• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN DANREM 073/

B. Analisis Tentang Praktek Perceraian Anggota Korem 073 /

1. Mengajukan gugatan perceraian ke PA tanpa ijin dari Danrem.

Tindakan istri prajurit yang mengajukan gugatan perceraian terhadap suaminya langsung ke Pengadilan Agama tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada Komandan Korem, ini sangat bertentangan dengan berbagai macam aturan, antara lain :

a. Bertentangan dengan Peraturan Panglima TNI No. 11 tahun 2007 bab IV pasal 11 ayat 1 s-d 3 yang menyatakan bahwa :

1) Permohonan talak/gugatan perceraian terhadap prajurit oleh suami/istri yang bukan prajurit disampaikan langsung oleh yang berkepentingan kepada pengadilan setelah memberitahukan kepada atasan prajurit yang bersangkutan.

2) Setiap prajurit yang menerima pemberitahuan dari pengadilan tentang telah diajukannya gugatan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini segera menyampaikan laporan tentang hal tersebut kepadaatasan yang berwenang memberi ijin perceraian.

3) Atasan yang berwenang memberikan ijin perceraian, setelah menerima laporan tersebut dalam ayat (2) pasal ini, segera mengadakan usaha-usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak. b. Bertentangan dengan Surat Pernyataan kesanggupan menjadi

istri/suami anggota TNI AD yang dibuat pada saat mengajukan

pernikahan dengan menyatakan “Bersedia mematuhi dan tunduk kepada

peraturan pernikahan, perceraian dan rujuk yang berlaku yang berlaku di TNI- AD” yang ditandatangani oleh yang bersangkutan di atas materai dan diketahui oleh pamong praja setempat.

2. Meminta ijin gugatan cerai ke Komandan Korem 073/Makutarama dengan menghadirkan pengacara.

Tindakan seorang seorang istri prajurit yang memaksakan kehendaknya untuk memperoleh ijin cerai dari Danrem 073/Makutarama,

bahkan sampai harus menghadirkan seorang pengacara, berarti telah menyimpang dari aturan dasar keprajuritan, antara lain :

a. Bertentangan dengan Peraturan Panglima TNI No. 11 tahun 2007 bab IV pasal 11 ayat 1 dan ayat 2 yang menyatakan bahwa :

1) Permohonan talak/gugatan perceraian terhadap prajurit oleh suami/istri yang bukan prajurit disampaikan langsung oleh yang berkepentingan kepada pengadilan setelah memberitahukan kepada atasan prajurit yang bersangkutan.

2) Setiap prajurit yang menerima pemberitahuan dari pengadilan tentang telah diajukannya gugatan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini segera menyampaikan laporan tentang hal tersebut kepadaatasan yang berwenang memberi ijin perceraian.

b. Bertentangan dengan Surat Pernyataan kesanggupan menjadi istri/suami anggota TNI AD yang dibuat pada saat mengajukan

pernikahan dengan menyatakan “Bersedia mematuhi dan tunduk

kepada peraturan pernikahan, perceraian dan rujuk yang berlaku yang berlaku di TNI- AD” yang ditandatangani oleh yang bersangkutan di atas materai dan diketahui oleh pamong praja setempat.

c. Bertentangan dengan Sumpah Prajurit yang ketiga yang berbunyi :

“Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan

3. Dengan adanya praktek perceraian anggota Korem 073/Mkt yang menyimpang/tidak sesuai dengan peraturan, maka akan mengakibatkan :

a. Jika yang seorang prajurit mengajukan cerai langsung ke PA, tanpa ijin Komandan maka yang bersangkutan bisa diancam ;

1) Dipecat/dikeluarkan dari dinas

2) Dimasukkan ke dalam sel/penjara dalam waktu tertentu. 3) Diturunkan pangkatnya satu tingkat lebih rendah

4) Ditunda kenaikan pangkatnya satu atau dua periode bahkan bisa lebih

5) Dan lain sebagainya

b. Apabila istri prajurit mengajukan cerai langsung ke PA, tanpa ijin Komandan, maka akan timbul kebijakan Komandan yang menyimpang, karena merasa tidak dihargai atau dihormati sebagai pimpinan.

c. Jika Istri prajurit mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama, tapi fihak pengadilan agama tidak memberi tembusan ke Danrem 073/Mkt, maka akan timbul ketidakharmonisan hubungan antara PA dengan Korem, bahkan Danrem bisa menuntut pejabat PA melalui Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap putusan Pengadilan yang dijatuhkan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Bap X Penutup, dinyatakan bahwa “Pengaturan tentang perkawinan dan

perceraian khusus bagi anggota Angkatan Bersenjata diatur lebih lanjut 0leh Menhankam/Pangab”.

2. Tata cara proses perceraian yang diterapkan di lingkungan TNI-AD khususnya di Korem 073/Makutarama, ternyata berfungsi sebagai mediasi ganda, dimana setiap prajurit Korem 073/Makutarama yang mengajukan perceraian, sebelum meju ke Pengadilan Agama, mereka harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Danrem 073/Makutarama. Dan sebelum menghadap Danrem, mereka sudah di mediasi oleh Kabintal di kantor Pembinaan Mental, kalau gagal akan dirukunkan oleh Kasi Intel di kantor Staf Intelijen, Pakumrem, kasrem dan kalau masih belum berhasil, baru menghadap Danrem.

3. Meskipun setiap pimpinan mempunyai hak dan wewenang untuk mengeluarkan kebijakan yang menyangkut masalah yang dihadapi di wilayah kekuasaannya, namun tidak selamanya kebijakan itu baik bagi anggota serta benar menurut hukum dan peraturan. Ada kalanya kebijakan

yang diambil oleh seorang pimpinan justru menyusahkan anak buahnya dan bahkan mungkin menyimpang dari aturan yang ada, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Kurangnya masukan/saran dari para pimpinan tingkat bawah yang mengerti tentang hukum dan peraturan kepada Danrem yang mungkin belum faham terhadap hukum dan aturan dari agama anak buahnya yang berbeda dengan agama yang dianutnya.

b. Adanya rasa egoisme yang melekat pada jiwa seorang pemimpinkarena kekuasaan dan kewenangannya, sehingga dalam mengambil keputusan tidak dilandasi kearifan, tapi didorong oleh emosi sehingga jauh dari kebijaksanaan.

c. Kurangnya komunikasi antara seorang pimpinan dan bawahanya beserta keluarganya, sehingga gejolak permasalahan yang terjadi di dalam keluarga anak buahnya tidak terpantau dan terlambat dalam penyelesaiannya.

d. Kurangnya komunikasi sosial dengan pejabat Pengadilan Agama sehingga terkadang tidak tahu bahwa ada istri prajurit yang mengajukan gugatan perceraian langsung ke Pengadilan Agama, tanpa meminta ijin dari Danrem.

4. Dalam hal istri/suami yang bukan anggota TNI mengajukan gugatan perceraian langsung ke Pengadilan ( tanpa adanya surat ijin cerai dari pejabat yang berwenang ) maka satuan yang bersangkutan dapat mengajukan surat keberatan kepada pengadilan yang bersangkutan

terhadap proses pengadilan yang seddang berlangsung atau kepada Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap putusan pengadilan yang dijatuhkan.

B. Saran

Dengan melihat hubungan sebab akibat dari hasil penelitian yang telah terurai di atas maka kami sarankan:

1. Kepada para pejabat Danrem 073/Makutarama kami sarankan agar : a. Selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan/kebijakan terutama

yang berkaitan dengan hukum dan peraturan, agar setiap kebijakan yang diambil dapat membawa manfaat dan ketenteraman bagi anggota serta tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan.

b. Selalu mengaktifkan komunikasi sosial dengan anggota dengan jalan memberikan pengarahan/jamdan, santiaji dan cara yang lain yang dianggap efektif untuk menyampaikan informasi dan baik untuk menjalin keakraban.

c. Selalu menjalin hubungan dan komunikasi sosial terhadap pimpinan tingkat bawah dan instansi terkait agar mudah dan tidak salah dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul.

2. Kepada para pejabat tingkat bawah di jajaran Korem 073/Makutarama kami sarankan agar mau dan berani memberikan masukan/saran kepada Komandan Korem 073/Makutarama tentang sesuatu hal/permasalahan

yang dihadapi agar bisa mengambil keputusan dengan penuh kebijaksanaan serta tidak bertentangan dengan hukum dan aturan.

3. Kepada para pejabat Pengadilan Agama kami sarankan agar menjaga hubungan yang baik dengan Danrem 073/Makutarama terutama yang berkaitan dengan proses perceraian anggota Korem 073/Mkt yaitu dengan memberikan surat tembusan kepada Danrem seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1875 tentang Pelaksanaan Undan-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Panglima TNI Nomor 11 tahun 2007 tentang tata cara Pernikahan, perceraian dan rujuk bagi prajurit TNI.

4. Kepada para prajurit/istri prajurit kami himbau agar dalam melakukan setiap tindakan selalu didasarkan pada etika, hukum dan peraturan baik yang berlaku di lingkungan TNI maupun aturan dan hukum yang berlaku di lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshari, Abi Yahya Zakaria, Fathul Wahab Jilid 2, Toha Putra Semarang, t.t. Al-Jamal, IbrahimMuhammad, Fiqh Wanita, terj. Ansori Umar Sitanggal, Asy-

Syifa’, Semarang, t.t.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh Alal Madzhibil Arba’ah Juz 4, Dar Kutub Al- Ilmiah, Beirut, Libanon, 1990

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, cet. VIII, 1996

Darajat, Zakiah, Ilmu Fiqh Jilid 2, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995

Departemen Agama RI, Al-Quran fan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, 1997

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Bahan Penyuluhan

Hukum, Departemen Agama Islam RI, Jakarta, 2001

Hadi, Sutarno, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan Hukum

Adat, Hukum Agraria, Gema Insani, Jakarta, 1990

Mudlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Pekawinan (Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk) Menurut Hukum Islam, KHI, UU No. 7 Th.1989 dan UU No. 1 Th.

1974, Al-Bayan, Bandung, 1990

Mahkamah Agung RI, Penemuan dan Pemecahan Masalah Hukum Dalam

Peradilan Agama, Jakarta, 1994

Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1990 tentang Administrasi Prajurit

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, 1990

Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/11/VII/2007 tentang Tata Cara

Pernikahan, Perceraian dan Rujuk Bagi Prajurit. tanggal 4 Juli 2007

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, Al-Ma’arif Bandung, 1990

Soekanto, Soerjono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1989 Surat Keputusan Kasad Nomor SKEP/491/XII/2006, Buku Petunjuk Tehnik

tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk ( NTCR), 21 Desember 2006.

Syaltut, Mahmud dan Ali As-Syis, Fiqh Tujuh Mazhab,terj. Abdullah Zakiy Al- Kaaf, Pustaka Setia, Bandung, 2000

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Yunianto

Tempat Tanggal Lahir : 03 Juni 1971

Alamat : Jl. Kyai Hasim No. 40 Cabean RT 02 RW 01 Kel. Mangunsari Kec. Sidomukti Kota Salatiga

No. HP : 081804422929

: 085741983871 Riwayat Pendidikan :

1. SD lulus tahun 1985 2. MTs N lulus tahun 1988 3. PGAN lulus tahun 1991

Pekerjaan : TNI - AD

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya,

Salatiga, April 2014 Hormat Saya

Dokumen terkait