• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN MUTU

D. Analisis Temuan Penelitian

D. Analisis Temuan Penelitian

Hasil perolehan data dimulai dengan membahas proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Proses-proses tersebut dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang akan dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar tersebut menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah disusun di awal tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga menggunakan media laptop sebagai alat bantu pembelajaran yang sewaktu-waktu diperlukan dalam memberikan materi yang berhubungan dengan pokok bahasan.

Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi aspek menyiapkan rencana pembelajaran, menerangkan tujuan pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming. Dari kesemua indikator tersebut, guru bidang studi matematika berupaya memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan yang baik dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa-siswa untuk mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung.

Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas akselerasi.

Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif melakukan tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal matematika. Guru menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik (feedback), mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru melontarkan permasalahan aktual yang menjadi bahan diskusi bagi siswa. Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas akselerasi di atas rata-rata kelas reguler.

Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan perangkat multimedia yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di dalam kelas juga disediakan alat bantu berbasis teknologi (proyektor), jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Boleh dibilang bahwa proses pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology).

Pembelajaran berbasis ICT menggunakan perangkat-perangkat komputer dalam membahas materi-materi matematika seperti pembahasan bidang datar, peluang, statistika dasar, dan seterusnya. Perangkat itu digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi, dengan manampilkan gambar, diagram, proses perhitungan yang merangsang siswa untuk mengetahui secara mendalam. Media yang sering dipakai adalah alat-alat peraga realia (kubus, balok, prisma, media

berdimensi tiga, dan sebagainya), program komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan beberapa media pembelajaran lainnya.

3. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan setiap kompetensi dasar (KD). Siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan individu.

Guru memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir, guru melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi dalam pelaksanaan pembelajaran diketahui bahwa, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu, yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan kepada siswa dengan pengembangan tujuan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa (misalnya matematika untuk olimpiade). Ketiga, hasil membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk tulisan.

Berikut adalah hasil temuan penelitian di lapangan berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat:

Persiapan siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi dapat dijelaskan pada aspek berikut ini: a. Membaca materi pelajaran, jumlah siswa yang menjawab jenis ini

sebanyak 3 siswa.

b. Mendengarkan musik untuk mendapatkan penyegaran otak. Jumlah responden ini sebanyak 1 orang.

c. Melakukan latihan-latihan dalam menjawab soal matematika, jumlah siswa yang menjawab ini sebanyak 4 siswa.

d. Jarang membaca buku matematika dengan alasan kurang suka pelajarannya. Hanya ada 1 orang siswa.

Dari gambaran tersebut di atas diketahui bahwa siswa lebih banyak mempersiapkan diri dengan membaca materi atau mengerjakan soal-soal matematika di rumah. Fakta ini mengindikasikan bahwa persiapan matang mutlak diperlukan dalam menguasai materi di kelas. Fakta tersebut mengindikasikan dengan kuat bahwa para siswa kelas akselerasi memiliki persiapan matang dengan mengeksplorasi terlebih dahulu materi di rumah sebelum dibahas bersama di dalam kelas. Dengan aktivitas demikian, proses pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien.

Fakta lain juga ditemukan, bahwa sebagian besar para siswa rajin mencari sumber-sumber bahan ajar di internet yang ada di rumah mereka, atau di sekitar rumah. Bahan-bahan ajar itu dipelajari secara

serius untuk dicari pemecahan dan mengintroduksi ke dalam materi yang ada pada kurikulum.

Sedangkan persiapan mengajar guru lebih pada sistem koordinasi, memberikan fasilitas dan ketersediaan sumber-sumber bahan ajar yang akan dibahas. Selain RPP dan silabus serta buku panduan, guru juga mencari sumber-sumber bahan ajar tersendiri di internet. Dengan demikian, terjadi proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa.

Guru juga tidak lupa mempersiapkan perangkat-perangkat teknologi seperti laptop dan bahan presentasi dalam format power point. Tetapi ini tergantung materi dan tingkat kesulitan pelajar matematika yang diberikan. Menurut sebagian guru matematika, penggunaan slide tidak dilakukan setiap waktu.

2. Aktivitas Pembelajaran dan Pengajian Informasi

Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas akselerasi berbeda dengan kelas-kelas reguler lainnya yang ada pada SMA Negeri 8 Jakarta. Perbedaan tersebut terletak pada aspek berikut ini:

a. Formasi tempat duduk di kelas

Di dalam formasi tempat duduk siswa kelas akselerasi menggunakan formasi yang mobile. Artinya, di setiap waktu dan kesempatan, perubahan bentuk tempat duduk bisa berbentuk huruf U. Pada kesempatan yang lain berbentuk oval (berbentuk bulat dengan guru yang berada di tengah-tengah), pada kesempatan lain

dapat berbentuk per kelompok dengan dua siswa yang saling berhadap-hadapan.

Formasi yang berganti-ganti ini dilakukan karena jumlah siswa yang mengikuti program kelas akselerasi dalam satu kelas tidak lebih dari 15 siswa. Dengan demikian, ruang kelas dengan mudah disetting sesuai dengan kebutuhan dan keadaan materi yang diajarkan.

b. Interaksi guru dan siswa

Interaksi guru dan siswa berlangsung dalam suasana keakraban, tidak ada jarak antara kedua belah pihak tanpa mengurangi rasa hormat siswa kepada guru. Guru tidak sungkan-sungkan mengakui dan menghargai pendapat dan temuan siswa hasil rekayasa teknik dan kalkulasi matematis yang tidak konvensional.

Pada sisi siswa, mereka juga sering diberikan kesempatan oleh guru menjadi pengajar sementara untuk mempresentasikan hasil penemuan yang diperoleh sebelum masuk ke dalam kelas. Menurut hasil pengamatan dan wawancara, diperoleh fakta bahwa sistem asisten guru berlaku di kelas akselerasi. Sistem ini layaknya sistem yang diberlakukan di perguruan tinggi, dengan menempatkan asisten dosen pada mata kuliah tertentu. Yang membedakan dari sistem asisten dosen adalah bahwa siswa diberikan kesempatan yang sama pada suatu waktu untuk mempresentasikan temuan inovatif yang berhubungan dengan materi yang diberikan kepada mereka.

c. Kematangan guru dalam mengajar

Dari jawaban senang, banyak asalan yang mengemuka, antara lain dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Karena guru selalu mengajarkan sesuai dengan petunjuk atau cara yang berurutan;

2) Karena cara menyampaikan pesan penuh dengan humor dan hiburan yang dapat menghilangkan kejenuhan;

3) Karena guru mnyampaikan penuh melalui cara-cara yang interaktif yang membuat siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya;

4) Karena guru memberikan kesempatan yang luas kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan.

Sedangkan jawaban yang kadang-kadang hanya beralasan bahwa apa yang disampaikan oleh guru matematika sulit dimengerti oleh siswa tersebut. Dan bagi siswa yang menjawab tidak senang dengan apa yang disampaikan guru memiliki alasan bahwa siswa tersebut hanya menangkap materi pelajaran di sekolah dengan kisaran pemahaman antara 15 – 20%.

d. Cara siswa dalam menyelesaikan tugas

Guru menyelesaikan suatu masalah matematika, siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari, menemukan, dan memformulasikan perhitungan matematika di luar jalur yang tersedia. Oleh karena itu, mereka selalu memanfaatkan

fasilitas laboratorium matematika yang tersedia di SMAN 8 Jakarta, dengan fasilitas internet dan aplikasi-aplikasi matematika lain.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, mereka lebih senang mengerjakan tugas secara individual dibandingkan berkelompok. Fakta ini mempertegas bahwa, siswa kelas akselerasi yang memiliki kecerdasan tinggi ingin berusaha secara mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika.

Mereka mencari rumus-rumus dan konsep-konsep dasar matematika di internet, jurnal-jurnal langganan sekolah, buku matematika terbitan luar negeri yang tersedia di perpustakaan sekolah, sampai mereka menemukan misteri matematika tersebut secara maksimal.

e. Teknik menyelesaikan soal matematika

Mayoritas dari jawaban siswa-siswa adalah dikerjakan dengan sendiri sampai menemukan jawabannya. Sekiranya tidak memperoleh jawaban maka pilihan berada pada pihak berikut:

1) Guru, pihak guru menjadi alternatif terakhir untuk memperoleh jawaban yang benar;

2) Orang tua dan anggota keluarga, rata-rata pihak keluarga merupakan kelas menengah ke atas, dari aspek pendidikan setiangkat level sarjana dan pasca sarjana. Sehingga, ketika siswa-siswa mengalami kesulitan orang tua menjadi tumpuan jawaban;

3) Teman sekelas dan kelas di atasnya, biasanya ini dilakukan untuk memperoleh jawaban dengan cepat dan efektif.

Temuan yang lain adalah bahwa guru jarang menggunakan media pembelajaran di kelas, meskipun tersedia fasilitas internet dan slide di kelas. Dari jawaban siswa-siswa kelas akselerasi menyebutkan bahwa semua siswa (100%) menjawab guru matematika tidak menggunakan media pembelejaran di kelas. Alat-alat yang biasa digunakan adalah spidol, papan tulis, dan buku pelajaran.

Beberapa jawaban yang mengemuka meskipun guru tidak menggunakan media:

1) Pemahaman matematika tidak tergantung pada media yang dipakai oleh guru, melainkan sering tidanya siswa berlatih (drill) menjawab soal-soal matematika setiap kesempatan mempelajari matematika itu sendiri;

2) Justru dengan metode problem based-learning (memberikan umpan yang harus diselesaikan siswa), memberikan tugas dan resitasi, siswa-siswa lebih menangkap esensi pelajaran matematika.

Hal itu sesuai dengan jawaban siswa atas hasil wawancara diketahui bahwa siswa yang menjawab tentang cara yang paling mudah dalam memahami materi pada pelajaran matematika adalah dengan pembelajaran berbasis masalah dengan jumlah 8 siswa

(72,8%). Kemudian jawaban siswa yang menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman materi matematika berjumlah 2 siswa (18,2%), dan yang menjawab dengan cara atraktif dengan jumlah siswa yang menjawab sebanyak 1 orang (9,1%).

Jawaban yang menjadi mayoritas dari responden adalah dengan pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang menemukan masalah pada materi tertentu menjadi bahasan yang akan didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah. Setiap kesempatan pembelajaran matematika, lebih dari satu masalah muncul yang pada umumnya bersumber dari siswa.

Meskipun demikian, mereka merasa pelajaran matematika tetap sulit dan rumit karena padatnya kurikulum yang harus di selesaikan dalam waktu relatif cepat. Deskripsi jawaban yang mengalami kesulitan adalah sebagai berikut:

1) Tingkat kerumitan matematika itu sendiri, terutama menyangkut rumus-rumus dan konsep matematika;

2) Kurang konsentrasi;

3) Kurang cepat memahami penjelasan guru; 4) Tidak menyukai pelajaran matematika.

Para siswa kelas akselerasi merasakan kemudahan dalam menyelesaikan masalah. Karakteristik jawaban yang menjawab mudah dalam pelajaran matematika adalah:

2) Karena merasa materi pelajaran matematika yang ada di sekolah relatif mudah, kecuali untuk soal-soal yang diujikan mada olimpiade matematika dan sains.

f. Kehadiran siswa

Kehadiran siswa hanya dipatok 75% dari keadaan normal. Ini berbeda dengan kelas konvensional dengan kewajiban kehadiran 95% dari jumlah hari yang aktif dalam satu semester. Namun, siswa diberikan buku supervisi belajar yang dilakukan di luar kelas atau sekolah.

Para siswa biasanya diberikan waktu belajar di tempat lain secara berkelompok, dengan menyerahkan bukti kunjungan atau tugas dengan disertai hasil penelitian atau temuan. Tugas tersebut dapat dipresentasikan di dalam kelas dengan diundang beberapa perwakilan kelas yang berada di lingkungan sekolah SMAN 8 Jakarta.

g. Tempat belajar

Kelas akselerasi dilaksanakan dalam format yang berbeda, tidak sama dengan kelas-kelas reguler atau konvensional lainnya yang pada umumnya dilakukan. Pada kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta, rasio tempat pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas adalah 50 : 50. Rasio ini menunjukkan bahwa target kurikulum yang harus diselesaikan siswa dan guru dalam rentang waktu yang relatif

singkat (3 tahun harus selesai dalam 2 tahun), maka strategi dan kerativitas pembelajaran mutlak dilakukan, termasuk pemilihan tempat pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ada beberapa tempat yang digunakan dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1) Laboratorium matematika. Di tempat ini biasanya siswa seharian

penuh melakukan analisa dan penyelesaian soal-soal matematika di laboratorium matematika SMAN 8 Jakarta.

2) Perpustakaan sekolah. Selain laboratorium matematika, proses pembelajaran juga dilangsungkan di perpustakaan sekolah yang cukup memadai, terutama ketersediaan buku-buku referensi matematika dan jurnal luar negeri yang sangat membantu siswa menyelesaikan masalah.

3) Perpustakaan Fakultas MIPA perguruam tinggi yang ada di wilayah jakarta, seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Gunadarma, Universitas Trisakti dan sebagainya. Di tempat itu pula dilakukan sharing dan kajian bersama dengan beberapa mahasiswa senior dan dosen-dosen matematika di perguruan tinggi setempat. 4) Lembaga-Lembaga Riset dan Kajian Strategis seperti LIPI

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Puspitek Serpong, LAPAN (Lembaga Penelitian Antariksa Nasional), dan sebagainya.

h. Model Pembelajaran yang digunakan

Model pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran mandiri terstruktur dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based-learning). Model pembelejaran yang mengemuka dari jawaban siswa-siswa adalah dengan berlatih soal-soal setiap hari, menggunakan alat peraga, dan disampaikan dengan menyenangkan. Namun, landasan pembelajaran yang sering dilaksanakan adalah pembelajaran berbasis masalah.

E. Pembahasan

Perolehan data penelitian yang telah dideskripsikan di atas secara komprehensif, maka diperoleh beberapa hal baru yang berhubungan dengan proses pembelajaran matematika di dalam kelas X program akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta.

Bahwa proses pembelajaran matematika dilakukan dengan cara-cara yang lebih menekankan keaktifan siswa. Siswa-siswa pada kelas akselerasi diberikan fasilitas yang memadai, seperti pemberian laptop untuk masing-masing siswa. Dengan demikian proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dapat diimplementasikan melalui metode ICT (information communication technology).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh penemuan bahwa setiap bulan dilakukan aktivitas outbond. Aktivitas ini bertujuan untuk

mengasah kreativitas siswa, menumbuhkembangkan inovasi dan solusi dalam suatu permasalahan, meningkatkan kerja sama yang bersifat konstruktif- akademis, dan menghilangkan kejenuhan beban belajar yang begitu padat per minggu.

Pelaksanaan outbond sendiri terselenggara berkat kerja sama dengan orang tua siswa, yang menginginkan anak-anak mereka memperoleh penyegaran (fresh). Pihak sekolah memfasilitasi kegiatan tersebut dengan memberikan bantuan tenaga ahli, ahli psikologi dan shock teraphy.

Model atau metode pembelajaran matematika yang sering digunakan pada kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta adalah pembelajaran berbasis masalah (learning based-problem). Setiap siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi instrumen pokok materi yang akan dibahas tentu diperluas dengan masalah-masalah yang muncul di kelas. Masalah tersebut harus didiskusikan dan dicarikan pemecahan di antara siswa itu sendiri.

Permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh siswa akan dikonsultasikan kepada guru untuk dijadikan jalan keluarnya. Namun, guru tetap memberikan kesempatan memecahkan masalah untuk pertemuan berikutnya. Siswa diharuskan mencari di solusi di luar kelas.

BAB V

Dokumen terkait