• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

LANDASAN TEORI

F. Analisis Tambahan

Faktor usia

Berdasarkan deskripsi data subjek di atas, diketahui bahwa rentang umur subjek penelitian berada diantara 25-50 tahun keatas. Peneliti akan mencoba melihat rentang umur mana yang memiliki kesejahteraan psikolgis yang tinggi. Peneliti membagi menjadi 2 kategori rentang usia yaitu dewasa awal (20 tahun sampai 35 tahun) dan dewasa tengah (35 tahun keatas sampai 50 tahun keatas) Berikut ini akan digambarkan deskripsi terkait usia.

Tabel

Mean teoritik dan mean empirik

dewasa awal dan dewasa tengah

Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean teoritik dan mean empiris antara dewasa awal dan dewasa tengah memiliki perbedaan ( mean dewasa awal= 200,82 , mean dewasa tengah 210,46 mean teoritik 172,5).

Tabel 21 uji one sampel t test One-Sample Test

Test Value = 172.5

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

dewasaawal 9,397 43 ,000 28,318 22,24 34,40

dewasatengah 17,173 40 ,000 37,963 33,50 42,43

Dari data di atas diketahui bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (P>0,05). Santoso (2010) menyebutkan bahwa jika p lebih besar daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang kita miliki tidak berbeda secara signifikan dengan data virtual yang normal, berarti kita memiliki sebaran data yang normal juga. perbedaan mean antara dewasa awal dengan dewasa akhir. Hal ini

Faktor usia

Teoritik Empiris

mean x min x max mean x min x max

Dewasa awal

172,5 69 276

200,82 147 239

mengindikasikan bahwa faktor usia pada dewasa awal dan tengah cenderung positif terhadap kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kategori umur dewasa tengah memiliki kecenderung yang tinggi dalam kesejehateraan psikologis. Hal itu sesuai dengan pendapat dari ryff (2014) perkembangan kesejahteraan psikologis terus berkembang seiring pertambahan usia

a. Faktor jenis kelamin

Berdasarkan data demografis subjek yang peneliti berusaha untuk melihat subjek jenis kelamin apa yang memiliki kesejahteraan psikologis apa yang paling tinggi. Berikut tabel mean teoritik dan mean empirik data berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 22 mean teoritik dan mean empirik

Dari tabel diatas di ketahui bahwa mean empirik pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari mean teoritik , sedangkan pada laki-laki mean teoritiknya lebih tinggi daripada mean empiriknya. Maka dari

Faktor usia

Teoritik Empiris

mean x min x max mean x min x max

Perempuan

172,5 69 276

175,71 157 215

itu dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik daripada laki-laki. Terkait dengan adanya perbedaan tersebut maka peneiliti pun menggunakan uji independent t test untuk melihat seberpa besar signifikansi perbedaannya. Berikut tabel uji independent t test.

Tabel 23 hasil anilisis Kesejahteraan psikologis berdasarakan jenis kelamin

Jenis kelamin Mean Perbedaan rerata

Nilai t Sig. Keterangan

Laki-laki 175,71 8,816 2,538 0,013

P<0,05 signifikan Perempuan 166,89 8,816 2,390 0,020

Dari data tabel di atas di ketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan yang cukup signifikan hal ini sesuai dengan penelitian yang di kemukan Ryff (2006) dimana perempuan memiliki kecenderungan kesejahteraan psikologis yang lebih baik daripada laki-laki.

b. Faktor lama mengajar.

Berdasarkan data demografis subjek diketahui lama mengajar yang ada pada subjek bervariasi. Namun untuk mengetahui subjek mana yang memiliki kesejahteraan psikologis yang cukup tinggi terlihat pada subjek sessuai dengan lama mengajar nya. Maka dari itu peneliti membagi 3 kategori sesuai dengan lama mengajarnya. Pembagian

tersebut di mulai dari awal (1-5 tahun) tengah (5-10 tahun) akhir (10 tahun keatas). Dari hasil penelitian terkait dengan lama mengajar di ketauhi terdapat perbedaan, subjek yang mengajar pada kategori awal cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang cukup rendah, sedang kan subjek yang mengajar pada fase tengah cukup baik, dan subjek yang mengajar pada fase akhir memiliki kesejahteraan psikologis cukup tinggi. Berdasarakan uji anova didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara guru honor yang mengajar di fase awal, tengah, dan akhir. Hasilnya guru honor yang mengajar pada fase akhir memiliki kecnederungan kesejahteraan psikologis yang tinggi daripada guru honor yang mengajar pada fase tengah dan awal. Berikut tabel statistik nya.

Tabel 25 hasil analisis kesejahteraan psikologis berdasarkan masa mengajar

Masa kerja

N Rerata Homogenitas Anova Pebedaan rerata Ket Awal 38 168 F=0,701 P= 0,477 P>0,05 dan F mendekati 1 = data homogen dan dari satu varian yang sama F= 3,163 P= 0,047 P<0,05 ada perbedaan -3,963 -11,100 Awal-tengah Awal-akhir Tengah 27 171,96 3,963 -7,137 Tengah – awal Tengah – akhir Akhir 20 179,10 7,137 11,100 Akhir tengah Akhir- awal

c. Guru honor SD dan Guru Honor SMP

Berikut ini akan di sajikan berupa anailis tentang perbedaan kesejahteraan psikologis guru honor yang mengajar pada jenjang SD dan guru honor yang mengajar pada jenjang SMP. Diketahui bahwa jumlah guru honor SD sebanyak 45 subjek, dan guru honor SMP sebanyak 40 subjek. Peneliti ingin melihat perbedaan kesejahteraan psikologis pada guru jenjnag pendidikan apa yang memiliki kecenderungan lebih baik.

Berdasarkan uji independent t test yang telah di lakukan untuk meilhat perbedaan kesejahteraan psikologis antara guru honor SD dan SMP. Didapatkan hasil bahwa ada perbedaan secara signifikan antara guru SD dan SMP hal tersebut terlihat dari nilai P < 0,05. Rerata dari guru honor sd cenderung tinggi yaitu 176,96 daripada guru honor SMP yaitu 166,96. Akan tetapi berdasarkan sebaran data dari subjek bukan berasal dari data yang homogen, hal ini terlihat dari levene’s test for equality of variance nya tidak signifikan yaitu 0,237 = P<0,5. Berikut tabel hasil uji independent t test dan levene’s test .

Tabel 25 Hasil analisis berdasarkan Mengajar di tingkat pendidikan

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper guruhonor Equal variances assumed 1,136 ,290 3,011 83 ,003 10,239 3,401 3,475 17,003 Equal variances not assumed 2,963 72,455 ,004 10,239 3,455 3,352 17,126

d. Faktor status pernikahan

Berdasarkan data demografis berdasarkan status pernikahan di ketahui subjek memiliki 2 kategori yaitu sudah menikah dan belum menikah, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana terkait status pernikahan yang ada pada subjek.

Berdasarkan hasil analisis terkait dengan status pernikahan diketahui bahwa ada perbedaan secara signifikan antara subjek yang sudah menikah dengan subjek yang belum menikah. Hal ini terlihat

dari nilai signifikansinya P < 0,05. Selain itu pada sebaran data yang ada berdasarkan hasil uji levene’s test diketahui bahwa subjek berasal dari sebaran data yang homogen karena hasil P< 0,5.

Tabel 26 Hasil analisis berdasarkan status pernikahan

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Status pernikahan Equal variances assumed 10,943 ,001 3,073 82 ,003 11,276 3,669 3,977 18,575 Equal variances not assumed 2,512 32,404 ,017 11,276 4,489 2,137 20,415 G.Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tentang kesejahteraan psikologis guru honor SD dan SMP di Kota Wates. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan kesejahteraan psikologis guru honor memiliki kecenderung tinggi, hal tersebut dilihat

dari nilai rata-rata empiris yang lebih besar dari rata-rata teoritik (205>172,5). Hal ini juga di dukung oleh berdasarkan hasil analisis deskriptif tiap dimensi yang ada pada kesejahteraan psikologis yang ada pada guru honor juga mendapatkan hasil mean empirik yang cukup tinggi.

Dimensi yang paling menonjol dari dimensi yang lain adalah dimensi pertumbuhan diri. Dimensi pertumbuhan diri ini mencoba memgambarkan tentang kemampuan individu yang memiliki kesedaran diri untuk terus berkembang serta terbuka terhadap potensi hal-hal baru yang ada dalam dirinya. Berdasarkan informasi dari beberapa orang tua murid bahwa guru yang mengajar anak mereka sudah cukup memiliki potensi, karena guru cukup komunikatif dan mau terbuka dengan pihak orang tua tentang system pembelajaran. Keterbukaan serta komunikatifnya guru honor cukup penting guna mengembangkan system pembelajaran yang mereka miliki. Sejalan dengan hal tersebut Supriadie (2012) menyatakan bahwa keahlian berkomunikasi bukan hanya penting untuk mengajar , tetapi juga untuk berinteraksi dengan orang tua murid. Pendapat dan informasi yang ada hal tersebut menjadi salah satu pendorong dimensi ini cenderung menonjol.

Dimensi lain yang cukup menonjol dalam penelitian ini adalah dimensi penguasaan lingkungan. Pada dimensi ini menjelaskan akan kemampuan seorang individu dalam mengkontrol kegiatan dirinya dan mampu memberikan peluang yang efektif untuk menguasai dan

mengelola kondisi lingkungan sekitarnya dengan baik. Berdasarkan informasi subjek untuk mengisi kekurangan dari jam mengajar yang harus ditempuh beberapa subjek pun mengajar di tempat yang berbeda, dan hal itu cukup membuat mereka kelelahan tetapi cukup menyenangkan karena mereka dapat bertemu dengan siswa yang bermacam-macam. Cruicshank,Jenkins,dan Metcalf (2014) menjelaskan bahwa guru yang cekatan dan memusatkan diri pada belajar adalah sosok yang menekankan dan memusatkan aktivitas kelas pada tugas-tugas yang cenderung membantu siswa dalam belajar, ia mampu mengarahkan perilakunya sendiri dan perilaku para siswanya pada kesuksesan dan pencapaian pada efiseensi hasil belajar yang jelas. Kemampuan yang ada pada guru tersebut lah yang menjadi factor dimensi penguasaan lingkungan cenderung cukup tinggi.

Dimensi lain yang cukup tinggi adalah dimensi penerimaan diri. Pada dimensi ini mengambarkan tentang individu yang memiliki kemampuan untuk menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya. Berdasarkan informasi dari beberapa orang tua murid dan guru honor, bahwa dalam beberapa waktu guru cukup menerima masukan serta pendapat tentang cara pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan, hal ini terkait dengan bagaimana siswa memahami pelajaran-pelajaran yang di ajarkan, karena ketika siswa kurang memahami subjek akan berusaha untuk menjelaskan dan mengajar dengan sebaik mungkin. Menurut Valli dalam

Cruicshank,Jenkins,dan Metcalf (2014) mendeskripsikan guru yang reflektif sebagai mereka yang memiliki kemampuan melihat kembali kebelakang pada pengajaran dan pembelajaran didalam kelas mereka, membuat penilaian dan mengubah perilaku pengajaran mereka sebagai hasilnya.Hal ini menjadi factor pendorong yang membuat dimensi ini cukup tinggi.

Dimensi yang juga cukup tinggi adalah dimensi relasi positif pada orang lain. Pada dimensi ini mengambarkan tentang seorang individu yang memiliki kehanggatan, kedekatan, dan kepercayaan terhadap orang lain yang ada di sekitarnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa murid diketahui bahwa beberapa guru yang ada di sekolah mereka memiliki kedekatan dengan murid-murid yang lain, dan selalu berusaha untuk membantu mereka ketika menemukan kesulitan dalam pelajaran. Sesuai dengan pendapat dari suyanto & Djihad (2012) untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru pun memberikan bimbingan kepada siswa dengan berupaya untuk memahami kesulitan belajar yang dialami siswa beserta latarbelakangnya, sekaligus memberikan bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan serta kewenagannya. Kedekatan serta perasaan ingin membantu dalam mengembangkan siswa didiknya yang menjadi salah satu faktor yang membuat dimensi ini juga cenderung cukup tinggi.

Dimensi yang lain yang lebih menonjol dari dimensi tujuan hidup adalah dimensi otonomi. Pada dimensi otonomi mengambarkan bagaimana kemampuan seseorang untuk mengatasi tekanan yana ada pada dirinya dan kemampuan individu dalam membuat keputusan tanpa pengaruh dari tekanan yang ada di sekitarnya. Berdasarkan informasi dari subjek ketika mereka memberikan evaluasi terkait pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, berdasarkan hasil pembelajaran siswa itu sendiri dan obejctivitas, tanpa pengaruh dari orangtua maupun pihak sekolah. Sependapat dengan subjek di atas mulyasa (2007) menuturkan hal penting untuk diperhatikan adalah penilaian dilakukan secara adil, karena penilaian yang adil dilakukan secara menyeluruh, memiliki kriteria, menggunakan instrument yang tepat, dilakukan dalam kondisi yang tepat, dan tidak terpengaruh oleh factor keakraban, sehingga mampu menunjukan prestasi atau hasil sebagaimana adanya. Informasi dan pendapat tersebut menjadi factor pendorong yang membuat dimensi otonomi ini cukup menonjol dari dimensi tujuan hidup.

Kesejahteraan psikologis yang cenderung rendah dari dimensi-dimensi yang lain adalah dimensi-dimensi tujuan hidup. Pada dimensi-dimensi ini menekankan tentang seseorang individu yang memiliki perasaan terarah, dan mampu memaknai arti hidup ini. Selain itu individu juga mampu memberikan tujuan dan membuat target-target dalam kehidupan. Berdasarkan informasi yang di dapatkan terkait dengan

target-target dalam yang ingin di capai dalam hal mengajar. Subjek menyebutkan bahwa dalam mengajar mereka cenderung untuk lebih menerapkan target keberhasilan anak didik mereka dalam menempuh ujian maupun memahami mata pelajaran yang ada. Selain itu, terkait dengan pemaknaan status perkerjaan mereka yang menjadi guru, subjek menjawab bahwa menjadi guru adalah pilihan dirinya, pilihan tersebut hadir karena subjek senang untuk mengajar dan mendidik anak anak, karena hal itu terlihat menyenangkan. Kebahagian atau kesenangan.

Selain itu peneliti juga melakukan ananlisis terkait dengan faktor demografis yang ada pada subjek penellitian . peneliti melakukan analisis terkait dengan ; usia, jenis kelamin, lama mengajar, status pernikahan, dan guru yang mengajar pada tingkatan SD dan SMP.

Berdasarkan anallisis terkait usia pada subjek diketahui bahwa dewasa tengah memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi. Hal itu terlihat dari hasil uji indpendent t test dimana pada dewasa awal dan dewasa tengah ada perbedaan secara signifikan. Sesuai dengan yang di kemukakan oleh Ryff (2014) bahwa kesejahteraan psikologis pada dewasa tengah dan akhir memiliki kecnderungan yang lebih baik daripada dewasa awal.

Selanjutnya peneliti juga melakukan analisis terkait dengan jenis kelamin yang ada pada subjek. Berdasarkan hasil analisis data yang ada diketahui bahwa pada kesejahteraan psikologis yang di miilki oleh perempuan cenderung labih baik daripada laki-laki. Hal itu sesuai dengan yang dikemukan oleh ryff (1998) dimana kesejahteraan psikologis yang dialami oleh perempuan lebih baik dalam mengatasi tekananan yang ada daripada laki-laki.

Terkait dengan lama mengajar yang di alami oleh subjek . berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa dalam kesejahteraan psikologis yang dialami oleh guru honor terkait dengan lama mengajar , subjek yang lama mengajar pada kategori awal cenderung lebih rendah secara kesejahteraan psikologisnya daripada subjek kategori tengah, sedangkan subjek pada kategori akhir subjek cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang cukup tinggi. Diener (1969) mengemukakan bahwa individu yang memiliki kesejahteraan pribadi yang cukup tinggi dipengaruhi oleh status bekerja, dan pekerjaan yang telah dilalui. Hal ini sesuai dengan ryff (2014) bahwa kesejahteraan psikologis berdampak baik ketika individu dipengaruhi oleh pengalaman serta pembelajaran yang didapatkan dalam kegiatannya sehari-hari.

Berikutnya terkait dengan status pernikahan yang dialami subjek. Didapatkan bahwa status subjek yang sudah menikah memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung baik daripada subjek yang belum menikah. Seperti yang di kemukakan oleh ryff (1998) bahwa individu yang telah menikah memiliki kecenderung kesejahteraan psikologis yang lebih baik karena dipengaruhi oleh tujuan hidup serta pertumbuhan diri yang ada dalam diri individu.

Terakhir terkait dengan status mengajar pada tingkat pendidikan yang dilakukan . subjek yang mengajar pada jenjang SD lebih tinggi kesejahteraan psikologisnya daripada subjek yang mengajar pada jenjang SMP. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik mengajar yang berbeda pada subjek yang mengajar pada tingkatan pendidikan yang ada. Karena dalam mengajar pada tingkat satuan pendidikan guru honor penting untuk mengetahui karakteristik peserta didik surya (2012).

78 BAB V

Dokumen terkait