BAB IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
4.3 Jenis Belanja dalam APBD
Belanja daerah di Maluku Utara diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak, serta pengembangan sistem jaminan sosial. Alokasi belanja daerah tahun 2019 di Provinsi Maluku Utara dirinci berdasarkan klasifikasi menurut urusan, klasifikasi menurut fungsi, dan klasifikasi menurut jenis belanja.
4.3.1 Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Berdasarkan RPJMD 2014-2019 Maluku Utara, pendanaan APBD diarahkan pada program pro rakyat untuk meningkatkan daya dorong serta daya saing wilayah melalui prioritas urusan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Alokasi belanja untuk urusan wajib mendapat porsi 74,38 persen dari total anggaran serta mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Selebihnya 5,5 persen dialokasikan untuk urusan pilihan.
Dari keseluruhan alokasi belanja tersebut, sebanyak 51,78 persen diperuntukkan bagi pelaksanaan urusan yang terkait dengan pelayanan dasar. Hal ini selaras dengan arah kebijakan dan program pembangunan daerah Maluku Utara dalam membangun masyarakat yang berkualitas. Hanya kenaikan alokasi terbesar masih diarahkan pada belanja operasional rutin yang tidak begitu produktif. Terlihat dari anggaran untuk urusan pemerintahan umum dan perangkatnya yang naik hingga Rp4,97 Triliun.
Untuk belanja urusan pilihan yang diarahkan pada potensi keunggulan daerah, secara umum naik 31,06 persen. Dapat dikatakan kebijakan anggaran pemda sudah sepenuhnya berpihak dalam menopang sektor-sektor unggulan utama Maluku Utara. Tercatat hampir semuanya mengalami kenaikan, kecuali anggaran urusan energi dan sumber daya mineral dan perdagangan yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 64,28 persen dan 7,93 persen, menunjukkan bahwa pengelolaan energi dan sumber daya mineral terpusat di provinsi sehingga alokasi belanja di kab/kota menjadi tidak ada, sedangan untuk sektor perdagangan karena adanya realokasi anggaran terjadi penurunan walaupun tidak terlalu signifikan.
68
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
No. APBD Berdasarkan Urusan TA 2017 TA 2018 TA 2019
1. Urusan Wajib 11.410 8.533 9.922
Pendidikan 1.908 1.527 2.235
Kesehatan 1.319 1.083 1.688
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1.976 1.189 2.058
Perumahan 380 277 459
Perencanaan Pembangunan 14 87 114
Perhubungan 148 96 193
Lingkungan Hidup 77 105 90
Pertanahan 31 40 33
Kependudukan dan Catatan Sipil 60 43 67
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 33 21 52
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 38 37 44
Sosial 124 88 101
Ketenagakerjaan 48 37 47
Koperasi dan UKM 35 27 57
Penanaman Modal 39 33 53
Kebudayaan 13 9 19
Kepemudaan dan Olahraga 65 53 64
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 114 - 7
Otda, Pemerintahan Umum, Adm. Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian 4.755 3.632 2.293
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 87 53 83
Statistik 0,5 6 0
Kearsipan 22 13 24
Komunikasi dan Informatika 47 32 59
Ketahanan Pangan 59 34 67
Perpustakaan 14 11 15
2. Urusan Pilihan 653 557 730
Pertanian 151 146 166
Kehutanan 38 36 49
Energi dan Sumber Daya Mineral 81 56 20
Pariwisata 68 64 152
Kelautan dan Perikanan 189 122 172
Perdagangan 54 63 58
Industri 43 58 91
Ketransmigrasian 28 12 22
Sumber : APBD-P Kab/Kota/Prov.Maluku Utara (2019)
Tabel 4.3 Perkembanga n Belanja APBD Berdasarkan Klasifikasi Urusan di Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar
69
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Penurunan pada sektor perdagangan tersebut berpacu pada bertambahnyapengembangan UMKM di Maluku Utara. Sebagai wilayah kepulauan, jalur perairan yang luas menjadi faktor terpenting dalam mendongkrak pertumbuhan perdagangan dari berbagai wilayah untuk melakukan ekspor di Maluku Utara. Sedangkan kenaikan pada sektor industri, disebabkan oleh kenaikan kapasitas produksi di tahun 2019 sebesar 56,90 persen. Dengan adanya, empat lini smelter di Provinsi Maluku Utara ini, diharapkan kedepannya dapat menaikkan jumlah perkembangan produksi tambang di Maluku Utara.
Patut menjadi penghargaan pemda adalah pengembangan urusan perikanan dan kelautan yang anggarannya naik 40,98%. Sebagai salah satu pusat lumbung ikan di Kabupaten Pulau Morotai dengan potensi perikanan tangkap 1.714.158 ton/tahun, seharusnya sektor ini dapat memberikan kontribusi lebih bagi perekonomian Maluku Utara.
4.3.2
RincianBelanja Daerah Berdasarkan FungsiAlokasi belanja daerah di Maluku Utara menurut fungsi terbagi ke dalam sembilan jenis fungsi dengan rincian sebagaimana tabel berikut :
APBD Berdasarkan Fungsi 2017 2018 2019
Pelayanan Umum 4.868 3.769 4.970
Ketertiban dan Keamanan 111 71 170
Ekonomi 974 773 1.078
Lingkungan Hidup 115 104 123
Perumahan dan Fasilitas Umum 2.352 1.466 2.518
Kesehatan 1.357 1.083 1.688
Pariwisata dan Budaya 81 73 172
Pendidikan 1.987 1.527 2.235
Perlindungan Sosial 218 152 220
Sumber : APBD Kab/Kota/Prov.Maluku Utara (2019)
Kebijakan alokasi belanja APBD dari seluruh pemda secara umum lebih diarahkan pada fungsi dasar penyediaan jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemda. Terlihat dari porsi anggaran operasional pemerintahan untuk fungsi pelayanan umum mencapai 37,72 persen atau naik 31,87%. Porsi anggaran terbesar beriktunya adalah untuk fungsi perumahan dan fasilitas umum yang naik 71,76%.
Alokasi belanja terbesar lainnya adalah untuk fungsi pendidikan serta fungsi kesehatan yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 46,36 persen dan 55,86 persen. Artinya perannya sangat penting dalam memberikan multiplier effect
Tabel 4.4 Profil Belanja APBD Berdasarkan Fungsi di Provinsi Maluku Utara
70
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
bagi perekonomian Maluku Utara. Sementara kenaikan anggaran fungsi kesehatanmemberi dampak positif dalam menekan tingkat stunting pada bayi dan balita.
4.3.3
RincianBelanja Daerah Menurut Jenis Belanja (Sifat Ekonomi)Realisasi belanja daerah di Provinsi Maluku Utara hingga akhir tahun 2019 adalah sebesar Rp11,4 Trilun atau 89,3 persen dari pagu yang dianggarkan. Penyerapan anggaran di Maluku Utara masih didominasi oleh belanja barang dengan proporsi 35,42 persen dari total belanja, meningkat 9,29 persen dari tahun 2018. Kenaikan terbesar terdapat pada Belanja Perjalanan Dinas yang meningkat 46,19 persen. Untuk belanja modal yang menjadi faktor krusial dalam pergerakan ekonomi, naik 10,09 persen. Hal tersebut dipengaruhi kebijakan revitalisasi anggaran pemerintah pusat, diantaranya dari komponen dana perimbangan yang menjadikan pagu belanja modal tahun 2019 naik 27,07 persen. sedangkan dari sisi penyerapan, realisasinya secara presentase cukup drastis naik sebesar 43,69 persen dari tahun 2018.
Membaiknya kinerja belanja modal tidak lepas juga dari pemberlakuan PMK Nomor 50 tahun 2017 dimana penyaluran TKDD mempertimbangkan kinerja penyerapan dan capaian output sehingga mendorong pemda mempercepat realisasi belanja modal yang banyak dibiayai dari DAU dan DAK. Untuk belanja barang yang juga diharapkan memberi sumbangsih dalam perekonomian, penyerapannya mencapai 107,68 persen. Kontribusinya sebesar 35,42 persen terhadap total belanja. Hanya realisasinya cenderung kurang produktif karena lebih banyak terserap untuk perjalanan dinas dengan proporsi 25,95 persen dan untuk belanja makanan dan minuman sebesar 8,27 persen.
Uraian
TA 2017 TA 2018 TA 2019 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Belanja Pegawai 3.769 3.342 3.175 2.885 3.580 3.421 Belanja Barang 3.039 2.621 3.654 2.886 3.756 4.044 Belanja Modal 3.242 2.657 3.122 2.408 3.967 3.460 Belanja Bunga 10 4 17 15 15 12 Belanja Subsidi 8 7 5 2 7 6 Belanja Hibah 463 413 652 796 417 50 Belanja Bantuan Sosial 44 39 52 48 51 50 Belanja Bagi Hasil Kepada
Prov/Kab/Kota dan Pemdes
119 120 136 141 137 172 Belanja Bantuan Keuangan
Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemdes
1.348 1.288 1.045 1.424 1.372 1.586 Belanja Tidak Terduga 21 14 22 10 36 24
Tabel 4.5 Jenis Belanja APBD di Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar Rupiah)
71
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
Sumber : LRA Kab/Kota/Prov.Maluku Utara (2019)
Terkait itu, pemda dituntut sebisa mungkin memilah program berdasarkan level urgensinya seperti dalam pelaksanaan perjalanan dinas luar kota atau rapat luar kantor. Efisiensi belanja pegawai termasuk rasionalisasi pegawai harian/kontrak, agar dilakukan secara komprehensif untuk mencegah penggunaan DAU yang semestinya diperuntukkan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi, terserap banyak hanya untuk membayar gaji pegawai.
Berdasarkan perkembangan realisasi belanja dari setiap pemda, penyerapan tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara yang mencapai 85,22 persen. Capaian tersebut ditopang oleh realisasi belanja hibah sebesar 94,81 persen. Selama ini, pos belanja modal di Maluku Utara menjadi kunci tingkat penyerapan belanja secara agregat.
Sementara penyerapan terendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Sula sebesar 85,51 persen. Kondisi tersebut dipicu karena Barang Milik Daerah yang dibawah nilai minimum kapitasi. Imbasnya penyerapan belanja modal baru mencapai 88,82 persen. Untuk realisasi belanja modal paling minim di Maluku Utara berada di Kabupaten Kepulauan Sula. Penyebab dominannya karena penyampaian berita acara pencairan anggaran terlambat dari instansi terkait.
Sumber : LRA Kab/Kota/Prov.Maluku Utara (2019)
Jika melihat pergerakan realisasi belanja daerah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemda di perbankan, terlihat pola fluktuatif yang mirip dengan tahun 2018. Kenaikan penyerapan belanja di triwulan IV tahun 2019, diikuti kenaikan simpanan
500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 PAGU REALISASI Grafik 4.3 Perkembanga n Realisasi Belanja Kab/Kota di Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar
72
KAJIAN FISKAL REGIONAL 2019
KANWIL DJPb PROV MALUKU UTARA
pemda di perbankan sebesar 7,01 persen yang pada akhir tahun 2019 mencapaiRp27,8 Miliar.
Sumber : Bank Indonesia Perwakilan Maluku Utara (2019)
Deposito pemda pun naik 11,9 persen. Dapat dikatakan pola pelaksanaan anggaran pemda sedikit membaik hanya masih harus dibenahi. Jangan sampai idle
cash mengganggu likuiditas anggaran pemda hanya karena mengejar jasa giro/bunga
deposito. Pemda tetap perlu mewaspadai pola penempatan dananya diperbankan dengan menggenjot kinerja belanjanya agar tidak terkena penalty penyaluran dana transfer berbentuk SBN.