• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

4.4 Matrik SWOT dan Identifikasi Isu

Matriks SWOT digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi strategi apa yang akan diambil kedepannya dengan menggabungkan analisis dari faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang pada akhirnya strategi tersebut dapat dipergunakan oleh organisasi untuk pengembangan organisasi dan bahkan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.

Berdasarkan analisis terhadap fakta yang ada dan berdasarkan asumsi yang dibangun dari kerangka berfikir strategis, maka dapat ditemukan strategi-strategi yang dapat di gunakan dimasa yang akan datang dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.

Tabel dibawah ini akan menampilkan hasil dari teknik analisis SWOT yang dianalisis berdasarkan lingkungan internal yakni berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal yakni berupa peluang dan ancaman dalam pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.

Tabel 5.1

Matriks SWOT Pengelolaan Destinasi Pariwisata Kota Bukittinggi Kekuatan (S)

1. Destinasi pariwisata Kota Bukittinggi memiliki udara yang sejuk dan segar serta ditumbuhi oleh pepohonan dan bunga-bunga yang indah sehingga memberikan kesan kenyamanan bagi para pengunjung.

2. Terdapat berbagai macam jenis destinasi pariwisata yang ditawarkan oleh Kota Bukittinggi, mulai dari wisata alam, wisata kreasi, wisata budaya dan wisata kuliner khas Kota Bukittinggi.

3. Setiap destinasi memiliki jarak yang relatif dekat atau mudah di akses dengan berjalan kaki, sehingga memudahkan para wisatawan untuk mengunjungi semua destinasi yang ada di Kota Bukittinggi.

4. Terdapat strategi pengelolaan yang dilakukan oleh setiap bidang pada Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi untuk meningkatkan kenyamanan dan daya tarik pengunjung dalam menikmati destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yaitu menfokuskan pada unsur sejarah dan budaya pada setiap destinasi.

5. Memiliki satu-satunya kebun binatang di tengah kota yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain.

6. Akses yang mudah menuju kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra Barat.

7. Terdapat kerjasama dalam pengelolaan dengan mitra kerja pariwisata seperti PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-sanggar kesenian di Kota Bukittinggi.

Kelemahan (w)

1. Sarana dan Prasarana objek wisata yang belum memadai serta pengelolaan objek wisata yang belum optimal, seperti masih banyaknya toilet umum yang rusak dan kurangnya kebersihan, lahan parkir yang minim sehingga mengakibatkan kesemrautan lalulintas di Kota Bukittinggi dan kurang memadainya tempat duduk bagi pengunjung untuk menikmati destinasi pariwisata bersama keluarga.

2. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

3. Tidak mencukupinya anggaran sehingga kegiatan pengelolaan destinasi pariwisata tidak bisa dilaksanakan secara penuh (100%). 4. Pedagang kaki lima yang berjualan

di sekitar destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yang belum tertata secara rapi sehingga mengurangi keindahan destinasi pariwisata dan kenyamanan para pengunjung.

5. Tingkat kebersihan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi yang jauh dari harapan, sehingga harus mendapat perhatian terutama bagi para pengunjung yang tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan yang masih rendah.

Peluang (O)

1. Munculnya Undang-Undang no 32 tahun 2004 yaitu tetang kewenangan daerah mengurus daerahnya sendiri termasuk kedalamnya pengelolaan objek wisata daerahnya masing-masing. 2. Letak Kota Bukittinggi yang

strategis, sehingga mudah menuju

Strategi (ST) Strategi yang dibuat untuk menggunakan kekuatan untuk

menangkap peluang

1. Mempertahankan keadaan alam yang indah, udara yang sejuk dan segar dengan melakukan kerjasama dalam pengelolaan destinasi pariwisata dengan stakeholder yang

Strategi (WO)

Strategi dibuat untuk meminimalisir kelemahan dalam mengambil

peluang yang ada

1. Meningkatkan pengelolaan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana destinasi pariwisata karena Kota Bukittinggi memiliki letak yang strategis sehingga pengunjung yang

kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra Barat. Bila menggunakan jalur darat, wisatawan dapat menggunakan jalan lintas Sumatra yang membentang dari Propinsi Lampung hingga Nangroe Aceh Darussalam. Sedang, bagi wisatawan yang menggunakan jalur udara, wisatawan dapat menggunakan titik pemberhentian di Kota Padang untuk selanjutnya menempuh jalur Darat. Sedangkan untuk mengunjungi berbagai objek wisata di Kota Bukittinggi wisatawan dapat menggunakan berbagai moda angkutan umum yang tersedia merata di Kota Bukittinggi. 3. Adanya dukungan dari berbagai

stakeholder untuk pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan 4. Adanya peraturan per

Undang-Undangan tentang kepariwisataan dalam meningkatkan pendapatan daerah Kota Bukittinggi.

5. Dapat meningkatkan perekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar destinasi pariwisata Kota Bukittinggi.

ada di Kota Bukittinggi.

2. Meningkatkan kualitas pengelolaan setiap destinasi pariwisata yang ditawarkan Kota Bukittinggi dengan memanfaatkan letak Kota Bukittinggi yang strategis.

3. Melaksanakan strategi pengelolaan yang telah di bentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal.

4. Jarak setiap destinasi yang relatif dekat dapat memudahkan pedagang menjual barang dagangannya ke berbagai destinasi sehingga dapat meningkatkan pendapat.

5. Dengan adanya kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dengan mitra kerja pariwisata akan dapat meningkatkan perekonomian.

semakin hari semakin bertambah akan merasa nyaman dan mudah mengakses setiap destinasi yang ada.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola destinasi pariwisata dengan pelatihan dan pembinaan dengan melibatkan dukungan dari berbagai stakeholder.

3. Dengan dukungan dari berbagai stakeholder maka bisa mengoptimalkan anggaran pengelolaan destinasi pariwisata.

4. Menata ulang tempat berjualan pedagang berdasarkan undang-undang maupun peraturan pemerintah tentang perizinan dan tata letak kawasan perdagangan dalam rangka menghasilkan destinasi pariwisata yang tertata rapi dan indah.

Ancaman (T)

1. Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi pada tahun 2013 yang sehingga mempengaruhi tingkat keamanan pengunjung di Kota bukittinggi.

2. Objek wisata yang ada di Kabupaten / Kota tetangga seperti Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Agam.

3. Pola pikir masyarakat Kota Bukittinggi yang masih berpegang teguh pada nilai-nilai agama serta adat minangkabau yang ketat.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian dan pengelolaan destinasi pariwisata. 5. Kurangnya ketertiban pedagang

yang berjualan di sekitar destinasi Kota Bukittinggi sehingga mengurangi keindahan.

Strategi (ST)

Strategi yang dihasilkan akan menciptakan suatu kekuatan untuk menghindari ancaman yang dihadapi

1. Menonjolkan keunikan destinasi pariwisata yang ada dalam menghadapi persaingan dengan objek wisatadi kabupaten atau kota lain.

2. Memberikan jaminan kemanan dan kenyamanan kepada wisatawan dengan jalan kerjasama dengan PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-sanggar kesenian yang ada di Kota Bukittinggi.

3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata.

4. Mengikutsertakan pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar destinasi ke dalam organisasi bina usaha sehingga para pedagang bisa terorganisir dan tertata dalam berjualan.

Strategi (WT)

Strategi yang dihasilkan bertujuan untuk meminimalkan kelemahan

dengan menghindari ancaman-ancaman yang dihadapi

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di dalam pengelolaan destinasi pariwisata untuk dapat bersaing dengan destinasi wisata daerah lain.

2. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan

destinasi pariwisata dengan memperhatikan kebersihan demi menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan.

3. Menata ulang lokasi berjualan para pedagang baik pedagang skala besar maupun skala kecil sehingga bisa meminimalisisr kesemrautan kota kususnya destinasi pariwisata.

Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis matriks SWOT maka diperoleh isu-isu strategis yang berasal dari kombinasi antara faktor internal dan eksternal dari organisasi. Adapun isu-isu strategis ini merupakan kondisi yang harus diperhatikan kedepannya sebagai langkah untuk pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittnggi. Adapun isu strategis yang ditemukan dari hasil analisis dengan mengunakan Matrik SWOT adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan keadaan alam yang indah, udara yang sejuk dan segar dengan melakukan kerjasama dalam pengelolaan destinasi pariwisata dengan stakeholder yang ada di Kota Bukittinggi.

2. Meningkatkan kualitas pengelolaan setiap destinasi pariwisata yang ditawarkan Kota Bukittinggi dengan memanfaatkan letak Kota Bukittinggi yang strategis. 3. Melaksanakan strategi pengelolaan yang telah di bentuk berdasarkan peraturan

perundang-undangan sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal.

4. Jarak setiap destinasi yang relatif dekat dapat memudahkan pedagang menjual barang dagangannya ke berbagai destinasi sehingga dapat meningkatkan pendapat.

5. Dengan adanya kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi dengan mitra kerja pariwisata akan dapat meningkatkan perekonomian.

6. Meningkatkan pengelolaan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana destinasi pariwisata karena Kota Bukittinggi memiliki letak yang strategis sehingga pengunjung yang semakin hari semakin bertambah akan merasa nyaman dan mudah mengakses setiap destinasi yang ada.

7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola destinasi pariwisata dengan pelatihan dan pembinaan dengan melibatkan dukungan dari berbagai stakeholder.

8. Dengan dukungan dari berbagai stakeholder maka bisa mengoptimalkan anggaran pengelolaan destinasi pariwisata.

9. Menata ulang tempat berjualan pedagang berdasarkan undang-undang maupun peraturan pemerintah tentang perizinan dan tata letak kawasan perdagangan dalam rangka menghasilkan destinasi pariwisata yang tertata rapi dan indah. 10. Menonjolkan keunikan destinasi pariwisata yang ada dalam menghadapi

persaingan dengan objek wisatadi kabupaten atau kota lain.

11. Memberikan jaminan kemanan dan kenyamanan kepada wisatawan dengan jalan kerjasama dengan PHRI, ASITA, HPI, Dewan Kesenian dan sanggar-sanggar kesenian yang ada di Kota Bukittinggi.

12. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata.

13. Mengikutsertakan pedagang-pedagang yang berjualan di sekitar destinasi ke dalam organisasi bina usaha sehingga para pedagang bisa terorganisir dan tertata dalam berjualan.

14. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di dalam pengelolaan destinasi pariwisata untuk dapat bersaing dengan destinasi wisata daerah lain. 15. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan destinasi pariwisata

dengan memperhatikan kebersihan demi menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan.

16. Menata ulang lokasi berjualan para pedagang baik pedagang skala besar maupun skala kecil sehingga bisa meminimalisisr kesemrautan kota kususnya destinasi pariwisata.

Dokumen terkait