• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Melakukan pengelolaan yang lebih optimal dengan melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pihak swasta. Selain melakukan kerjasama, juga harus ada pelatihan dan pembinaan yang berkelanjutan sehingga semua pihak yang terlibat di dalam pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi bisa bekerja dan memberikan pelayanan prima kepada pengunjung serta mampu bersaing dengan destinasi pariwisata yang ada di daerah lain atau destinasi di luar Kota Bukittinggi.

2. Mencari dan melibatkan para investor dari pihak swasta untuk bekerjasama dalam mengelola destinasi pariwisata secara terpadu dan terarah. Kedudukan investor ini sangat membantu dalam hal pembangunan (sarana dan prasarana), pengelolaan serta mempromosikan industri pariwisata.

3. Memperdayakan dan meberikan pelatihan dengan metode terbaru supaya bisa bersaing di era globalisasi seperti saat ini kepada masyarakat yang tidak memiliki mata pencarian dan keteampilan yang bertujuan untuk membantu dalam meningkatkan ekonomi masyarakat serta bisa ikut serta dalam mengelola destinasi pariwisata Kota Bukittinggi, khususnya daerah tempat tinggal masyarakat tersebut.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana penunjang destinasi pariwisata karena setiap tahunnya kunjungan dan minat serta permintaan para wisatawan selalu bertambah dan harus diimbangi oleh kreatifitas pengelola supaya tidak menimbulkan keluhan dan kebosanan pada wisatawan.

5. Melakukan sosialisasi dengan berbagai macam metode kepada masyarakat mengenai sadar wisata, menjaga lingkungan, melestarikan dan pemeliharaan semua destinasi pariwisata yang ada di Kota Bukittinggi serta sosialisasi keuntungan dan dampak positif suatu daerah dijadikan tujuan wisata.

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah, penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara akurat dan sistematis mengenai sifat-sifat populasi dan daerah tertentu31. dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Teknik pengumpulan data kualitatif diantaranya adalah interview (wawancara), quesionere (pertanyaan-pertanyaan/kuesioner), schedules (daftar pertanyaan), dan observasi (pengamatan, p articipant observer technique), penyelidikan sejarah hidup (life historical investigati on), dan analisis konten (content analysis).

31

2.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota BukittinggiJl. Perwira No 54 Bukittinggi - Sumatera Barat.

2.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel32.

Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu33:

1. Informan Kunci (key informan)

Mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian

2. Informan Utama

Mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti 3. Informan Tambahan

Mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama dan informan tambahan yaitu sebagai berikut :

32

1. Informan Kunci, yaitu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi

2. Informan Utama, yaitu :

a. Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi

b. Masyarakat setempat dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Bukittinggi

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari data mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian, teknik ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada sejumlah pihak yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam metode ini, akan digunakan metode wawancara mendalam dengan orang-orang yang berkompeten di bidang-bidang yang ingin diteliti, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara34. b. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi penelitian.

34

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan, yang terdiri dari:

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

2.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa matrik SWOT pada tataran makro, baik pada lingkungan internal maupun eksternal dimana sub dinas kebudayaan dan pariwisata terikut dalam analisis karena kedudukan dan peran yang dilalukan oleh sub dinas kebudayaan dan pariwisata dalam pengelolaan destinasi pariwisata di Kota Bukittinggi.

Teknik akan dilakukan untuk memetakan isu atau faktor strategis adalah analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat Analysis), sehingga dapat diketahui struktur serta tingkat strategis dari faktor-faktor tersebut.

Melalui analisis SWOT maka dapat diketahui isu atau faktor-faktor strategis yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang untuk pengelolaan destinasi pariwisata di Kota Bukittinggi.

Teknik analisis SWOT merupakan tahap awal upaya menemukan isu strategis yang nantinya berkaitan dengan penemuan strategi pengelolaan destinasi sektor kepariwisataan di Kota Bukittinggi.

Beberapa strategi yang diperoleh dari teknik analisis SWOT ini sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strength Opportunity) : memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia di lingkungan eksternal.

2. Strategi WO (Weakness Opportunity) memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.

3. Strategi ST (Strength Threat) menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan eksternal.

4. Strategi WT (Weakness Threat) memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman yang datang dari eksternal.

Isu strategis berdasarkan pengertiannya adalah konflik satu jenis atau lainya. Konflik bisa terjadi pada aras tujuan, cara, prinsipil, lokasi, waktu dan kelompok-kelompok yang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian akibat dampak atau hasil dari pemecahan isu tersebut. Untuk memunculkan dan memecahkan masalah isu secara efektif, institusi atau organisasi harus dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan akan terjadinya konflik yang biasanya tidak dapat di hindari35.

35

M. Jhon Bryson.1999. Strategik Planning For Public & Non Profit Organization. Jossey-Bass Inc, USA, hal. 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam politik dan perekonomian Nasional yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Selain itu pariwisata juga memegang peranan penting dalam penerimaan kas negara pada umumnya dan kas daerah pada khususnya. Untuk itu perlu adanya pengembangan pariwisata baik itu objek wisata maupun faktor pendukung lainnya yang jika ditinjau dari aspek ekonomi akan bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah dan meningkatkan kewirausahaan Nasional .

Pariwisata merupakan suatu industri yang sangat vital dalam pendapatan selain minyak, gas dan otomotif. Sebagai pasar yang menarik, kepariwistaan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang dapat merugikan .

Pengembangan kegiatan pariwisata diperlukan pengaturan-pengaturan alokasi ruang yang dapat menjamin pembangunan berkelanjutan guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik1. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Pengembangan potensi pariwisata masih perlu perencanaan yang matang, pengembangan, pembinaan sampai tahap pemasaran dan meningkatkan hubungan kerja dengan instansi-instansi yang terkait dalam hal kepariwisataan serta meningkatan pengawasan terhadap pihak swasta yang mengelola potensi pariwisata. Selain itu, untuk menarik minat para investor menanamkan modalnya maka Pemerintah Daerah hendaknya tidak mempersulit perizinan dalam pengelolaan objek-objek wisata.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

1

J James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius.

Sumatera Barat merupakan salah satu daerah tujuan wisata nasional, yang memiliki objek dan daya tarik wisata yang beragam dan eksotik, baik alam maupun budaya. Menyadari potensi tersebut, Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat menetapkan pariwisata sebagai sektor andalan pembangunan daerah ke masa datang, khususnya pariwisata di Kota Bukittinggi.

Bidang Kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah Kota Bukittinggi adalah berangkat dari kondisi alam dan geografis Kota Bukittinggi itu sendiri. Kota bukittinggi saat ini mempunyai luas + 25.239 km 2terletak ditengah-tengah Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 17, 1o C sampai 24,9o C, merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera.

Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan sejarah yang dapat dikategorikan sebagai keajaiban seperti: Lobang Jepang, Benteng Fort De Kock, Jam Gadang dan lain-lain. Hal ini membuktikan Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu: Bukittinggi menjadi Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950.

Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini, menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata perdagangan dan jasa, wisata kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat dibuktikan dengan kontribusi sektor pariwisata untuk menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40 %.

Untuk mendukung sektor pariwisata ini disamping objek alam yang ada dalam kotaBukittinggi, juga menyediakan paket-paket wisata daerah-derah sekitarnya. Dalam hal ini Bukittinggi akan berperan sebagai “Home Base“ kunjungan wisata daerah-daerah lain.

Saat ini Bukittinggi terdapat sebanyak 43 buah hotel baik berbintang maupun melati ditambah 11 mes/wisma/pondok wisata. Tidak salah kiranya Bukittinggi ditetapkan sebagai kota Wisata dan sekaligus Kota Tujuan Wisata Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 Maret 1984 Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata dan Daerah Tujuan Wisata Utama di Sumatera Barat. Dan pada bulan Oktober 1987 ditetapkan sebagai daerah Pengembangan Pariwisata Propinsi sumatera Barat dengan Perda Nomor: 25 tahun 1987.

Untuk menunjang kepariwisataan, di kota ini sudah tersedia sarana Akomodasi yang memadai, seperti Hotel Berbintang dengan kapasitas 660 kamar dan 1.083 tempat tidur serta Non Berbintang dengan kapasitas 630 kamar dan 1.261 tempat tidur, puluhan Rumah Makan dan Restoran, beberapa travel Biro, serta serta dilengkapi dengan pasar wisata dan souvenir shop. Pemerintah Kota Bukittinggi senangtiasa megutamakan citra sapta pesona (Aman, Tertip, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah Tamah dan Kenangan), yang sejak tahun 2000 dirajut dalam ivent Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI) Bukittinggi 2.

Kota Bukittinggi memiliki bermacam- macam destinasi wisata, seperti wisata alam, wisata minat kreasi dan wisata budaya. Wisata alam yang ditawarkan Kota Bukittinggi berupa pemandangan alam ngarai sianok, lobang jepang dan janjang koto gadang dimana objek wisata ala mini menyajikan keindahan alam Kota Bukittinggi. Berbeda lagi dengan wisata budaya yang disajikan kota Bukittinggi yaitu adanya Rumah Adat Nan Baanjuang yang didirikan dengan gaya arsitektur bangunan museum ini menggunakan arsitektur tradisional minangkabau dengan bentuk atap Gajah Maharam dengan anjungan di kiri dan kanan sesuai dengan keselarasan Koto piliang, Jam Gadang serta Medan Nan Balinduang. Sedangkan wisata minat kreasi yaitu wisata yang menyajikan kegiatan- kegiatan berupa hiburan, kerajinan, kesenian maupun kuliner khas dari kota Bukittinggi seperti kelurahan Manggis Gantiang sebagai desa wisata yang ditunjuk oleh Kementerian dan Ekonomi Kreatif

2

http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=105, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 12.45 WIB.

sebagai salah satu Kampung Wisata yang ada di Kota Bukittinggi. Sehingga wisatawan memiliki lebih banyak lagi alternatif destinasi wisata di Kota Bukittinggi.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, kunjungan wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang di Kota Bukittinggi selama tahun 2012 berjumlah 27.183 pengunjung. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai 21.457 pengunjung. Meski kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2012 meningkat dibanding 2011, namun jumlah itu masih di bawah kunjungan tahun 2010 yang mencapai 33.598 serta tahun 2009 dengan jumlah 36.242 pengunjung.

Kota Bukittinggi yang memiliki destinasi wisata yang banyak dan iklim daerah yang beriklim udara sejuk, tetapi masih memiliki berbagai permasalahan seperti menurunnya kunjungan wisatawan ke Bukittinggi, kesemrautan kota dan kurangnya fasilitas bagi wisatawan. Adapun beberapa permasalahan yang mengakibatkan menurunnya kunjungan wisatawan juga dapat di lihat dalam kutipan berikut :

BUKITTINGGI, HALUAN-Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, kunjungan wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang di Kota Bukittinggi selama tahun 2012 berjumlah 27.183 pengunjung. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai 21.457 pengunjung. Meski kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2012 meningkat dibanding 2011, namun jumlah itu masih di bawah kunjungan tahun 2010 yang mencapai 33.598 serta tahun 2009 dengan jumlah 36.242 pengunjung.

Menurut Lala Iswandi, ada beberapa kelemahan di Kota Bukittinggi yang menghambat pening-katan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Kelemahan itu diantaranya tidak ada program every day atau kegiatan wisata setiap harinya yang diterapkan, sehingga para bule merasa bosan jika berlama-lama di Bukittinggi. Lala Iswandi menilai, untuk memenuhi kriteria kota wisata, pemerintah harus menyusun dan melaksanakan berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan daerah setiap harinya.

Kelemahan lainnya menurut Lala ketidaksediaan pusat informasi dan rambu-rambu yang jelas, kurangnya kebersihan serta budaya yang tidak aktif lagi, objek wisatanya juga tidak dilengkapi dengan program yang jelas, serta sikap sejumlah guide wisata yang tidak lagi mempromosikan wisata, tapi lebih mengarahkan wisatawan mancanegara untuk belanja, agar memperoleh fee

Sedangkan permasalahan utama menurut Asnawi Bahar adalah sertifikasi guide yang tidak merata. Ia mengklaim, sekitar 50 persen guide tidak bersertifikat, sehingga para guide tak bersertifikat itu mengharapkan komisi besar dan sedikit mengabaikan komitmen kepariwisataan3.

Hal itu juga senada dengan kutipan berikut :

Laporan utama (Laput) Haluan edisi Minggu (22/9) yang judulnya tentang “Lets go to Bukittinggi”, memuat tentang kondisi kekinian kota sejuk Bukittinggi yang dijuluki juga sebagai kota wisata. Pada laporan tersebut dikupas tentang perkembangan kepariwisataan Kota Bukittinggi, perkembangan kawasan Pasar Aur Kuning sebagai pusat grosir dan juga perkembangan Kota Bukittinggi yang juga dikenal sebagai salah satu kota yang sangat bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sejumlah praktisi turisme Kota Bukittinggi menyebut beberapa kelemahan dan kendala Kota Bukittinggi yang menghambat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Kelemahan dan kendala itu antara lain; tidak adanya program every day atau kegiatan wisata setiap hari di Kota Bukittinggi.

Artinya, selain objek wisata yang bersifat keindahan alam dan sejarah, pagelaran seni dan budaya juga merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para turis. Bagi mereka pertunjukan seni budaya itu sangat berarti, karena hal yang demikian tidak pernah mereka jumpai di negara mereka.

Karena sangat minim pertunjukan seni budaya yang bisa disaksikan di Bukittingi, akibatnya para turis mancanegara merasa bosan untuk berlama-lama di kota berudara sejuk tersebut. Kesemrawutan kota juga menjadi catatan khusus bagi para turis. Jika dibandingkan dengan kota lain di Sumatera Barat (terkecuali Kota Padang) kota wisata Bukittingi tergolong sebagai kota yang kurang bersih dan tidak tertata dengan baik

Parkir pun menjadi persoalan pelik di Kota Bukittinggi. Selain areal parkirnya sangat terbatas, biaya parkir yang diminta kepada para konsumen atau pengunjungpun nilai terbilang tinggi, bahkan sangat tinggi. Pada lokasi-lokasi tertentu tarif parkir paling murah Rp5.000. Bahkan di pada sejumlah titik strategis, ongkos parkir yang dikutip bisa mencapai Rp10.000, - s/d Rp20.000.

Sementara petugas yang meminta ongkos parkir tidak bisa menunjukkan tiket parkir dengan tarif yang sesuai dengan jumlah yang diminta kepada pengunjung.

Buruknya pengaturan transportasi kita menyumbang penyebab. Sangat terbatasnya lahan parkir juga menjadi salah satu penyebab. Begitu juga kemacetan yang sangat luar biasa di kawasan Pasar dan Terminal Aur Kuning juga membuat orang untuk berpikir sekian kali untuk berkunjung dan berbelanja ke Pasar Aur Kuning.

3

http://www.harianhaluan.com/index.php/laporan-utama/26456-kunjungan-wisatawan-ke-bukittinggi-menurun, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 13.50 WIB

Beberapa persoalan di atas mestinya menjadi catatan khusus bagi Pemko Bukittinggi untuk

melakukan pembenahan. Tujuannya jelas, agar kota ini tetap manjadi magnet

pariwisata dan bisnis di wilayah Sumatera4

Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa masih terdapat berbagai permasalahan dalam pengelolaan pariwisata di Kota Bukittinggi, seperti :

1. Tidak adanya program every day atau kegiatan wisata setiap hari di Kota Bukittinggi. 2. Kesemrautan kota

3. Biaya parkir yang tinggi

4. Buruknya pengaturan transportasi 5. Kurangnya kebersihan

6. Budaya yang tidak aktif lagi

7. Sikap sejumlah guide wisata yang tidak lagi mempromosikan wisata 8. Sertifikasi guide yang tidak merata

Banyaknya permasalahan yang terjadi di bidang pariwisata Kota Bukittinggi haruslah segera dibenahi oleh Pemerintah Kota Bukittinggi serta dinas yang terkait dalam segi pengelolaan destinasi wisata sehingga bisa kembali meningkatkan kunjungan dan kenyamanan para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan dari luar negri.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kota Bukittinggi, khususnya yang berkaitan dengan strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan destinasi kepariwisataan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengeloaan Destinasi Pariwisata Di Kota Bukitinggi (Studi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi)”.

4

(http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/26483-bukittinggi-perlu-berbenah, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 13.55 WIB ).

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi?”

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin di capai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan pariwisata Kota Bukittinggi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi

2. Untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sektor pariwisata dalam rangka pengelolaan pariwisata Kota Bukittinggi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Bukitinggi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penilitian ini adalah : 1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah pengetahuan atas pengembangan teori Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam pengembangan pariwisata dalam rangka meningkatkan ekonomi kreatif.

2. Manfaat secara praktis

Bagi Dinas Pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga dan berguna dalam mengembangkan objek wisata dan ekonomi kreatif.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai tahap dalam mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu departemen Ilmu Admnistrasi Negara.

1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Singarimbun,

Dokumen terkait