yang kadang sulit untuk diduga sebelumnya.

4.3.2.1 Peluang yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kota

Bukittinggi

1. Munculnya Undang-Undang no 32 tahun 2004 yaitu tetang kewenangan daerah mengurus daerahnya sendiri termasuk kedalamnya pengelolaan objek wisata daerahnya masing-masing. 2. Letak Kota Bukittinggi yang strategis, sehingga mudah menuju

kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra Barat. Bila menggunakan jalur darat, wisatawan dapat menggunakan jalan lintas Sumatra yang membentang dari Propinsi Lampung hingga Nangroe Aceh Darussalam. Sedang, bagi wisatawan yang menggunakan jalur udara, wisatawan dapat menggunakan titik pemberhentian di Kota Padang untuk selanjutnya menempuh jalur Darat. Sedangkan untuk mengunjungi

menggunakan berbagai moda angkutan umum yang tersedia merata di Kota Bukittinggi.

3. Adanya dukungan dari berbagai stakeholder untuk pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan.

4. Adanya peraturan per Undang-Undangan tentang kepariwisataan dalam meningkatkan pendapatan daerah Kota Bukittinggi.

5. Dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.

4.3.2.2 Ancaman yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kota Bukittinggi

1. Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi pada tahun 2013 yang sehingga mempengaruhi tingkat keamanan pengunjung di Kota bukittinggi.

2. Objek wisata yang ada di Kabupaten / Kota tetangga seperti Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Agam. 3. Pola pikir masyarakat Kota Bukittinggi yang masih berpegang teguh

pada nilai-nilai agama serta adat minangkabau yang ketat.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian dan pengelolaan destinasi pariwisata.

5. Kurangnya ketertiban pedagang yang berjualan di sekitar destinasi Kota Bukittinggi sehingga mengurangi keindahan.

Dokumen terkait