KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONOR SD DAN SMP DI KOTA WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRAK
Kesejahteraan psikologis terdiri dari enam dimensi yaitu ; otonomi, tujuan hidup, penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta mengidentifikasi kesejahteraan psikologis pada guru honor SD dan SMP yang mengajar di Kota Wates (N=85). Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan sistem try out tidak terpakai. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan metode statistik deskriptif dan dihitung pada tiap dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi (µe = 205> µt = 172,5). Sedangkan untuk uji t per dimensi diperoleh rata-rata empiriknya dimensi pertumbuhan diri 40,1 (test value= 32,5), dimensi penguasaan lingkungan 37,4 (test value = 32,5), dimensi relasi positif dengan orang lain 32,9 (test value = 27,5), dimensi penerimaan diri 34,4 (test value = 27,5), dimensi otonomi 30,5 (test value = 27,5) dan dimensi tujuan hidup 29,6 (test value = 25).
PSYCHOLOGICAL WELLBEING IN TEACHERS HONORS AT ELEMENTARY AND JUNIOR HIGH SCHOOLS IN THE CITY OF
WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRACT
Psychological well being consist of six dimension; autonomy, purpose life, self acceptance, positive relationship with others, environment mastery, and personal growth. This research aimed to describe and identify the psychological well-being in teachers honor elementary and junior high school in Wates city (N = 85). This research in a survey descriptive quantitative with the system try out unused. The data obtained and analyzed with descriptive statistical methods and counted of each dimension in psychological wellbeing. The results showed that overall subject has psychological wellbeing tends to be high (µe = 205 > µt = 172,5). As for the t-test each of the dimensions obtained results of following the mean empirical is ; dimensions of personal growth 40.1 (test value = 32.5), dimensions of environmental mastery 37.4 (test value = 32.5), dimensions positive relationship with others 32.9 (test value = 27.5), dimensions of self-acceptance 34.4 (test value = 27.5), dimensions of autonomy 30.5 (test value = 27.5) and dimensions purpose of life 29.6 (test value = 25).
i
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONOR SD DAN SMP DI KOTA WATES
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar sarjana psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Hariyono Teguh Saputro
NIM: 099114034
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANTA DHARMA
YOGYAKARTA
viii
Kalah atau menang bukan dilihat dari apa hasil
yang di dapatkan
Tetapi dari apa yang kita perjuangkan dan
seberapa keras perjuangan
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONOR SD DAN SMP DI KOTA WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRAK
Kesejahteraan psikologis terdiri dari enam dimensi yaitu ; otonomi, tujuan hidup, penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta mengidentifikasi kesejahteraan psikologis pada guru honor SD dan SMP yang mengajar di Kota Wates (N=85). Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan sistem try out tidak terpakai. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan metode statistik deskriptif dan dihitung pada tiap dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi (µe = 205> µt = 172,5). Sedangkan untuk uji t per dimensi diperoleh rata-rata empiriknya dimensi pertumbuhan diri 40,1 (test value= 32,5), dimensi penguasaan lingkungan 37,4 (test value = 32,5), dimensi relasi positif dengan orang lain 32,9 (test value = 27,5), dimensi penerimaan diri 34,4 (test value = 27,5), dimensi otonomi 30,5 (test value = 27,5) dan dimensi tujuan hidup 29,6 (test value = 25).
PSYCHOLOGICAL WELLBEING IN TEACHERS HONORS AT ELEMENTARY AND JUNIOR HIGH SCHOOLS IN THE CITY OF
WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRACT
Psychological well being consist of six dimension; autonomy, purpose life, self acceptance, positive relationship with others, environment mastery, and personal growth. This research aimed to describe and identify the psychological well-being in teachers honor elementary and junior high school in Wates city (N = 85). This research in a survey descriptive quantitative with the system try out unused. The data obtained and analyzed with descriptive statistical methods and counted of each dimension in psychological wellbeing. The results showed that overall subject has psychological wellbeing tends to be high (µe = 205 > µt = 172,5). As for the t-test each of the dimensions obtained results of following the mean empirical is ; dimensions of personal growth 40.1 (test value = 32.5), dimensions of environmental mastery 37.4 (test value = 32.5), dimensions positive relationship with others 32.9 (test value = 27.5), dimensions of self-acceptance 34.4 (test value = 27.5), dimensions of autonomy 30.5 (test value = 27.5) and dimensions purpose of life 29.6 (test value = 25).
ix
Karya ini ku persembahkan untuk:
Anak ku tyogo hariyono, istri ku nanda ayu
serta
Bapak, ibu ku di Bekasi papa dan mama ku di madiun
Yang telah memberikan semangat dukungan dan
kasih sayang yang begitu besar.
&
Kepada semua orang yang telah menemani dan
mendukung ku.
&
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kupanjatkan pada Bapa yang ada disurga dan Tuhan Yesus
Kristus, karena atas segala berkah dan kekuatan yang diberikan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dengan judul
“Kesejahteraan Psikologis Guru Honor SD dan SMP di Kota Wates”. Skripsi ini
diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi
sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan pernah
terwujud. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. T Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma serta dosen pembimbing skripsi atas segala
dukungan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam
melakukan penelitian ini.
2. P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma dan selaku pembimbing akademik, terimakasih banyak
atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan pada penulis.
3. M.M Nimas Eki S, S.Psi., Psi, M.Si atas bimbingan dan masukan yang
diberikan pada penulis.
4. Sr Lidwina S.Psi, M.Si atas bimbingan dan masukan yang diberikan pada
xi
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
mengajarkan dan memberikan ilmu pada penulis.
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas
segala bantuan dan pelayanan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Pasifikus Wijaya, S.Psi (Kang Jaya) yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu dan berbagi pikiran dengan
penulis.
8. Indra Hermawan S.Psi yang telah mendukung memberi masukan serta
berbagai pemikiran pada penulis.
9. Yustinus (mas KMK) terima kasih atas masukan serta dukungannya
dalam membantu berbagai pemikiran dengan penulis.
10.Albertus Harimurti, S.Psi (Uchil) yang telah meluangkan banyak waktu,
tenaga, dan pikiran dalam membantu dan berbagi pikiran dengan penulis.
11.Keempat orang tua ku Bapak, Ibu, Papa, dan Mama yang telah bersedia
mendukung dan mendoakan penulis.
12.Untuk Kakak-kakak ku tercinta yang terima kasih atas dukungan dan
semangatnya.
13.Untuk Pak Eddy Priyono S.Th dan Ibu Drs. Sri Rahayu M.Pd yang telah
mendukung dan mendoakan , Terima kasih atas dukungan dan doanya.
14.Teman-teman psikologi angkatan 2009: Yohaness Vitta Dharmaadi,
Yosaphat Putra, Andang Krisna, Terima kasih atas dukungan dan
xii
15.Guru-guru SD dan SMP di Kota Wates yang berpartisipasi dalam
penelitian ini.
16.Untuk Istri dan anak ku Tercinta yang telah sabar dan selalu mendukung
dan mendoakan penulis.
17.Dan untuk semua orang yang telah mendukung dan mendoakan penulis
terima kasih banyak.
Yogyakarta, 22 Juni 2015
Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… iv
ABSTRAK……….. v
ABSTRACT………... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. vii
PERSEMBAHAN……… viii
KATA PENGANTAR………... ix
DAFTAR ISI………. xii
DAFTAR TABEL……….… xv
DAFTAR GRAFIK………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……….... xix
BAB I : PENDAHULUAN………. 1
A.Latar Belakang Masalah……… 1
xiv
C.Tujuan Penelitian……….. 8
D.MANFAAT PENELITIAN……….. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 10
A. Guru Honor……...10
1. Pengertian Guru Honor………... 10
B. Beban Kerja Guru Honor……….. 11
C. Kesejahteraan Psikologis………...….. 13
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis ………. 13
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis………. 14
3. Faktor Kesejahteraan Psikologis………. 15
D. Kerangka Berpikir ……… 18
BAB III : METODE PENELITIAN………. 22
A. Jenis Penelitian ………. 22
B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 22
1. Identifikasi Varibel Penelitian ……… 22
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 22
C. Subjek Penelitian ……….. 25
1. Kriteria Subjek Penelitian ……….. 25
D. Alat Pengambilan Data………. 25
E. Teknik Pengambilan Data………. 29
F. Kredibilitas Alat Ukur………... 29
xv
2. Hasil Uji Coba dan Seleksi Aitem ………. 30
3. Reliabilitas Alat Ukur………. 32
G. Metode Analisis Data………..……….. 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………. 35
A. Pelaksanaan Penelitian……….. 35
B. Deskripsi Subjek Penelitian……….. 35
1. Usia………. 35
2. Jenis Kelamin………. 37
3. Status Pernikahan………... 38
4. Lama Mengajar………... 38
5. Status Mengajar………... 39
6. Pendidikan Terakhir……… 40
7. Penghasilan Tambahan………41
8. Keluarga Yang ditanggung………. 42
C. Uji Normalitas ……….. 43
D. Deskripsi Data Penelitian ………. 44
1. Rata-rata Teoritik dan Rata-rata empiric Kesejahteraan Psikologis... 44
E. Analisis Data………. 46
a. Dimensi Otonomi……….... 46
b. Dimensi Tujuan Hidup……… 49
c. Dimensi Penerimaan Diri……….... 52
d. Dimensi Relasi Positive dengan Orang Lain……….. 54
xvi
f. Dimensi Pertumbuhan Diri………. 60
F. Analisis Data Tambahan………... 63
a. Factor usia ...……….. 63
b. Faktor jenis kelamin ...65
c. Faktor lama mengajar... 66
d. Guru honor sd dan guru honor smp... 68
e. Faktor status pernikahan... 69
G. Pembahasan ……….. 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….. 78
A. Kesimpulan ……….. 78
B. Keterbatasan penelitian... 78
C. Saran ………. 79
1. Untuk Subjek Penelitian………... 79
2. Untuk Peneliti Selanjutnya...……… 79
3. Untuk Pemerintah……… 80
DAFTAR PUSTAKA………... 81
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… iv
ABSTRAK……….. v
ABSTRACT………... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. vii
PERSEMBAHAN……… viii
KATA PENGANTAR………... ix
DAFTAR ISI………. xii
DAFTAR TABEL……….… xv
DAFTAR GRAFIK………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……….... xix
BAB I : PENDAHULUAN………. 1
A.Latar Belakang Masalah……… 1
B.Rumusan Masalah………. 8
D.MANFAAT PENELITIAN……….. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 10
A. Guru Honor……...10
1. Pengertian Guru Honor………... 10
B. Beban Kerja Guru Honor……….. 11
C. Kesejahteraan Psikologis………...….. 13
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis ………. 13
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis………. 14
3. Faktor Kesejahteraan Psikologis………. 15
D. Kerangka Berpikir ……… 18
BAB III : METODE PENELITIAN………. 22
A. Jenis Penelitian ………. 22
B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 22
1. Identifikasi Varibel Penelitian ……… 22
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 22
C. Subjek Penelitian ……….. 25
1. Kriteria Subjek Penelitian ……….. 25
D. Alat Pengambilan Data………. 25
E. Teknik Pengambilan Data………. 29
F. Kredibilitas Alat Ukur………... 29
1. Validitas Alat Ukur ……… 29
3. Reliabilitas Alat Ukur………. 32
G. Metode Analisis Data………..……….. 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………. 35
A. Pelaksanaan Penelitian……….. 35
B. Deskripsi Subjek Penelitian……….. 35
1. Usia………. 35
2. Jenis Kelamin………. 37
3. Status Pernikahan………... 38
4. Lama Mengajar………... 38
5. Status Mengajar………... 39
6. Pendidikan Terakhir……… 40
7. Penghasilan Tambahan………41
8. Keluarga Yang ditanggung………. 42
C. Uji Normalitas ……….. 43
D. Deskripsi Data Penelitian ………. 44
1. Rata-rata Teoritik dan Rata-rata empiric Kesejahteraan Psikologis... 44
E. Analisis Data………. 46
a. Dimensi Otonomi……….... 46
b. Dimensi Tujuan Hidup……… 49
c. Dimensi Penerimaan Diri……….... 52
d. Dimensi Relasi Positive dengan Orang Lain……….. 54
e. Dimensi Penguasaan Lingkungan……….. 57
F. Analisis Data Tambahan………... 63 a. Factor usia ...……….. 63 b. Faktor jenis kelamin ...65
c. Faktor lama mengajar... 66
d. Guru honor sd dan guru honor smp... 68
e. Faktor status pernikahan... 69
G. Pembahasan ……….. 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….. 78
A. Kesimpulan ……….. 78
B. Keterbatasan penelitian... 78
C. Saran ………. 79
1. Untuk Subjek Penelitian………... 79
2. Untuk Peneliti Selanjutnya...……… 79
3. Untuk Pemerintah……… 80
DAFTAR PUSTAKA………... 81
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Kesejahteraan Psikologis Tiap Dimensi……….…………. 25 Tabel 2 Skoring Pernyataan Favorable Dan Unfavorable……….…………... 27 Tabel 3 Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis……… 28 Tabel 4 Distribusi Item Setelah Pengujian Skala Kesejahteraan Psikologis….……. 31
Tabel 5. Lama Mengajar Data Penelitian………...……… 36
Tabel 6. Uji Normalitas……….………. 40
Tabel 7. Rata-Rata Teorik Dan Rata-Rata Empirik ….…………..……… 41
Tabel 8 Uji T Rata-Rata Teoritik Dan Empiris……….. 41
Tabel 9 Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Dimensi Otonomi………..……... 42
Tabel 10 Uji T Dimensi Otonomi…………...………...… 43
Tabel 11 Rata-Rata Teoritik Dan Rata-Rataempiris Dimensi Tujuan Hidup….…… 45
Tabel 12 Uji T Test Dimensi Tujuan Hidup………...… 45
Tabel 13 Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Dimensi Penerimaan Diri…...… 48
Tabel 14. Uji T Test Dimensi Penerimaan Diri……….. 49
Tabel 15. Rata-Rata Teoritik Dan Rata-Rata Empiris Dimensi Relasi Positif Dengan
xvii
Tabel 16. Uji T Test Dimensi Relasi Positif…………..……… 51
Tabel 17 Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Penguasaan Lingkungan………. 53
Tabel 18. Uji T Test Penguasaan Lingkungan………...………. 54
Tabel 19. Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Penguasaan Lingkungan…...…. 56
Tabel 20. Uji T Test Dimensi Pertumbuhan Diri………...………... 56 Tabel 21 mean teoritik dan mean empirik dewasa awal dan dewasa tengah ….… 64
Tabel 22 uji t test dewasa awal dan dewasa akhir...64
Tabel 23 mean teoritik dan mean empirik fakor jenis kelamin... 65
Tabel 24 hasil ananlis berdasarakan jenis kelamin... 66
Tabel 25 hasil analisis berdasarakan lama mengajar... 67
Tabel 26 hasil analisis berdasarkan mengajar di tingkat pendidikan... 69
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Rentang Usia Data Penelitian……….. 35
Grafik 2. Jenis Kelamin Data Penelitian………... 35
Grafik 3. Status Pernikahan Data Penelitian……… 36
Grafik 4. Status Mengajar Data Penelitian………... 38
Grafik 5. Pendidikan Terakhir Data Penelitian………... 39
Grafik 6. Pengahasilan Tambahan Data Penelitian………. 39
Grafik 7. Keluarga Yang Di Tanggung………... 40
Grafik 8. Sebaran Data Dimensi Otonomi………... 45
Grafik 9. Kategorisasi Dimensi Tujuan Hidup………... 48
Grafik 10. Kategorisasi Dimensi Penerimaan Diri………. 50
Grafik 11. Kategorisasi Dimensi Relasi Positive Dengan Orang Lain………... 53
Grafik 12. Kategorisasi Dimensi Pennguasaan Lingkungan……….. 55
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Guru menurut kamus besar bahasa Indonesia (2011) adalah sebuah
pekerjaan yang tugasnya mengajar. Menurut kunandar (2010) menjelaskan bahwa
guru adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
indonesia (2011) menjelaskan guru honor adalah pekerjaan yang tugasnya
mengajar dan mendapatkan upah/gaji honorium. Berdasarkan pengertian diatas di
ketahui bahwa antara guru honor dan guru yang ada pada umumnya merupakan
sosok yang tugasnya mengajar dan mendidik kemudian memperoleh hak berupa
upah maupun pengahasilan. Hal ini juga di jelaskan dalam Undang-Undang
maupun Peraturan Pemerintah yang ada. Dalam UU no 14 pasal 1 ayat 1 tahun
2005 tentang guru menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan definisi diatas,
maka dapat diartikan bahwa guru adalah profesi yang melakukan pekerjaan
seperti ; mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
mengevaluasi peserta didik pada berbagai tingkatan pendidikan. Hal ini
melakukan tugas atau beban kerja yang sama dengan guru tetap, karena dalam UU
No 14 tahun 2005 tidak dijelaskan tentang perbedaan dalam tugas dan beban kerja
antara guru yang berstatus honor dan guru berstatus tetap.
Tugas dan tanggung jawab tersebut datang dari dalam atau luar lingkungan
pekerjaan. Dalam lingkungan pekerjaan tuntutan tersebut datang dari rekan kerja,
kepala sekolah, wali murid, dan siswa. Surya (2012) menyatakan para guru tetap
dan kepala sekolah jarang melakukan dialog atau diskusi berkenaan dengan
pengajaran yang baik pada guru honor. Berdasarkan pernyataan tersebut guru
honor berada dalam posisi lemah dalam tuntutan mengembangkan metode
pengajaran dari kepala sekolah dan sesama rekan kerjanya. Hal itu terjadi karena
moment untuk berbagi pengalaman menjadi kurang terpenuhi dan mengakibat
pola pengajaran yang terbentuk seperti itu saja tidak berkembang. Berdasarkan
informasi guru honor dalam pengembangan dan pelatihan karekater diri dan
metode saja tidak didapatkan dari sekolah , ungkap salah satu guru honor di wates.
Selain itu tuntutan yang datang dan berasal dari orang tua murid adalah
berdasarkan penuturan dari guru honor bahwa dengan adanya perbedaan latar
belakang sosial dan status pekerjaan yang ada pada orang tua murid guru honor
cenderung di tuntutan untuk lebih mudah beradaptasi dengan setiap anak dengan
latarbelakang yang ada. Selain itu pada perkembangan terkait teknologi
pengajaran yang ada pada guru honor di kota wates. Berdasarkan informasi yang
di dapat guru honor mengalami kebingungan akan penerapana teknologi yang
menurut guru honor belum sesuai pada metode pemebelajaran. Namun dengan
mengembangkan lagi terkait dengan metode pengajaran yang ada. Mulyasa (2010)
menjelaskan guru dalam mengajar harus menjadi panutan bagi anak didiknya,
agar lebih mudah dalam beradaptasi dengan karakter siswa didiknya. Hal itu
menjadikan guru berada dalam tuntutan untuk mengembangakan karakter yang
lebih mudah untuk beradaptasi diri dan membaginya dengan peserta didiknya.
Dalam melakukan beban kerja serta tuntutan dalam bekerja tersebut guru
yang honor dan guru tetap pun berhak menerima pendapatan upah hasil berkerja,
akan tetapi upah hasil bekerja yang di teriima oleh guru tetap dan guru honor itu
berbeda. Susanto (2013) megatakan Guru yang berpendapatan antara 1- 2 juta
mereka adalah guru yang sudah di sertifikasi, sedangkan yang berpendapatan
250-1 juta guru honor dan belum mendapatkan sertifikasi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan penuturan salah satu guru honor SD di Kulon Progo yaitu, Guru yang
menyandang status honorarium mendapatkan tunjangan atau gaji sebesar Rp
400,000 per bulan. Dengan adanya perbedaan bahwa guru honor menerima upah
yang kurang sebanding dengan tugas serta beban kerja yang di alami. Hal ini
dapat menimbulkan kondisi bekerja yang kurang baik, dan mungkin
mennyebabkan terjadinya kecemburuan sosio ekonomi antara guru tetap dan guru
honor, sehingga mengarah pada bentuk kinerja mengajar yang kurang sesuai
antara guru honor dan guru tetap. Sudarmana (2013) mengungkapkan bahwa
kondisi yang terjadi antara guru honor dan guru tetap terjadi karena adanya faktor
kebijakan yang berlaku khususnya terkait dengan dengan keguruan itu sendiri, hal
ini bila tidak di sikapi dengan bijak maka akan berpotensi membuat budaya kerja
Terkait dengan guru honor yang kurang menerima upah yang sebanding
dengan beban kerja yang sama dengan guru tetap. Guru honor pun kurang
mendapatkan apresiasi berupa pengakuan atas prestasi maupun kerja kerasnya
dalam mengajar serta mendidik siswa. Apresiasi tersebut diperlukan oleh guru
honor untuk menunjang proses guru honor dalam mengajar dan memberikan guru
honor dalam mengajar. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari salah satu
guru honor, bahwa dalam hal pengapresiasian serta bentuk pengakuan akan
pengajaran serta prestasi siswa yang terjadi karena guru yang mengajarkan terasa
kurang, menurutnya kepala sekolah maupun orang tua murid yang lain hanya
memandang nya berdasarkan itu dari kerja keras siswa itu sendiri, dan tidak
melihat bagaimana usaha guru honor dalam mendidik maupun melatih siswa
dalam meraih hasil tersebut. Sudarmana (2012) hal yang memperihatinkan guru
honor adalah kurang nya hak untuk mengembangkan diri, hak memberdayakan
diri tersebut di perlukan sebagai bentuk apresiasi yang di berikan oleh pihak
sekolah maupun pihak luar atas prestasi dan kerja keras yang dilakukan oleh guru
honor.
Selain itu, hal yang membedakan antara guru honor dan guru tetap adalah
tentang status kepegawaian yang di pegang oleh guru honor honor. Menurut
informasi yang didapatkan dari Salah satu Komite sekolah SD di Kota Wates
menuturkan bahwa beberapa guru honor masih terus di mempertanyakan status
kepegawaian mereka, hal itu terjadi karena mereka merasa hanya di beri janji lisan
kepegawian dan kepastian hukum pada guru honor tidak pernah mereka miliki,
karena guru honor hanya di ikat melalui kontrak kerja dengan pihak sekolah saja.
Penjelasaan diatas memberikan gambaran bahwa guru honor dalam kondisi yang
cukup waspada karena sewaktu-waktu ketika ada guru baru yang dateng dan
ternyata dirinya memiliki surat penugasan dari pemerintah maka dirinya akan
pergi. Hal ini lah yang membuat kepastian akan karier dari guru honor masih terus
dipertanyakan oleh semua guru honor. Padahal guru honor dan guru tetap
memiliki persamaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan berita dari media cetak online yaitu koran sindo yang dengan judul
“Gaji Guru Honorer Segera Dinaikkan” berisi tentang hasil wawancara dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yaitu bapak Anies Baswedan,
mengatakan bahwa akan memperjuangkan kesejahteraan guru honorer agar
kehidupannya menjadi lebih layak. Menurut Mendikbud, meski kesejahteraan
guru PNS semakin meningkat, hal tersebut berbanding terbalik dengan
kesejahteraan guru honorer.
Kesejahteraan merupakan hal yang cukup penting dalam mencapai
keberhasilan dan kesuksesan seorang pekerja. Hal ini juga di sampaikan oleh
Kunandar (2011) agar dapat melaksanakan kewajiban dan menjalankan profesi
dengan baik, bahwa dibutuhkan kesejahteraan pribadi dan profesi bagi guru yang
meliputi; Imbal jasa yang wajar, rasa aman dalam melaksanakan tugasnya, kondisi
kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas dan suasana kehidupan, hubungan
antarpribadi yang baik serta kondusif, dan kepastian jenjang karier dalam menuju
tersebut menjadi suatu perhatian khusus bahwa guru honor saat ini membutuhkan
kesejahteraan secara pribadi dan profesi dalam menjalankan tugas serta
peranannya. Hal ini menguatkan pada pertanyaan bagaimana kesejahteraan
psikologis guru berstatus honor.
Kesejahteraan psikologis sendiri menurut Ryff (1989) adalah sikap positif
yang ditunjukan pada diri sendiri dan orang lain seperti: dapat mengambil
keputusan sendiri dan mengatur tingkah laku dirinya sendiri, dapat membuat
dirinya merasakan kenyamanan yang sesuai dengan lingkungan, sehingga
membuat hidupnya lebih bermakna dan memiliki tujuan hidup yang terus di
eksplorasikan serta dikembangkan. Maksudnya kesejahteraan secara psikologis itu
terjadi ketika dalam kehidupan sehari-hari perasaan seseorang berjalan sesuai
dengan fungsinya. Huppert (2008) juga mengungkapkan bahwa kesejahteraan
psikologis sikap positif yang ada pada individu terkait dengan 6 dimensi yang ada
dalam kesejahteraan psikologis itu sendiri. Dalam hal ini penting untuk kita teliti
karena dalam kesehariannya beban seorang guru honor yang cukup berat dan
tantangan profesi yang cukup tinggi serta tuntuntan dari masyarakat akan hasil
perilaku pengajaran memperngaruhi perasaan positif dan berfungsi secara efektif
pada guru berstattus honor. Kesejahteraan psikologis sendiri memiliki 6 dimensi
yang berpengaruh dalam kesejahteraan psikologis seseorang yaitu : penerimaan
diri, otonomi, relasi positif dengan orang lain, tujuan hidup, dan penguasaan
lingkungan. Dimensi-dimensi tersebut mempengaruhi guru honor dalam mencapai
Penelitian lain yang meneliti tentang guru honorer terkait dengan
kesejahteraan psikologis adalah “ kesejahteraan psikologis guru honorer AGHI di
kota bandung, Jawa barat” yang dilakukan oleh Melda Sumanto (2013). Pada
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa 5 dimensi mendapatkan hasil yang
tinggi ( pertumbuhan diri, penerimaan diri, otonomi, relasi positif, penguasaan
lingkungan) sedangkan 1 dimensi yang mendapatkan hasil yang rendah (tujuan
hidup). Sedangkan , secara data demografis subjek tidak dicantumkan penghasilan
tambahan, mengajar di sekolah apa, lama mengajar, dan hal-hal yang penting
dalam data demografis. Hal tersebutlah yang membuat penelitian yang akan di
lakukan ini menjadi lebih menarik, karena terdapat perbedaan secara data
demografis serta karakteristik subjek yang diteliti pun berbeda.
Selain itu penelitian sebelumnya yang meneliti terkait dengan
kesejahteraan guru honor juga terjadi di guru honor rsbi yang ada di jakarta barat.
Pada penelitian tersebut pada metode pengambilan data serta latar belakang
mengajar, metode pengambilan data yang di lakukan pada penelitian tersebut di
lakukan menggunakan metode obeservasi dan wawancara, dan subjek yang di
gunakan hanya 4 orang guru dengan latar belakang subjek yang sama yaitu
mengajar kurang lebih 2 tahun. Kota Wates adalah pusat administrasi dari
Kabupaten Kulonprogo, Derah Istimewa Yogyakarta. Secara administrative
berada di barat dari Kota Yogyakarta. Sedang kota Yogyakarta sendiri menurut
orang banyak terkenal sebagai kota pelajarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melihat kesejahteraan psikologis pada guru honor di setiap
Yogyakarta. Berdasarkan SK Gub No 252 tahun 2014, secara UMR ( upah
minimum regional) Kulonprogo berada di posisi kedua terrendah setelah
kabupaten gunungkidul, yaitu sebesar 1,268,720.
Berdasarkan uraian diatas, karena secara demografis berbeda dengan
penelitian sebelumnya meskipun tuntutan dan beban kerja yang sama yang di
tetapkan oleh pemerintah. Maka peneliti tertarik untuk melihat serta
mengidentifikasi kesejahteraan psikologis yang ada pada guru honor pada tingkat
SD dan SMP di kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dengan kondisi beban pekerjaan yang ada dan tekanan yang terus ada dari
berbagai pihak. maka munculah pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana kesejahteraan psikologis yang dialami pada profesi guru honor
SD, SMP di kota Wates?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
mengambarkan kesejahteraan psikologis yang ada pada guru honor SD, dan
SMP dalam menghadapi tekanan pekerjaan di masa depan yang semakin berat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Memberi sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu khususnya dalam
bidang psikologi terkait kesejahteraan psikologis pada guru honor, sehingga
dapat memberikan sumbangan terhadap gambaran terhadap kesejahteraan
psikologis pada profesi guru honor.
Manfaat Praktis
1. Memberi masukan bagi kegiatan penelitian yang lain, khususnya mengenai
guru honor.
2. Bagi Pemerintah khususnya kota Wates untuk mengetahui bagaimana
kesejahteraan psikologis yang di alami oleh guru honor, sehingga dapat
dijadikan gambaran akan guru honor, dan terciptanya kesejahteraan
psikologis yang baik pada guru honor yang mengajar di SD dan SMP di
kota Wates.
3. Bagi Subjek Penelitian, agar dapat lebih memahami lagi, bahwa dalam
pekerjaan yang subjek lakukan penting untuk melihat dan mendeteksi
adanya kesejahteraan secara psikologis dalam diri subjek, agar subjek
10 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Guru Honorer
1. Pengertian Guru Honorer
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi keempat (2011) guru
honorer adalah guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima
honorarium. Uzman (1995) menjelaskan guru merupakan jabatan atau profesi
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Hal tersebut diperjelas dalam
UU RI no 14 tahun 2005 menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi perserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru honorer dapat disebut
sebagai seorang tenaga pengajar yang bertugas mendidik dan mengevaluasi
peserta didik di pendidikan formal yang sama seperti guru tetap, tetapi
berstatus sebagai calon pengawai tetap dan menerima gaji berdasarkan jumlah
jam mengajar. Status calon pegawai tetap inilah yang melibatkan guru honorer
harus terus berjuang untuk mendapatkan pengangkatan sebagai pegawai tetap
untuk mendapatkan gaji yang sesuai dengan tugasnya, berbeda dengan guru
tetap, dimana beban tugas yang dilaksanakan sama dengan beban tugas
guru honorer.
2. Beban kerja guru honorer
Menurut Permendagri No 12 tahun 2008 beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan
hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Menurut PP 74 tahun 2008
beban kerja guru diatur pada pasal 52 yang menyatakan, Beban kerja Guru
mencakup kegiatan pokok:
a. Merencanakan pembelajaran;
b. Melaksanakan pembelajaran;
c. Menilai hasil pembelajaran;
d. Membimbing dan melatih peserta didik; dan
e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Dalam ayat 2 juga menyatakan Beban kerja Guru sebagaimana
dimaksud paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijelaskan bahwa, guru yang
berstatus honorer pun juga memiliki kewajiban melakukan beban kerja seperti,
honorer juga memberikan pelatihan untuk peserta didik dan melaksanakan
tugas tambahan yang sesuai dengan pelaksanaan kegiatan pokok pengajaran.
Menurut Sagala (2011) pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru
hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan anak.
Kemampuan anak pada jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda, sesuai
dengan perkembanganya, Sagala (2011). Berdasarkan hal ini maka terdapat
perbedaan beban kerja guru honorer yang mengajar pada tiap tingkatan seperti
SD, SMP, dan SMA.
B. Kesejahteraan psikologis
1. Definisi kesejahteraan psikologis.
Menurut Ryff (1989) kesejahteraan psikologis adalah sikap positif yang
ditunjukkan pada diri sendiri dan orang lain seperti, mengambil keputusan
sendiri, mengatur tingkah laku dirinya sendiri, membuat dirinya merasakan
kenyamanan di lingkungannya, sehingga membuat hidupnya lebih bermakna
dan memiliki tujuan hidup yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Selain
itu wright dan cropazano (2000) menyebutkan bahwa kesejahteraan psikologis
memiliki 3 definisi karekteristik adalah ; yang pertama kesejahteraan secara
fenomenologis yaitu individu merasa bahagia ketika secara pribadi individu
tersebut yakin dan merasa percaya diri, kedua kesejahteraan membutuhkan
kondisi emosional dari individu tersebut yaitu ketika emosi positif dalam diri
kesejahteraan psikologis juga mengacu pada evaluasi secara keseluruhan akan
hal yang dialami individu tersebut secara global.
2. Dimensi – dimensi pada kesejahteraan psikologis
Menurut Ryff(1996) membagi kesejahteraan psikologis menjadi 6 dimensi
a. Otonomi
Ryff (1996) menyebutkan bahwa dimensi otonomi yang tinggi ketika
seorang individu dapat mengatasi tekanan terhadap diri dan bebas dalam
mengambil sikap. Kemudian mampu menahan bentuk tekanan social yang
berupa pikiran dan tindakan dengan cara –cara tertentu. Selain itu individu
tersebut dapat mengatur keinginan berperilaku yang berasal dari dalam diri
dan mampu mengevaluasi diri sendiri.
b. Penerimaan diri
Menurut Ryff (1996) ketika individu tersebut memiliki sikap positive
terhadap diri sendiri, selanjutnya individu tersebut mengetahui dan mampu
menerima segala aspek kelebihan serta kekurangan yang ada dalam diri,
kemudian memiliki perasaan positif terhadap kejadian di masa lalu. Maka
dimensi penerimaan diri individu tersebut berfungsi sepenuhnya.
c. Relasi postitif dengan orang lain
Ryff (1996) menyebutkan bahwa memiliki keharmonisan, kesenangan,
dalam relasi antar individu. Focus terhadap kesejahteraan orang lain yang
di dalamnya terdiri akan kekuatan berempati, afeksi, dan keintiman adalah
kemampuan dari memberi dan menerima pada hubungan antar manusia.
Hal-hal tersebut merupakan definisi dari dimensi relasi positif dengan
orang lain yang berfungsi seutuhnya.
d. Tujuan hidup
Menurut Ryff (1996) dimensi tujuan hidup didefinisikan dengan
adanya keyakinan terhadap perasaan yang memiliki tujuan dan arti hidup
dari diri seseorang. Hal tersebut ditekankan dengan adanya pemahaman
akan arah dan target tujuan ada pada hidup ini. Memiliki perasaan bahwa
ada arti dalam kehidupan saat ini dan masa lalu. Memegang keyakinan
bahwa hidup ini memberikan tujuan tertentu dengan membuat sasaran dan
target-target untuk kehidupan.
e. Penguasaan lingkungan
Ryff (1996) menekankan bahwa kemampuan seorang individu dalam
memilih atau membuat kondisi lingkungan sekitar yang sesuai dirinya
adalah bagian dari keahlian dan keterampilan individu dalam mengelola
lingkungan sekitarnya. Hal ini didukungan dengan kemampuan individu
tersebut dalam mengkontrol diri dan menghasilkan kesempatan yang
penting serta efektif pada kegiatan- kegiatan yang kompleks di luar
kebiasaanya. Maksudnya adalah seorang individu dapat menguasai dan
sendiri dapat mengkontrol kegiatannya dan mampu membuat kesempatan
penting yang effektif.
f. Pertumbuhan diri
Ryff (1996) menyatakan individu yang memiliki perasaan untuk terus
berkembang serta terbuka akan hal-hal baru adalah inividu yang mampu
menyadari akan potensi dirinya dapat bertumbuh dan berkembang luas.
Hal ini terjadi ketika individu tersebut mau untuk memperbaiki sifat dan
sikapnya, serta mampu untuk mengubah cara berpikir yang lebih luas dan
efektif setiap saat. Penjelasanya adalah individu dikatakan memiliki
pertumbuhan diri yang baik ketika dirinya menyadari akan potensi yang
ada dalam dirinya dapat terus bertumbuh dan berkembang. Hal tersebut
terjadi ketika individu ini mampu terbuka akan hal-hal baru dan mengubah
cara pandang diri yang efektif.
C. Faktor-faktor kesejahteraan psikologis
Ryff (1996) menyebutkan bahwa terdapat factor-faktor yang dapat
mempengaruhi 6 dimensi yang ada dalam kesejahteraan psikologis.
a. Usia
Ryff (1996) menyatakan bahwa penguasaan lingkungan dan otonomi
memberikan pengaruh besar pada proses perkembangan dari remaja
sampai dengan dewasa. Sedangkan pertumbuhan diri dan tujuan hidup
sampai dengan usia lanjut. Penerimaan diri dan relasi positive pada orang
lain tidak memberikan pengaruh apapun dalam tahapan usia.
b. Jenis kelamin
Ryff (1996) mengatakan terdapat perbedaan antara pria dan wanita
dalam dimensi penerimaan diri dan relasi positive dengan orang lain.
Wanita dari segala usia memiliki dimesi pertumbuhan diri dan relasi
positive dengan orang lain lebih baik daripada pria. Kemudian tidak ada
perbedaaan untuk dimensi kesejahteraan psikologis yang lain seperti
penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan otonomi.
c. Status pendidikan, social ekonomi, dan pernikahan.
Ryff (1995) mengatakan bahwa pendidikan sangatlah terkait dengan
kesejahteraan psikologis. Jika seseorang memiliki pendidikan yang tinggi
akan berpengaruh pada tujuan hidup dan pertumbuhan diri. Selain itu Ryff
(1989) menyebutkan bahwa pernikahan berpengaruh terhadap
kesejahteraan psikologis seseorang. Individu yang sudah menikah akan
berpengaruh pada penerimaan diri dan tujuan hidupnya. Social ekonomi
menurut Ryff (1996) memberikan pengaruh pada tingkat kesejahteraan
seseorang dalam perjalanan hidupnya. Hal ini tersebut terkait dengan
pendapatan yang diterima, kemudian hal itu berpengaruh terhadap
penguasaan lingkungan dan penerimaan diri.
Menurut Ryff (1996) budaya tidak dapat di lepaskan dari konsep diri
seseorang dalam berrelasi dengan orang lain. Selain itu Ryff juga
mengungkapakan Banyak diskusi melibatkan kontras antara individualistik
/ budaya independen dengan mereka yang lebih kolektif / saling
tergantung . Ide-ide ini menunjukkan bahwa aspek diri yang lebih
berorientasi kesejahteraan , seperti penerimaan diri atau otonomi ,
mungkin memiliki arti-penting yang lebih besar dalam konteks budaya
Barat , sementara yang lain berorientasi dimensi kesejahteraan , seperti
hubungan positif dengan orang lain , mungkin lebih besar signifikansi di
Timur , budaya saling tergantung .
e. Peristiwa dan sejarah hidup
Menurut Ryff (1996) peristiwa hidup berkaitan erat pada individu
menemukan kesejahteraan dalam dirinya. Maksudnya melalui pengalaman
hidup seseorang dapat merasakan dan menemukan kesejahteraan dalam
dirinya. Selain itu, menurut Ryff (1996) peristiwa kehidupan tertentu atau
pengalaman dan bagaimana mereka mempengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang. Peristiwa dan sejarah kehidupan individu,
merupakan gabungan dari banyak peristiwa dan pengalaman.
5. Kerangka berpikir
Permasalahan sering kali kita temukan dalam dunia pendidikan
terkhususnya pada guru yang menyandang status pegawai honorer. Sagala
permasalahan masa depan bangsa dilhat dari pendidikan, kemampuan atau
kompetensi keguruan, nilai-nilai professional, kesejahteraan guru sebagai
tenaga professional, organisasi atau lembaga profesi yang melindungi
profesi guru, dan kemampuan mengikuti pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mengelola pembelajaran. Profesi guru yang saat ini sedang dalam
perkembangan mendapatkan tantangan dan masalah yang terus di hadapi.
Kurangnya perhatian dan tekanan yang datang dari masyarakat,
pemerintah, dan lembaga pendidikan cenderung mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seorang guru.
Kesejahteraan psikologis adalah kombinasi dari dimensi
kesejahteraan yang luas mencakup evaluasi diri sendiri dan masa lalu,
perasaan untuk terus bertumbuh dan berkembang sebagai diri, keyakinan
bahwa hidup itu memiliki tujuan dan bermakna, memiliki kualitas relasi
dengan orang lain, kemampuan untuk mengatur secara efektif kehidupan
diri dan dunia sekitarnya, dan perasaan akan penentuan nasib sendiri.
(Ryff,1995)
Tuntutan masyarakat pada guru untuk memantapkan nilai-nilai
yang ada di masyarakat yang dimana antar siswa didik bermacam
latarbelakang maupun karakter, selain itu tekanan akan peningkatkan
pelayanan pengajaran yang bermutu. Tekanan ini terjadi karena pandangan
masyrakat tentang profesi guru sebagai sosok pendidik dan pengajar segala
untuk melakukannya dan terbatasnya ruang gerak untuk guru berpendapat
dan bertindak. Hal ini pun berpengaruh kesejahteraan psikologis guru
honorer pada dimensi otonomi dan pengusaan lingkungan.
Status kepegawaian guru honorer yang berbeda, menyebabkan
perbedaan pula dalam hal perkembangan diri guru honorer. Perbedaan
tersebut terlihat dari sikap antara guru berstatus honorer terhadap guru
yang berstatus tetap. Timbul rasa perbedaan dalam status ketenagakerjaan
inilah yang berimbas pada relasi dan interaksi di antara mereka. Hal
tersebut berpengaruh kesejahteraan psikologis guru honorer terkait dengan
relasi positive dengan orang lain.
Reward yang berupa honorarium ataupun pengakuan dari
masyarakat terasa tidak sesuai dengan kerja keras dan usaha yang di
lakukan, membuat guru honorer pun merasa sulit untuk berkembang dan
bertumbuh. Hal ini terjadi karena factor pemenuhan kebutuhan akutalisasi
diri dalam bentuk material maupun dukungan kurang terpenuhi, sehingga
guru honorer merasa terbebani secara pikiran dan perasaan. Hal tersebut
pun berpengaruh terhadap tujuan dan niat dirinya dalam mengajar siswa
didik semakin luntur. Hal ini pun mungkin berpengaruh pada
kesejahteraan psikologis dalam tujuan hidup dan penerimaan diri guru
honorer tersebut.
Kurangnya fungsi dari sekolah (lembaga pennyelengara
Sebagai jembatan komunikasi inilah seharusnya sekolah memberikan
fasilitas kepada guru untuk dapat menyuarakan pendapatnya dalam sebuah
rapat ataupun sebagai penyelangara sebuah kegiatan pelatihan untuk
mengembangkan profesi guru tersebut. Kenyataannya beberapa sekolah
jarang memberikan hal tersebut. Hal ini lah yang memberikan pengaruh
pada keberfungsian dari dimensi pertumbuhan diri dalam kesejahteraan
psikolgis.
Berdasarkan penjelasan pemikiran peneliti di atas maka, dapat
dibuat suatu dinamika kerangka berpikir yang di gambarkan pada skema
Kesejahteraan Psikologis
otonomi Penerimaan diri
Pertumbuhan diri Relasi positif orang lain
Penguasaa n
lingkungan
Tujuan hidup Guru Honorer Beban kerja
1. Gaji atau upah dibawah UMR 2. Status
kepegawaian belum jelas
22 BAB III
Metodelogi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Mengacu
pada Siregar (2013), penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau
lebih tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variable
yang lain. Ditambahkan pula metode deksriptif prosedur pemecahan
masalah pada metode ini adalah dengan cara mengambarkan penelitian
pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya,
kemudian di analisis dan diinterpretasikan, bentuknya berupa survey dan
studi perkembangan. Sedangkan menurut Sumadhi (2002), penelitian
deskriptif digunakan untuk membuat penggambaran secara sistematis,
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta maupun sifat subjek tertentu.
B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, variable yang di teliti adalah kesejahteraan
psikologis berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Carol D ryff.
2. Definisi Operasional Penelitian
Menurut Carol D ryff (1996) Kesejahteraan psikologis merupakan
kemampuan seseorang untuk mengelola semua sumber kesehatan
mental dalam dirinya dengan sikap yang positif. Individu tersebut
diamggap memiliki kesejahteraan piskologis ketika dirinya memiliki
penerimaan diri,relasi positivie dengan orang lain, tujuan hidup,
otonomi, pertumbuhan diri, dan mampu penguasaan lingkungan.
Semua hal tersebut adalah 6 dimensi dari kesejahteraan psikologis.
Kesejahteraan piskologis subyek penelitian akan di ukur oleh skala
empiris dan kemudian di gambarkan dengan keberfungsiannya keenam
dimensi tersebut menurut teori kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Dimensi – dimensi dalam Kesejahteraan Psikologis antara lain :
a) Dimensi Penerimaan Diri
Dimensi penerimaan diri menekankan pada individu dalam
memahami dan menyadari sikap positif maupun negatif yang ada
dalam diri sendiri dan merupakan hal penting dari suatu
kesejahteraan psikologis.
b) Dimensi Relasi Positive dengan orang lain.
Dimensi relasi positive dengan orang lain dijalankan dalam
tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina
kehangggatan, keramahan, dan kepercayaan dengan orang lain.
c) Dimensi Tujuan hidup
Dimensi Tujuan hidup di tekankan pada adanya sikap dan
dari masa lalu hingga saat ini. Individu yang memiliki tujuan hidup
memiliki kecenderungan untuk merencanakan masa depannya dan
memakanai hidupnya.
d) Dimensi otonomi
Dimensi otonomi menekankan pada seseorang dalam menentukan
sikap maupun perilaku dirinya sendiri. Hal tersebut terkait dengan
tinggi dan rendahnya kemandirian, daya tahan akan tekanan, dan
pengaruh lingkungan dalam dirinya. Seseorang yang memiliki
aktualisasi diri yang baik dapat memfungsikan sifat keotonomiannya
dengan baik.
e) Dimensi Pertumbuhan diri
Dimensi pertumbuhan diri adalah sikap dimana seorang individu
dapat terus-menerus mengembangkan dirinya dan sadar akan potensi
dirinya dapat terus bertumbuh. Individu yang memiliki tingkat
pertumbuhan diri tinggi cenderung untuk terus mengembangkan
potensi dirinya dengan melakukan banyak kegiatan dan terus belajar
untuk bertumbuh.
f) Dimensi Penguasaan lingkungan
Dimensi penguasaan lingkungan ini menekankan pada hal dimana
seseorang dapat mengkondisikan dan menciptakan keadaan lingkungan
yang sesuai dengan dirinya. Individu yang memiliki penguasaan
lingkungan yang baik cenderung akan dapat mengatasi permasalahan
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Guru-guru honorer yang mengajar
di kota wates kabupaten Kulonprogo.
Kriteria:
a. Guru honor yang mengajar di sekolah swasta dan negeri di
daerah sekitar pemerintahan kota Wates, Kulon Progo, DIY.
b. Guru honorer yang mengajar sekurang-kurangnya selama 1
tahun. Dengan perttimbangan subjek dapat memberikan
penilaian terkait pengalaman mengajar.
c. Guru honor yang menerima Gaji atau Upah dari Sekolah.
D. Alat pengambilan data
Metode pengambilan data ini menggunakan metode skala. Skala
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya Sugiyono (2007). Kesejahteraan
piskologis subjek penelitian akan di ukur oleh skala likert dan
kemudian di gambarkan dengan keberfungsiannya keenam dimensi
tersebut menurut teori kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Skala ini disusun untuk mengukur kesejahteraan psikologis melalui
keenam dimensi yaitu otonomi, tujuan hidup, penerimaan diri, relasi
positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan
diri. Penyusunan skala mengacu pada high score dan low score yang
Tabel 1 skor kesejahteraan psikologis tiap dimensi No Dimensi Skor tinggi Skor rendah
1 Otonomi memiliki sikap me-nentukan diri sendiri dan mandiri.
memiliki sikap sanggup menolak tekanan sosial yang ada dengan berpikir dan bertindak dalam cara tertentu
memiliki kemampuan untuk mengatur perilaku dari dalam diri,
melakukan evaluasi diri sesuai dengan standar diri
peduli pada harapan dan evaluasi dari orang lain
mengandalkan penilaian dari orang lain dalam membuat keputusan penting
Mengikuti tekanan social dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan cara tertentu
2 Tujuan Hidup memilliki tujuan hidup dan perasaan terarah
merasakan ada makna pada kehidupan sekarang dan masa lalu
memegang keyakinan penuh dan memberikan nya pada tujuan hidup.
memiliki sasaran dan tujuan-tujuan untuk hidup
memiliki sedikit target dalam tujuan hidup dan tidak memiliki perasaan terarahkan
tidak melihat tujuan dari hidup yang terlewati
tidak memiliki pandangan atau keyakinan yang memberi makna hidup
tidak memiliki makna dalam hidup
3 Penerimaan diri memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
Mengakui dan menerima beberapa aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk
merasa menemukan sikap positive pada kehidupan masa lalu
merasa tidak puas dengan diri sendiri
kecewa dengan apa yang telah terjadi dalam kehidupan masa lalu
bermasalah tentang kualitas pribadi tertentu
Berharap menjadi diri yang berbeda
4 Relasi positif dengan orang lain
memiliki hubungan kedekatan yang kuat.
Memiliki pemahaman arti memberi dan menerima dalam relasi dengan orang lain.
memiliki sedikit hubungan yang penuh rasa percaya dengan orang lain.
menemukan kesulitan untuk ramah, terbuka, dan peduli dengan orang lain.
5 Penguasaan lingkungan
memiliki kesadaran penuh akan kemampu-an untuk menguasai dkemampu-an mengatur lingkungan
Mampu mengkontrol kegiatan di luar diri yang rumit.
memiliki kemampuan untuk membuat dan menggunakan peluang yang ada disekitarnya secara efektiv
memiliki kemampuan memilih dan membuat konteks yang sesuai dengan nilai-nilai kebutuhan pribadi
merasa kesulitan dalam mengkontrol urusan pribadi sehari-hari.
merasa tidak dapat mengubah atau memperbaiki kondisi sekitarnya
tidak menyadari peluang sekitarnya
tidak memiliki rasa kontrol atas lingkungan
6 Pertumbuhan diri memiliki perasaan akan perkembangan yang berkelanjutan
melihat diri sebgai pribadi yang terus berkembang dan ber-tumbuh
terbuka pada pengalaman baru mampu melihat potensi dalam diri.
memandang upaya peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu
Mengubah dengan cara yang lebih mencermin-kan keefektifan dan pengetahuan diri.
memiliki perasaan kemunduran dalam diri.
kurangnya perasaan untuk meningkatkan dan mengembangkan diri dari waktu - ke waktu
merasa jenuh dan tidak tertarik pada kehidupannya
merasa tidak dapat mengembangkan sikap atau perilaku baru
Skala kesejahteraan psikologis yang disusun untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis serta terkait dengan
enam dimensi dalam kesejahteraan psikologis yang dirasakan
guru-guru honorer swasta di Kota Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi ditentukan
dengan skor yang tinggi pada setiap aitem yang terkait dengan
psikologis yang rendah di tunjukan dengan skor rendah pada aitem
yang terkait dengan enam dimensi kesejahteraan psikologis
tersebut. Skala yang digunakan peneliti adalah model skala likert,
dengan modifikasi penggunaan opsi jawaban genap yaitu 4
jawaban. Anderson (1990b) dalam Supratiknya (2012) menyatakan
penggunaan jumlah genap opsi jawaban, untuk membuat subjek
memilih antara jawaban Favorable atau unfavorable. Artinya,
subjek tidak di beri kesempatan menjawab netral. empat kategori
skor jawaban dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2 skoring pernyataan favorable dan unfavorable
Aitem favorable Aitem unfavorable
SS (Sangat Sesuai) = 4 SS (Sangat Sesuai) = 1
S (Sesuai) = 3 S (Sesuai) = 2
TS (Tidak Sesuai) = 2 TS (Tidak Sesuai) = 3
Tabel 2 Distribusi item Skala Kesejahteraan Psikologis
E. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Sugiyono (2013) menyatakan purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Maksudnya dalam hal ini peneliti menentukan kriteria subjek yang akan di
teliti.
F. Kredibilitas Alat ukur
1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukan sejauh
mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang
hendak di ukurnya. Supratiknya (2012). Suatu skala yang memiliki
validitas skor yang tinggi cenderung mempunyai kesalahan
pengukuran yang rendah. Maksudnya skor tiap subjek yang di
No Dimensi Favorable Unfavorable Total aitem
peroleh dari skala tersebut tidak jauh berbeda dengan keadaan
sesungguhnya terjadi.
Validitas yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Relevansi suatu item di ukur dengan tujuan skala
dapat di evaluasi dengan menggunakan nalar atau akal sehat untuk
menilai apakah isi skala telah mendukung konstruk teori yang di
ukur (Azwar 2013) .
Dalam menentukan relevansi item dengan tujuan mengukur
skala, tidak dapat di dasarkan pada penlelitian peneliti sendiri.
Maka dari itu, peneliti menggunakan professional Judgment untuk
memenuhi validitas isi tersebut. Item dalam Skala dapat
dinyatakan layak apabila telah mendapatkan kesepakatan dari
seseorang yang telah ahli (expert judgement) (Azwar, 2013). Dalam
hal ini, ahli yang dimaksud adalah Dosen M.M. Nimas Suprawati
S.psi, Psi, M.psi. (expert judgment).
2. Hasil Ujicoba dan Seleksi Item
Ujicoba alat ukur penelitian ini dilakukan pada sekolah
dasar swasta di kota Wates, Kulon Progo, Daerah istimewa
Yogyakarta pada tanggal 20 Desember 2015 sampai tanggal 4
Febuari 2016. Skala yang disebar sebanyak 40 skala dan yang
dikembalikan hanya 40 skala. Uji coba dilakukan berguna untuk
melihat kualitas dari item skala yang akan di gunakan dalam
Seleksi item dilakukan berdasarkan indeks daya
diskriminasi item atau yang lebih dikenal dengan korelasi item
total. Daya diskriminasi item menurut (Supratiknya 2012)
menyatakan yaitu kefektivan sebuah item dalam membedakan
testi yang secara relative menempati posisi tinggi dan testi yang
secara relative menempati posisi rendah dalam hal kriteria atau
atribut yang sedang menjadi obyek pengukuran.
Seleksi aitem dalam penelitian ini menggunakan batasan rix
sebesar 0,25. Azwar (2013) mengemukakan bahwa pengujian
daya diskriminasi item di lakukan dengan menghitung koefisien
korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala
yang menghasilkan korelasi item total, selain itu item yang
memiliki koefisien korelasi minimal 0,3 memiliki daya beda yang
dianggap memuaskan. Sebaliknya apabila jumlah aitem yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang di inginkan,
maka kita dapat mepertimbangkan untuk menurunkan sedikit
batas kriteria 0,3 – 0,25, sehingga jumlah aitem yang dinginkan
tercapai. Dalam hal ini peneliti menggunakan kriteria batasan
Tabel 3 Distribusi Item Setelah pengujian Skala Kesejahteraan psikologis
Keterangan : * Item Gugur
3. Reliabilitas Alat ukur
Pada penelitian ini peneliti menggunakan koefisien
konsistensi internal sebagai relibilitas skala penelitian ini. koefisien
konsistensi internal adalah Koefisien yang didasarkan pada
hubungan antar skor pada kelompok-kelompok item dalam tes pada
sekolompok subjek Supratiknya (2012). Azwar (1999) mneyatakan
dalam pendekat konsistensi internal prosedurnya hanya
mememerlukan satu kali pengerjaan tes oleh sekelompok individu
sebagai subjek (single trial administration). Rumus mencari
konsistensi internal menggunakan Alpha croncbach dengan
menggunakan SPSS for windows version 21. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai reliabilitas dari kesejahteraan psikologis menurut
No Dimensi Favorable Unfavorable Total aitem
masing –masing dimensinya sebelum seleksi aitem adalah. Dimensi
pertumbuhan diri memperoleh skor alpha croncbach 0,708,
dimensi penerimaan diri 0,717, dimensi penguasaan diri 0,740,
dimensi relasi dengan orang lain 0,756, dimensi tujuan hidup
0,704, dan dimensi otonomi 0,759. Kemudian setelah uji coba
adalah otonomi 0,837, tujuan hidup 0,788, relasi positif dengan
orang lain 0,796, penerimaan diri 0,816, penguasaan lingkungan
0,780 dan pertummbuhan diri 0,853. Untuk reliabilitas secara
keseluruhan sebelum seleksi aitem peneliti menggunakan koefisien
realibilitas berstrata. Koefisien reliabilitas berstrata menurut
Widhiarso (2011) adalah pengukuran internal konsistensi dengan
melibatkan komponen-komponen tes. Rumus untuk menghitung
koefisien reliabilitas berstrata sebagai berikut
Keterangan = varian butir pada komponen ke-I, = reliabilitas
komponen ke-I, = adalah varian skor total tes, dan didapatkan
hasil 0,730, Sedangkan setelah seleksi aitem didapatkan hasil
0,817.
G. Metode Analisis Data
Dalam analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif. Menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud
(2013). Pada penelitian ini juga dilakukan uji normalitas yang menggunakan
Uji Kolmogorov – Smirnov untuk mengetahui persebaran data yang di
lakukan normal atau tidak. Penelitian ini dalam mengkatagorikan subjek yang
memiliki kategori kesejahteraan psikologis cenderung tinggi dan rendah
35 Bab IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A.Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016
sampai dengan bulan April 2016. Yaitu dengan mengurus izin penelitian
pada BAPPEDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian
dilanjutkan dengan mengurus izin pada Dinas Badan Penanaman Modal
Kabupaten Kulon Progo, yang kemudian mendapatkan izin untuk
menyebar skala pada beberapa sekolah yang ada di kota wates kabupaten
Kulon Progo. Pada tahap penyebaran skala peneliti melakukan penyebaran
data skala pada 8 SD dan 4 SMP di kota wates. Peneliti melakukan
penyebaran data sebanyak 120 skala pada subjek, kemudian yang
mengembalikan hanya 90 skala setelah di periksa terdapat 85 skala serta
dapat di gunakan.
B.Deskripsi subjek peneilitan
1. Usia
Pada penelitian ini usia subjek penelitian terdiri rentang umur
antara 24 tahun sampai dengan 60 tahun. Dan di sajikan dalam tabel
Grafik 1. Rentang usia data pnelitian
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Jenis Kelamin dalam penelitian ini subjek yang
berjenis kelamin Perempuan Terdapat sebanyak 47 dan yang berjenis
Grafik 2. Jenis kelamin data penelitian
3. Status Pernikahan
Berkaitan dengan status pernikahan data yang di dapatkan dari
subjek terdapat 59 memiliki status sudah menikah dan 26 belum
Grafik 3. Status Pernikahan Data penelitian
4. Lama mengajar
Dari data yang ada pada subjek didapatkan variasi lama
mengajar yang telah di lakukan oleh subjek yaitu dari 1-20 tahun.
Tabel 4
Lama Mengajar Data penelitian
Lama mengajar
Jumlah subjek
1 Tahun 7
2 Tahun 9
3 Tahun 8
4 Tahun 9
5 Tahun 5
6 Tahun 6
7 Tahun 6
8 Tahun 5
9 Tahun 6
10 Tahun 4
11 Tahun 3
12 Tahun 3
14 Tahun 4
18 Tahun 3
19 Tahun 3
20 Tahun 4
85
5. Status Mengajar
Berdasarkan Status mengajar disekolah yang terdapat pada subjek
data penelitian terdapat 3 kateogri yaitu Sekolah swasta, negeri, dan
Grafik 4. Status Mengajar Data Penelitian
6. Pendidikan terakhir
Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil data subjek terkait
dengan pendidikan terakhir yang di tempuh. Terdapat 4 jenjang
pendidikan terakhir yaitu SMA , D3, Akta IV, dan S1. Dan
Grafik 5. Pendidikan Terakhir Data Penelitian
7. Penghasilan Tambahan
Sebagai bagian dari data subjek, peneliti juga memasukan kategori
penghasilan tambahan yang di lakukan oleh subjek sebagai bagian dari
deskripsi data subjek. Berikut grafik pengambaran penghasilan
Grafik 6. Pengahasilan Tambahan data penelitian
8. Keluarga yang di tanggung
Keluarga yang di tanggung merupakan tambahan deskripsi subjek
penelitian yang peneliti tambahkan. Karena memiliki pengaruh
terhadap proses subjek mengelola proses kehidupan didalam keluarga
dan lingkungan sosialnya. Dari data yang diperoleh terdapat bervariasi
data dari yang tidak ada sampai 6 anggota keluarga yang biayanya
harus di tanggung subjek dan di gambarkan dalam tabel dan grafik