• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Kerangka Teori

1.5.3 Pariwisata

4.1.3.1 Pengertian Pariwisata

Kata pariwisata baru popular pada tahun 1958. Sebelum itu digunakan kata turisme, serapan dari Bahasa Belanda “tourisme”. Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme (Belanda) atau tourism (Inggris). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur “wisata”. Menurut KBIK, Wisata berarti: bepergian bersama- sama untuk

bersenang-senang dan sebagainya. Wisatawan adalah orang yang berdarmawisata, pelancong atau turis. Toeti mengartikan wisata adalah perjalanan sebagai padanan kata ‘trave’ sehingga wisatawan adalah ‘traveler’, orang yang melakukan perjalanan.

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar dan angkutan wisata.

Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat tentang pengertian pariwisata, diantaranya Hunziker dan Kraff menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha

mencari kerja penuh19. Sejalan dengan ahli tersebut, Spillane mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu20. Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata.

Pariwisata menurut Prof. Salah Wahab memandangnya sebagai suatu kegiatan kemanusiaan berupa hubungan antar orang dari Negara yang sama atau antar Negara atau hanya dari daerah geografis yang terbatas. Di dalamnya termasuk tinggal untuk sementara waktu di daerah lain atau kegiatan untuk memperoleh penghasilan, mskipun pada perkembangan selanjutnya batasan “memperoleh penghasilan” menjadi kabur21. Selanjutnya menurut Hans Buchli, mendefinisikan bahwa pariwisata adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut22. Lain halnya menurut E Guyer Freuler, Pariwisata adalah

19

Nyoman S. Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata. PT.Pradya Pratama.Jakarta, hal. 38

20

J James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius.

Yogyakarta, hal. 21

21

Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB, hal. 6

merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan23.

Dari berbagai macam definisi tentang pariwisata dapat di jelaskan bahwa pariwisata tersebut adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau memperoleh penghasilan tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi.

4.1.3.2 Jenis Pariwisata

Berdasarkan keterlibatan wisatawan dalam berwisata, terdapat dua macam wisatawan, yaitu :

1. Wisatawan aktif, mereka yang terlibat atau melibatkan diri secara fisik atau ikut serta atau bersentuhan langsung dengan kegiatan pariwisata, menjadi pelaku, misalnya pada wisata petualangan, kegiatan wisatawan ini menghasilkan pariwisata aktif.

2. Wisatawan pasif, mereka yang hanya melihat/menikmati objek dan/atau atraksi pariwisata, mereka hanya terlibat secara emosional, misalnya menonton pertandingan olahraga sehingga pariwisata yang dihasilkannya adalah pariwisata pasif.

23

Okta A.Yoeti. 1982. Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita, hal. 105

Batasan pariwisata sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi :

a. Wisata Agro

Dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata batu yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau di sungai.

b. Wisata Belanja

Dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Bandung dengan pusat Jeans.

c. Wisata Budaya

Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya mudik lebaran setahun sekali, atau pariwisata budaya yang digelar pada saat-saat tertentu.

d. Upacara Iklim

Bagi Negara yang beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu panas sinar matahari.

e. Wisata Karya

Kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya tinjauan atau inspeksi daerah, segi lapangan.

f. Wisata Kesehatan

Berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat untuk berobat sekalian melakukan kunjungan wisata.

g. Wisata Konvensi/seminar

Dilakukan dengan sengaja memilih salah satu DTW sebagai tempat penyelenggaraan seminar yang dikaitkan dengan uapaya pengembangan DTW.

h. Wisata Niaga

Berkaitan dengan kepentingan perniagaan/perdagangan. Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana.

i. Wisata Olahraga

Yakni mengunjungi pariwisata penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional. Para wisatawan adalah para olahragwan, penonton dan semua yang terlibat dalam pariwisata olahraga.

j. Wisata Pelancong

Dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan. Biasanya mencari atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki suasana khas yang diinginkannya.

k. Wisata Petualangan

Dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan di alam terbuka dengan berbagai atraksi manantang dan kadang mengandung resiko. Terbang layang, arung jeram dan panjat tebing.

l. Wisata Ziarah

Wisata yang dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu.

m. Darmawisata

Perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi.

n. Widiawisata

Perjalanan keluar daerah atau kampung dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam atau budaya.

Ragam kegiatan pariwisata tersebut menempati ruang ruang wilayah di suatu DTW yang seharusnya terkoordinasi dalam satu kebijakan kepariwisataan nasional maupun dala tata ruang wilayah suatu daerah24.

4.1.3.3 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadikan maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjuntan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon

terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, didalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang baik menjadi tindakan yang mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, sehingga sasaran yang akan dituju sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan disini mengandung pengertian perbuatan mengembangkan pariwisata agar dapat meningkatkan Ekonomi Kreatif masyarakat lokal di Kota Bukittinggi.

Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Menurut Marpaung, Pengembangan kepariwisataan dilandaskan atas usaha-usaha sebagai berikut25 :

1. Memelihara dan membina keindahan alam dan kekayaan serta kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan. 2. Menyediakan dan membina fasilitas-fasilitas transportasi, akomodasi,

entertainment, dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan termasuk pendidikan pegawai.

3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam dan di luar negeri.

4. Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur-unsur yang menghambatnya.

5. Mengerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan sebagai sarana utama guna memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan.

25

Proses pengembangan pariwisata memerlukan waktu yang cukup panjang dan langkah-langkah yang berkesinambungan. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama yang baik oleh semua pihak. Dalam hal ini, Hadinoto menguraikan bahwa secara umum ada tiga (3) pihak yang saling berkaitan erat, yaitu26 :

1. Pihak Penyedia Jasa Wisata Langsung, meliputi usaha yang menyangkut perjalanan seperti penerbangan, hotel, transportasi darat lokal, bus perjalanan, restoran dan toko eceran. Usaha-usaha ini memberikan layanan aktivitas, dan produk yang dibeli atau dikonsumsi langsung oleh orang-orang yang melakukan perjalanan.

2. Pihak Usaha Pendukung Wisata, meliputi tour organizer, travel and trade publication, hotel management firm dan travel research firm. 3. Organisasi Pengembangan Wisata, meliputi konsultan perencanaan,

badan pemerintah,. lembaga finansial, developer properti, lembaga latihan dan pendidikan.

4.1.3.4 Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Menurut Hadinoto, adapun tujuan dari pengembangan objek wisata ialah27 :

1. Tujuan Internasional :

a. Penerimaan devisa yang meningkat.

b. Pengembangan ekonomi yang lebih banyak memberi kesempatan kerja.

26

Kusadianto Hadinoto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwiata. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 26

c. Pendapatan nasional meningkat, lebih banyak peneriman pajak, perluasaan prasarana.

d. Pendapat umum di luar negeri menguntungkan dan peningkatan pengertian di negara-negara lain mengenai kebijaksanaan Indonesia.

e. Apresiasi meningkat di luar negeri mengenai hasil dan kontribusi budaya Indonesia

2. Tujuan Dalam Negeri :

a. Persatuan dan kesatuan identitas Nasional Indonesia. b. Pengertian umum dan kewajiban penduduk.

c. Kesehatan dan kesejahteraan umum.

d. Pertumbuhan ekonomi dan redristribusi pendapatan yang seimbang.

e. Perhatian umum terhadap lingkungan. f. Pelestarian tradisi/adat istiadat daerah.

g. Perlindungan dari hak perseorangan untuk berlibur. 4.1.3.5 Manfaat Perencanaan Pengembangan Objek Wisata

Adapun yang menjadi manfaat perencanaan pengembangan objek wisata adalah sebagai berikut :

1. Dengan perencanaan, maka dapat menghasilkan program sesuai dengan kebutuhan, tuntutan dan karakteristik daerah dengan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan, sehingga dalam rangka pengembangan objek wisata disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan terbatas jumlahnya.

2. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi pengusaha, secara khusus yang terlibat dalam bidang kepariwisataan dimana mereka dapat melihat iklim yang sesuai dengan perkembangan usahanya dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi masyarakat umum, terutama masyarakat disekitar objek wisata, dimana mereka dapat memahami akan arti pentingnya pengembangan objek wisata, sehingga masyrakat tidak menjadi penghambat28.

4.1.3.6 Aspek-Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Objek Wisata

Dalam rangka usaha pengembangan pengembangan objek wisata aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Tidak merugikan kebudayaan masyarakat serta perkembangannya. 2. Pengamanan benda-benda peninggalan bersejarah serta flora dan fauna

yang dilindungi di dalam margasatwa terhadap bahaya kepunahan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi

peningkatan daya tarik objek wisata dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata.

4. Mendapatkan kebijakan-kebijakan yang menciptakan iklim dan kondisi yang sehat guna memperlancar kegiatan kepariwisataan29.

Dokumen terkait