• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor kesejahteraan psikologis

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

LANDASAN TEORI

C. Faktor-faktor kesejahteraan psikologis

Ryff (1996) menyebutkan bahwa terdapat factor-faktor yang dapat mempengaruhi 6 dimensi yang ada dalam kesejahteraan psikologis.

a. Usia

Ryff (1996) menyatakan bahwa penguasaan lingkungan dan otonomi memberikan pengaruh besar pada proses perkembangan dari remaja sampai dengan dewasa. Sedangkan pertumbuhan diri dan tujuan hidup kurang memberikan pengaruh pada factor usia, terutama dari usia dewasa

sampai dengan usia lanjut. Penerimaan diri dan relasi positive pada orang lain tidak memberikan pengaruh apapun dalam tahapan usia.

b. Jenis kelamin

Ryff (1996) mengatakan terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam dimensi penerimaan diri dan relasi positive dengan orang lain. Wanita dari segala usia memiliki dimesi pertumbuhan diri dan relasi positive dengan orang lain lebih baik daripada pria. Kemudian tidak ada perbedaaan untuk dimensi kesejahteraan psikologis yang lain seperti penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan otonomi.

c. Status pendidikan, social ekonomi, dan pernikahan.

Ryff (1995) mengatakan bahwa pendidikan sangatlah terkait dengan kesejahteraan psikologis. Jika seseorang memiliki pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada tujuan hidup dan pertumbuhan diri. Selain itu Ryff (1989) menyebutkan bahwa pernikahan berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis seseorang. Individu yang sudah menikah akan berpengaruh pada penerimaan diri dan tujuan hidupnya. Social ekonomi menurut Ryff (1996) memberikan pengaruh pada tingkat kesejahteraan seseorang dalam perjalanan hidupnya. Hal ini tersebut terkait dengan pendapatan yang diterima, kemudian hal itu berpengaruh terhadap penguasaan lingkungan dan penerimaan diri.

Menurut Ryff (1996) budaya tidak dapat di lepaskan dari konsep diri seseorang dalam berrelasi dengan orang lain. Selain itu Ryff juga mengungkapakan Banyak diskusi melibatkan kontras antara individualistik / budaya independen dengan mereka yang lebih kolektif / saling tergantung . Ide-ide ini menunjukkan bahwa aspek diri yang lebih berorientasi kesejahteraan , seperti penerimaan diri atau otonomi , mungkin memiliki arti-penting yang lebih besar dalam konteks budaya Barat , sementara yang lain berorientasi dimensi kesejahteraan , seperti hubungan positif dengan orang lain , mungkin lebih besar signifikansi di Timur , budaya saling tergantung .

e. Peristiwa dan sejarah hidup

Menurut Ryff (1996) peristiwa hidup berkaitan erat pada individu menemukan kesejahteraan dalam dirinya. Maksudnya melalui pengalaman hidup seseorang dapat merasakan dan menemukan kesejahteraan dalam dirinya. Selain itu, menurut Ryff (1996) peristiwa kehidupan tertentu atau pengalaman dan bagaimana mereka mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Peristiwa dan sejarah kehidupan individu, merupakan gabungan dari banyak peristiwa dan pengalaman.

5. Kerangka berpikir

Permasalahan sering kali kita temukan dalam dunia pendidikan terkhususnya pada guru yang menyandang status pegawai honorer. Sagala (2006) menyatakan bahwa Permasalahan guru honor saat ini berkisar pada

permasalahan masa depan bangsa dilhat dari pendidikan, kemampuan atau kompetensi keguruan, nilai-nilai professional, kesejahteraan guru sebagai tenaga professional, organisasi atau lembaga profesi yang melindungi profesi guru, dan kemampuan mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mengelola pembelajaran. Profesi guru yang saat ini sedang dalam perkembangan mendapatkan tantangan dan masalah yang terus di hadapi. Kurangnya perhatian dan tekanan yang datang dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan cenderung mempengaruhi kesejahteraan psikologis seorang guru.

Kesejahteraan psikologis adalah kombinasi dari dimensi kesejahteraan yang luas mencakup evaluasi diri sendiri dan masa lalu, perasaan untuk terus bertumbuh dan berkembang sebagai diri, keyakinan bahwa hidup itu memiliki tujuan dan bermakna, memiliki kualitas relasi dengan orang lain, kemampuan untuk mengatur secara efektif kehidupan diri dan dunia sekitarnya, dan perasaan akan penentuan nasib sendiri. (Ryff,1995)

Tuntutan masyarakat pada guru untuk memantapkan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang dimana antar siswa didik bermacam latarbelakang maupun karakter, selain itu tekanan akan peningkatkan pelayanan pengajaran yang bermutu. Tekanan ini terjadi karena pandangan masyrakat tentang profesi guru sebagai sosok pendidik dan pengajar segala hal. Tekanan dan tuntutan itu membuat guru tidak memiliki pilihan lain

untuk melakukannya dan terbatasnya ruang gerak untuk guru berpendapat dan bertindak. Hal ini pun berpengaruh kesejahteraan psikologis guru honorer pada dimensi otonomi dan pengusaan lingkungan.

Status kepegawaian guru honorer yang berbeda, menyebabkan perbedaan pula dalam hal perkembangan diri guru honorer. Perbedaan tersebut terlihat dari sikap antara guru berstatus honorer terhadap guru yang berstatus tetap. Timbul rasa perbedaan dalam status ketenagakerjaan inilah yang berimbas pada relasi dan interaksi di antara mereka. Hal tersebut berpengaruh kesejahteraan psikologis guru honorer terkait dengan relasi positive dengan orang lain.

Reward yang berupa honorarium ataupun pengakuan dari masyarakat terasa tidak sesuai dengan kerja keras dan usaha yang di lakukan, membuat guru honorer pun merasa sulit untuk berkembang dan bertumbuh. Hal ini terjadi karena factor pemenuhan kebutuhan akutalisasi diri dalam bentuk material maupun dukungan kurang terpenuhi, sehingga guru honorer merasa terbebani secara pikiran dan perasaan. Hal tersebut pun berpengaruh terhadap tujuan dan niat dirinya dalam mengajar siswa didik semakin luntur. Hal ini pun mungkin berpengaruh pada kesejahteraan psikologis dalam tujuan hidup dan penerimaan diri guru honorer tersebut.

Kurangnya fungsi dari sekolah (lembaga pennyelengara pendidikan) sebagai jembatan komunikasi antara guru dengan pihak luar.

Sebagai jembatan komunikasi inilah seharusnya sekolah memberikan fasilitas kepada guru untuk dapat menyuarakan pendapatnya dalam sebuah rapat ataupun sebagai penyelangara sebuah kegiatan pelatihan untuk mengembangkan profesi guru tersebut. Kenyataannya beberapa sekolah jarang memberikan hal tersebut. Hal ini lah yang memberikan pengaruh pada keberfungsian dari dimensi pertumbuhan diri dalam kesejahteraan psikolgis.

Berdasarkan penjelasan pemikiran peneliti di atas maka, dapat dibuat suatu dinamika kerangka berpikir yang di gambarkan pada skema berikut:

Kesejahteraan Psikologis

otonomi Penerimaan diri

Pertumbuhan diri Relasi positif orang lain Penguasaa n lingkungan Tujuan hidup Guru Honorer Beban kerja 1. Gaji atau upah

dibawah UMR 2. Status

kepegawaian belum jelas

3. Beban kerja antara guru honor dan tetap sama

22 BAB III

Metodelogi Penelitian

Dokumen terkait