• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tematik

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 157-173)

118

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

BAB VII ANALISIS TEMATIK

Analisis Tematik bertujuan untuk mengupas perkembangan kebijakan fiskal terkini yang menjadi perhatian pemangku kepentingan dan publik. Dalam bab ini akan dibahas mengenai Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Maluku Utara. 7.1. Sekilas Tentang Stunting

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa angka stunting pada tahun 2019 turun menjadi 27,67 persen. Angka tersebut berdasarkan Prevalensi Data Stunting Tahun 2019 dari hasil riset studi status gizi balita di Indonesia. (Harsono 2019). Stunting merupakan imbas dari kekurangan gizi selama seribu hari pertama kehidupan.Kekurangan gizi akan memunculkan gangguan perkembangan fisik anak yang berdampak pada penurunan kemampuan motorik, kognitif dan kinerja. Sehingga diperlukan intervensi sejak dini pada gangguan stunting agar tidak berlanjut dampaknya hingga dewasa (Setiawan et al., 2018)

Menurut penelitian Trihono dkk (2015), menunjukkan bahwa anak stunting akan selalu dihubungkan dengan prestasinya di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Selain itu, anak stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat dan miskin. Sedangkan kerentanan terhadap penyakit, anak stunting memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan anak normal seperti biasanya.

Dalam penelitian Setiawan et al. (2018), disebutkan bahwa kasus stunting pada anak dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk memprediksi kualitas sumber daya manusia suatu negara. Stunting dapat menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit sumber daya manusia sehingga mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Dinas Kesehatan sedang giat menjalankan program peningkatan kesehatan bagi masyarakat, terutama bagi kesehatan anak-anak baik usia balita atau di atasnya.

Program yang digagas pemerintah merupakan program untuk mencegah terjadinya keadaan stunting. Program ini melibatkan banyak pihak dan beberapa program lain yang saling memiliki keterkaitan. Untuk mewujudkan keberhasilan program pencegahan stunting dibutuhkan suatu Konvergensi yang merupakan pendekatan intervensi secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama pada target sasaran wilayah

119

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

geografis dan rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Konvergensi tersebut

dilakukan dengan menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.

Untuk tingkat Nasional sampai dengan tahun 2019, pemerintah mengharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting menjadi 28 persen. Untuk Provinsi Maluku Utara tahun 2019 memiliki angka stunting sebesar 15 persen. Angka ini menunjukkan bahwa Provinsi Maluku Utara memiliki angka stunting dibawah angka stunting Nasional. 7.2. Konvergensi Program Pencegahan Stunting

Upaya Konvergensi dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemantauan dan evaluasi program atau kegiatan. Pada tahap perencanan, kovergensi diarahkan pada pendalaman dan penajaman proses perencanaan. Penajaman dimulai dari analisis situasi awal di wilayah obyek pencegahan stunting . Analisis tersebut berdasarkan data faktual meliputi identifikasi penyebab utama dan program yang dilaksanakan. Hasil analisis akan mendapatkan informasi mengenai program yang dibutuhkan agar tepat sasaran.

Konvergensi pada tahap pelaksanaan diarahkan untuk melaksanakan intervensi gizi spesifik dan sensitif secara bersama dan terpadu di lokasi yang telah disepakati bersama. Aksi ini termasuk mendorong penggunaan dana desa untuk percepatan pencegahan stunting dan mobilisasi Kader Pembangunan Manusia (KPM). Sedangkan pada tahap pemantauan dan evaluasi, konvergensi dilakukan melalui pelaksanaan pemantauan yang dilakukan bersama menggunakan mekanisme dan indikator yang terkoordinasikan dengan baik secara berkelanjutan. Hasil pemantauan dan evaluasi dapat dijadikan acuan bagi semua pihak yang terkait untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan upaya percepatan pencegahan stunting dan memberikan masukan bagi tahap perencanaan dan penganggaran selanjutnya.

Untuk Aksi Konvergensi sendiri, sesuai dengan Panduan Konvergensi Program/Kegiatan Percepatan Pencegahan stunting, terdiri dari 8 (delapan) aksi, yaitu: 1. Melakukan analisis situasi untuk mengidentifikasi sebaran stunting, ketersediaan

program, dan kendala dalam pelaksanaan program.

2. Menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan intervensi gizi. 3. Menyelenggarakan rembuk stunting tingkat kabupaten/kota.

120

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

4. Bupati/Walikota menerbitkan aturan tentang peranan Desa agar terdapat

kepastian hukum bagi desa untuk menjalankan peran dan kewenangan desa dalam intervensi gizi terintegrasi.

5. Membina Kader Pembangunan Manusia dengan memastikan tersedianya dan berfungsinya kader yang membantu pemerintah desa dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di tingkat desa.

6. Meningkatkan sistem pengelolaan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kabupaten/kota.

7. Melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi angka stunting di kabupaten/kota.

8. Melakukan reviu kinerja pelaksanaan program dan kegiatan terkait penurunan stunting selama satu tahun terakhir.

Aksi konvergensi program pencegahan stunting melibatkan banyak pihak dan memiliki peran masing-masing sesuai dengan tupoksinya. Pemerintah Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa merupakan beberapa pihak yang memiliki peran untuk terwujudnya tujuan program penanganan stunting.

Penanganan stunting sendiri wajib melakukan suatu intervensi oleh Pemerintah. Saputri dan Tumangger (2019) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Intervensi Stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Intervensi Gizi Spesifik merupakan intervensi jangka pendek pada sektor kesehatan yang ditujukan kepada Ibu hamil dan anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30 persen penurunan stunting. Intervensi Gizi Sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70 persen Intervensi Stunting dengan sasarannya masyarakat secara umum.

7.3. Evaluasi Program Penanganan Pencegahan Stunting di Maluku Utara Berdasarkan paparan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan judul “Upaya Percepatan Penurunan Stunting: Evaluasi Pelaksanaan Tahun 2018 & Rencana Tindak Lanjut Tahun 2019”, fokus Penurunan

121

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

Stunting 2019 Provinsi Maluku Utara berlokasi di Kabupaten Halmahera Selatan dan

Kabupaten Kepulauan Sula.

No Kabupaten/Kota Jumlah Balita

yang diukur Stunting persen 1 Kab Halmahera Barat 6.578 1.184 18

2 Kab Halmahera Tengah 2.772 534 19

3 Kab Kepulauan Sula 2.956 206 7

4 Kab Halmahera Selatan 7.585 1.090 14 5 Kab Halmahera Utara 7.338 1.225 17 6 Kab Halmahera Timur 6.511 1.463 22

7 Kab Pulau Morotai 4.233 638 15

8 Kab Pulau Taliabu 1.997 331 17

9 Kota Ternate 6.509 578 9

10 Kota Tidore Kepulauan 5.165 682 13

JUMLAH 51.644 7.931 15

Dari tabel 7.1, angka stunting secara keseluruhan pada wilayah Provinsi Maluku Utara adalah 15%. Namun dari angka tersebut diperlukan adanya evaluasi lebih lanjut. Dan untuk mendapat evaluasi tersebut diperlukan pemahaman atas proses evaluasi pelaksanaan sebuah program atau aksi.

Dalam menjalankan suatu program, dibutuhkan suatu evaluasi untuk mengidentifikasi pelaksanaan program dan dasar pengambilan keputusan selanjutnya atas program tersebut. Evaluasi dilakukan pada suatu objek yang berupa program, kebijakan, kegiatan, organisasi, ataupun sumber daya manusia. Evaluasi dilaksanakan supaya mendapatkan informasi mengenai objek evaluasi yang akan dinilai dengan indikator objek evaluasi. Informasi yang didapat akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menyikapi fenomena pada objek evaluasi tersebut.

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara (2019)

Tabel 7.1 Angka stunting di Maluku Utara

122

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

Rerangka Berpikir

Menurut Jogiyanto (2005) dan Mcleod (2001) evaluasi terhadap suatu sistem atau program dapat dilakukan dalam 3 aspek yaitu input, proses dan output. Untuk mengevaluasi input dapat digunakan pendekatan terhadap Man, Money, Material, dan Method (Hasibuan, 2005). Input program penanganan stunting akan dievaluasi menggunakan pendekatan terhadap Man, Money, Material, dan Method.

Sedangkan proses dapat dianalisis menggunakan fungsi dasar manajemen. Dalam suatu organisasi, Terry (2013) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan). Proses program penanganan stunting akan dievaluasi menggunakan pendekatan empat fungsi dasar manajemen.

Pelaksanaan program tersebut akan berhasil berhasil jika evaluasi terhadap Input yang meliputi Man, Money, Material dan Method (4M), Proses yang meliputi Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC) serta Output dapat terpenuhi. Kendala dan rekomendasi juga akan teridentifikasi untuk perbaikan program dimaksud.

Evaluasi Input a. Man

Evaluasi program konvergensi pencegahan stunting dapat dimulai dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat atau Man dan merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, manusia ialah faktor yang paling menentukan. Manusia membuat tujuan, melakukan proses untuk mencapai tujuan tersebut dan tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

Seluruh SDM yang terlibat dalam pelaksanaan program ini mulai dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat.

Input •Man •Money •Material •Method Proses •Planning •Organizing •Actuating •Controlling Gambar 7.1 Rerangka Berpikir Evaluasi Konvergensi Penanganan Stunting

123

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

Berdasarkan tabel 7.2 di atas, jumlah tenaga kesehatan di daerah stunting mayoritas sudah terisi. Untuk Maluku Utara hanya dokter gigi yang belum terisi formasinya. Tenaga Kesehatan di kawasan regional ini harus diperhatikan distribusinya karena secara geografis beberapa daerah kepulauan, jangan sampai hanya di kota besarnya saja.

Menurut Notoadmojo (2010) ada dua aspek yang dilihat dalam sumber daya manusia, yakni kuantitas dan kualitas. Berdasarkan data yang diperoleh, secara kuantitas SDM sudah mencukupi. Secara kualitas belum bisa dilakukan evaluasi mendalam terkait kualitas SDM dikarenakan keterbatasan waktu penyusunan evaluasi terhadap program konvergensi pencegahan stunting di Maluku Utara. b. Money

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar, sehingga uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Money disini merupakan Penganggaran karena akan dapat dilihat berapa dana yang disediakan untuk pelaksanaan program ini.

Pelaksanaan suatu program Pemerintah tidak akan bisa lepas dari enganggaran (dana bersumber dari APBN/APBD). Pemerintah Daerah akan menggunakan APBDnya untuk menjalankan programnya, salah satunya pencegahan stunting. JIka pendanaan APBD untuk Aksi Konvergensi Stunting tidak mencukupi, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan:

Provinsi Jumlah Unit

Dokter Umum

Dokter

Gigi Perawat Bidan

Kesehatan Masyarakat

Kesehatan

Lingkungan Farmasi Gizi

Ahli Teknologi Laboratorium Medik Jumlah per Provinsi SULAWESI UTARA 4 5 1 35 24 7 3 2 2 0 79 MALUKU 15 7 1 157 137 7 23 4 25 3 364 MALUKU UTARA 8 7 0 42 59 9 7 9 8 8 149 PAPUA 18 23 3 201 86 22 5 14 21 14 389

Sumber : Dashboard Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI (2019, diolah)

Tabel 7.2 Rekapitulasi SDM Kesehatan Daerah Stunting di Puskesmas

124

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

 Tim koordinasi lintas sektor dapat mengajak OPD untuk mereviu anggarannya

dan mengalokasikan anggaran dari kegiatan yang relevan untuk aksi konvergensi

 Tim Koordinasi mengundang pihak non-pemerintah atau mitra pembangunan untuk melakukan kegiatan CSR, kegiatan filantrofi, dan kegiatan bersama lainnya.

 Memobilisasi dukungan PKK kab/kota

 Kabupaten/kota mengusulkan dukungan kegiatan/anggaran provinsi, misalkan untuk kegiatan perbaikan manajemen data dan pengukuran dan publikasi data stunting.

Program penanganan stunting di Maluku Utara sudah dianggarkan di APBD dan mendapat dana juga dari APBN.

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara (2019)

Tabel 7.3 menunjukkan realisasi penggunaan dana bagi program penanganan stunting di Maluku Utara. Realisasi menunjukkan angka di atas 99 persen. Secara kuantitas, anggaran sudah diserap dengan baik. Kualitas dari penggunaan dana akan dapat dilihat dari analisis output pada sub bab selanjutnya dengan terlihatnya seberapa besar capaian output dari program tersebut.

Selain dana APBD, Dana Desa sendiri dapat digunakan untuk kegiatan penanganan stunting. Sesuai Permendes PDTT No. 16 tahun 2018, beberapa kegiatan pemanfaatan Dana Desa untuk penanganan stunting antara lain:

No. Tingkat

Administrasi Out Put Kegiatan

Tempat

kegiatan RPD (Rupiah) Realisasi Penguatan Intervensi

Suplementasi Gizi di Provinsi

Pertemuan Penguatan intervensi suplementasi gizi Ibu hamil dan balita

(paket Gizi ) di propinsi (APBN) Provinsi 100.000.000 100% Orientasi dan pemanfaatan data survailans

gizi (APBN) Provinsi 1.497.068.000 99% Diseminasi Hasil pemutahiran data

survailns gizi (APBN) Provinsi

1.597.068.000 99,6% Pelatihan pemberian makanan bayi dan

anak (PMBA) di lokus stunting (APBN)

Halteng dan

Haltim 170.730.000 99,48 % pelacakan dan konfirmasi masalah gizi dan

monev kegiatan gizi (APBN)

10

kab/kota 265.152.000 99,33% Orientasi Pedoman Asuhan Gizi Dan

e-PPGBM Di Puskesmas

Sula, Morotai

dan Halsel 256.270.000 99% Intervensi Anak Balita Kurus, Gizi Buruk dan

Stunting (APBD) 10 kab/kota 167.070.000 100% 337.800.000 99,4% Pembinaan Dalam Pengetahuan Gizi Masyarakat (Dana Dekon) Kabupaten 2 Jumlah Provinsi 1 Peningkatan Surveilans Gizi Jumlah Tabel 7.3 Realisasi Penggunaan Dana Program Penanganan stunting di Maluku Utara

125

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

1. Penyediaan air bersih dan sanitasi

2. Pemberian makanan tambahan dan bergizi untuk balita

3. Pelatihan pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui

4. Bantuan Posyandu untuk mendukung kegiatan pemeriksaan berkala ibu hamil atau ibu menyusui

5. Pengembangan apotik hidup desa dan program holtikultura untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil atau ibu menyusui

6. Pengembangan ketahanan pangan desa

7. Kegiatan penanganan kualitas hidup lainnya yang sesuai dengan kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.

c. Material

Dalam lingkup program pemerintah, material dapat diartikan sebagai fasilitas pendukung bagi lancanya program tersebut. Untuk program penanganan stunting, fasilitas kesehatan merupakan input yang cukup penting. Fasilitas kesehatan menjadi sarana bagi tenaga kesehatan melayani masyarakat.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara (2019)

Wilayah

2018

Fasilitas Kesehatan menurut Kabupaten/Kota (Unit)

Rumah Sakit

Rumah Sakit Bersalin

Puskesmas Posyandu Klinik/Balai

Kesehatan Polindes Halmahera Barat 1 - 14 201 - 44 Halmahera Tengah 1 - 11 68 - 3 Kepulauan Sula 1 - 13 80 - 12 Halmahera Selatan 3 - 32 328 - 120 Halmahera Utara 2 - 19 289 1 40 Halmahera Timur 1 - 16 117 - 17 Pulau Morotai 1 - 7 96 1 0 Pulau Taliabu 1 - 8 75 - 8 Ternate 7 - 11 178 3 15 Tidore Kepulauan 2 - 10 149 - 26 Maluku Utara 20 - 141 1581 5 285 Tabel 7.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Maluku Utara

126

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

Tabel 7.4 menunjukkan belum adanya fasilitas persalinan (bersalin) dalam

bentuk Rumah Sakit Bersalin, namun sudah tersedia Klinik-klinik Bersalin, yang tersebar dibeberapa daerah, meskipun belum menjagkau semuanya. Sehingga kedepannya perlu dibangun Rumah Sakit bersalin atau meningkatkan status dari Klinik Bersalin menjadi Rumah Sakit Bersalin atau Rumah Sakit Ibu dan Anak. Hal ini tentu disertai dengan harapan dapat meningkatkan pelayanan bagi Ibu dan Anak, sehingga kesehatannya dapat lebih terawasi, baik itu pada saat kehamilan hingga proses tumbuh kembang anak.

d. Method

Method dapat diartikan sebagai tata kerja yang merupakan suatu cara melaksanakan pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Jadi tercapainya atau tidaknya tujuan itu tergantung dari cara kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula, SOP pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi sudah ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri.

Panduan pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten/Kota menjadi rujukan setiap daerah untuk melaksanakan programnya masing-masing. Kabupaten Halmahera Selatan sudah menetapkan Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2019 tentang Upaya Penanggulangan Stunting Terintegrasi. Peraturan ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan panduan teknis pelaksanaan penanggulangan stunting di Halmahera Selatan.

Evaluasi Proses a. Planning

Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa Perencanaan merupakan proses untuk menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Hal ini berarti dalam perencanaan perlu ditentukan apa yang akan dicapai dan cara-cara untuk mewujudkan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan tentang apa, bagaimana, mengapa, dan kapan dilakukannya aktivitas, kemudian ditetapkan siapa yang melakukan, bagaimana pembagian kerja, pembagian wewenang, tanggung jawab serta pertanggung jawaban dari masing-masing kegiatan.

127

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

Salah satu indikator perencanaan program penanganan stunting telah

dilaksanakan ialah adanya program tersebut dalam dokumen perencanaan anggaran daerah. Sebagai contoh Kabupaten Halmahera Selatan telah mencantumkannya dalam Peraturan Daerah APBD-P tahun 2019 dan Kebijakan Umum APBD Perubahan 2019. Komitmen elemen pemerintahan harus diapresiasi demi lancarnya program ini. Setelah itu pelaksana teknis beserta masyarakatlah yang akan bergerak untuk pelaksanaanya.

b. Organizing

Menurut Winadi (1990) pengorganisasian ialah suatu proses di mana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu. Tahap ini dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.

Salah satu cara pengorganisasian ialah menetapkan aturan untuk menentukan tim pelaksana kegiatan beserta tugasnya masing-masing. Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan Keputusan Bupati Halmahera Selatan Nomor 75 tahun 2018 tentang Pembentukan Tim Penanggulangan Stunting Kabupaten Halmahera Selatan dan Keputusan Bupati Kepulauan Sula Nomor 121.A tahun 2019 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting Kabupaten Kepulauan Sula. Peraturan tersebut dapat digunakan sebagai petokan pelaksanaan tugas masing-masing anggota tim dan akan memudahkan pengawasannya juga.

c. Actuating

George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggotaanggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Sedangkan Menurut Nawawi (2000) actuating ialah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing), dan komunikasi (communication). Selanjutnya actuating merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap pihakdapat

128

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung

jawabnya.

Berdasarkan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan, telah dilakukan kegiatan pembinaan, koordinasi dan penggalangan komitmen seluruh pihak terkait program penanganan stunting.

Sedangkan untuk menangani Stunting di Maluku Utara, Pemerintah sudah melaksanakan program dengan menggunakan APBN. Berikut ditampilkan tabel Realiasi Capaian Output Strategis Bidang Kesehatan di Maluku Utara Tahun 2019 yang memiliki keterkaitan dengan pencegahan stunting.

Ringkasan

Pendanaan Pagu (Rupiah) Selisih RDP (Rupiah)

Realisasi (Rupiah) % 1 Program

Kode Program Nama Program

Ra pa t Koordinas i Ti m PS Da la m Penguata n Regula si Penurunan STUNTING 23.770.000 0 23.770.000 23.770.000 100

1.02.1.02.01.34 Kode Kegiatan KegiatanNama

BOK dalam pencegahan stunting 1.02.1.02.01.34.10 Kode

Output Nama Output

Pengga la nga n Komitmen Penurunan Stunting Tk. Keca ma ta n 122.924.000 0 122.924.000 122.924.000 100 Eliminasi Stunting Pembinaan STBM di Desa Lokus Stunting 106.880.000 0 106.880.000 106.880.000 100 Pembinaan PHBS bertatanan keluarga di desa lokus stunting 69.094.000 0 69.094.000 69.094.000 100 Konsultasi stunting 20.800.000 0 20.800.000 20.800.000 100 Advokasi Sosialisasi Germas Pola Hidup Sehat 67.054.000 0 67.054.000 67.054.000 100 386.752.000 0 410.522.000 410.522.000 100

1. PENYUSUNAN REGULASI PENURUNAN STUNTING

2. KOORDINASI, KONVERGENSI LP/LS

3. PENGUATAN PERGERAKAN PELAKSANAAN INTERVENSI SPESIFIK & SENSITIF

4. ORIENTASI STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

T O T A L

Realisasi Output

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

Menurunnya Prevalensi Stunting No Program/Kegiatan/Output

Pagu

Nominal % Target Capaian % 1 Desa Pangan 189.718.000 184.697.900 97,4% 4 100% Desa4 2 Pasar Aman 136.434.000 135.870.539 99,6% 2 100% Desa2 3 Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) 1.278.342.000 1.274.461.509 99,7% 300 330 100% Sekolah 4 Sampel Makanan 141.294.000 137.590.167 97,4% 150 150 100% Sampel 5 Sertifikasi 70.720.000 69.220.928 97,9% 7 100% Keputusan7 6 Alokon Faskes 3.963.067.000 3.355.824.426 84,7% 224 224 100% Faskes 7 Keluarga Baduta 800.000.000 732.770.000 91,6% 10.175 10.175 100% Keluarga 8 Kepesertaan KB 1.359.442.000 1.354.311.580 99,6% 117.381 117.381 100% Peserta KB 9 PIK Remaja 1.433.670.000 1.248.506.893 87,1% 213 184 87% Kelompok

Satuan

No Output Prioritas Pagu Realisasi Output

Tabel 7.5 Kinerja Pengorganisas ian di Dinkes Halmahera Selatan

Sumber : Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Halmahera Selatan (2019)

Sumber : Flash Report Capaian Output Kanwil DJPb Maluku Utara (2019)

Tabel 7.6 Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Kesehatan di Maluku Utara

129

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

Berdasarkan tabel 7.6 capaian output yang memiliki keterkaitan dengan

pencegahan stunting, yaitu : Desa Pangan dan. Keluarga Baduta. Program Desa Pangan ini diharapkan dapat membentuk Desa yang mampu swasembada pangan. Diharapkan dengan adanya Desa Pangan ini, kebutuhan pangan masyarakat di desa tersebut dapat terpenuhi. Pelaksanaan program Desa Pangan dilaksanakan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan Sofifi. Realisasi sebesar Rp184,6 juta (97,4persen) dengan capaian output 100 persen dari target 4 desa. Sebagian besar merupakan sosialisasi/bimtek Komunitas Desa, workshop serta pelatihan kepada koordinator lapangan desa. Tidak terdapat permasalahan yang berarti bagi satuan kerja dalam pelaksanaan output strategis ini

Program Baduta (Bawah Dua Tahun) merupakan program pendampingan terhadap Keluarga yang memiliki anak dibawah dua tahun dan berisiko lebih tinggi mengalami stunting. Program ini diharapkan mampu mencegah keterjadian stunting. Keluarga Bawah Dua Tahun dilaksanakan oleh satker Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Maluku Utara. Realisasi sebesar Rp.732,7 juta dengan capaian output 100 persen dari target 10.175 keluarga. Tidak terdapat permasalahan yang berarti bagi satuan kerja dalam pelaksanaan output strategis ini.

Untuk Provinsi Maluku Utara, realisasi Bidang Kesehatan tahun 2019 untuk kegiatan pencegahan stunting sebesar Rp629,03 miliar dengan jenis capaian output kegiatan yang dihasilkan antara lain :

- pembangunan dan rehabilitasi RS dan puskesmas, - pengadaan sarana petugas lapangan KB,

- penyediaan prasarana dan alat kesehatan di Puskesmas dan RS Kab/Kota/Provinsi,

- pengadaan ambulans

- pengadaan kendaraan Puskesmas

Sedangkan Bidang Sanitasi akan mendukung pencegahan keterjadian stunting. Capaian output strategis Bidang Sanitasi dengan realisasi Rp38,07 miliar dihasilkan output berupa:

- Pembangunan septik tank komunal,

- Pembangunan IPAL komunal kombinasi MCK, - Pembangunan MCK dan jaringan perpipaan.

130

KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019

KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA

d. Controlling

Robins (1984) menjelaskan bahwa pemantauan segala aktivitas untuk menjamin pencapaian tujuan sebagaimana direncakan dan pemeriksaan terhadap adanya penyimpangan menjadi hakekat pengawasan. Pengawasan yang dibuat dalam fungsi manajemen sebenarnya merupakan strategi untuk menghindari penyimpangan penyimpangan dari segi pendekatan rasional terhadap keberadaan input (jumlah dan kualitas bahan, uang, staf, peralatan, fasilititas, dan informasi), demikian pula pengawasan terhadap aktivitas (penjadwalan dan ketepatan pelaksanaan kegiatan organisasi), sedangkan yang lain adalah pengawasan terhadap output (standar produk yang diinginkan).

Berdasarkan dashboard Kemendagri, untuk mengawasi program penanganan stunting, dapat dilihat status setiap Kabupaten yang menjadi fokua lokasi program

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 157-173)