• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

F. Analisis PEARLS

Analisis kesehatan keuangan koperasi dapat dilakukan dengan sistem

CAMEL dan PEARLS seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam melakukan analisis kesehatan keuangan, idealnya terdapat standar pada setiap

koperasi yang disesuaikan dengan kegiatan usaha masing-masing koperasi.

Dewan Dunia Credit Union atau World Concil of Credit Union (WOCCU)

yang berkedudukan di Madison, Amerika Serikat merupakan lembaga yang

memayungi koperasi kredit sedunia. WOCCU telah merekomendasikan

koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam. Rasio keuangan tersebut bernama

PEARLS (Kurniyati, 2011:40).

1. Pengertian PEARLS

PEARLS adalah suatu sistem monitoring terhadap kinerja keuangan yang dirancang untuk dapat memandu manajemen Credit Union atau koperasi simpan

pinjamdalam mengelola keuangannya (Munaldus, dkk, 2014:166).

Menurut Isabelle Kidney (2016:5) “PEARLS is a monitoring system

comprised of 46 quantitative financial indicators (ratios) that facilitate an analysis and interpretation of the financial condition of any Saving and Credit Cooperatives (SACCOs)” yang artinya bahwa PEARLS adalah sistem pemantauan yang terdiri dari 46 indikator keuangan (rasio) yang memfasilitasi analisis dan

interpretasi kondisi keuangan setiap koperasi simpan pinjam. Isabelle Kidney

(2016:4) mengatakan bahwa “The objective of PEARLS ratios is to quantitatively

assess key risk areas and to measure and monitor the financial health of Saving and Credit Cooperatives (SACCOs)” yang berati bahwa tujuan rasio PEARLS adalah menilai secara kuantitatif bidang-bidang risiko utama serta mengukur dan

memantau kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam.

PEARLS adalah suatu sistem monitoring atau pengawasan terhadap kinerja lembaga keuangan yang didesain untuk membantu manajemen koperasi simpan

pinjam dan lembaga keuangan lainnya (Kurniyati, 2011:40). Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut, PEARLS adalah seperangkat rasio yang dapat

memberikan penjelasan tentang kondisi kesehatan keuangan koperasi simpan

pinjam.

2. Tujuan PEARLS

Richardson (2009:1-2) menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan utama dari

rasio PEARLS antara lain:

a. Executive Management Tool

“Monitoring the perfomance of the credit union is the most important use of the PEARLS system. It is designed as management tool that goes beyoned the simpel identification of problems. It helps managers find meaningful solution to serious intitutional deficiencies”. Dalam penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa analisis PEARLS dapat memberikan kemudahan bagi manajer untuk

melakukan identifikasi terhadap suatu masalah dan menemukan solusinya. “Use

of the system permits managers to quickly and accurately pinpoint troubled areas, and to make the neccssary adjustment befor problems become serious”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa PEARLS memungkinkan

manajer secara cepat dan akurat menentukan area yang bermasalah, dan membuat

penyesuaian yang diperlukan sebelum masalah menjadi serius.

b. Standardized Evaluation Ratios and Formulas

“The use of standardized financial ratio and formulas eliminates the diverse criteria used by creadit union to evaluate their operation. It also creates a universal financial language that everyone can speak and understand”. Penjelasan tersebut berarti bahwa dengan menggunakan standar PEARLS dapat

menghilangkan beragam kriteria yang digunakan oleh koperasi simpan pinjam

untuk mengevaluasi operasi mereka. Selain itu PEARLS dapat menciptakan

bahasa keuangan yang universal sehingga dapat dipahami oleh semua orang.

c. Objective, Comparative Ranking

“The standardization of financial information eliminates the diversity and provides an effective tool for comparing credit union performance on a national basis. One particularly important aspect of the PEARLS comparative rankings it is objectivity. No cualitative or subjective indicators are include in the ranking”. Penjelasan tersebut berarti bahwa standar informasi keuangan ini menghilangkan

keragaman karena salah satu aspek penting dari peringkat PEARLS adalah

objektivitasnya. Tidak ada indikator kualitatif atau subjektif dalam PEARLS. “It is

particulary useful in situations where a credit union is at the bottom of ranking scale. No time is lost debating points of view, and leadership can become more focused in seeking solution to the problems affecting their institutions”. Penjelasan ini mengungkapkan bahwa objektivitas dalam perhitungan PEARLS

sangat bermanfaat terutama saat koperasi simpan pinjam berada pada kondisi di

bawah skala peringkat karena manajer dapat fokus untuk mencari solusi dari

masalah yang sedang dihadapi tanpa memperdebatkan perbedaan pendapat.

d. Facilitate Supervisory Control

“In addition to it’s usefulness as a management tool, the PEARLS system provides the framework for a supervisory unit at the National Federation. National Associations can use the financial ratios generated by PEARLS to conduct quarterly or monthly analyses of all key areas of credit union

operations”. Penjelasan ini berarti bahwa sistem PEARLS menyediakan kerangka kerja bagi pengawas. Pengawas dapat menggunakan rasio keuangan yang

dihasilkan oleh PEARLS untuk melakukan analisis triwulan atau bulanan dari

semua bidang utama koperasi simpan pinjam.

3. Komponen dalam PEARLS

PEARLS memiliki enam komponen yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam. Enam komponen yang terdapat

dalam analisis PEARLS tersebut antara lain adalah Protection (perlindungan),

Effective Financial Structure (struktur keuangan yang efektif), Asset Quality (kualitas aset), Rates of Return and Cost (tingkat pengembalian dan biaya),

liquidity (likuiditas), dan Signs of Growth (tanda-tanda pertumbuhan). Berikut ini merupakan komponen dari PEARLS (Munaldus, dkk. 2014:166-176).

a. Protection (Perlindungan)

Koperasi simpam pinjam perlu untuk melakukan perlindungan terhadap

asetnya. Munaldus, dkk (2014:166-167) mengungkapkan bahwa perlindungan

tersebut diukur dengan membandingkan total penyisihan dana cadangan untuk

menutupi pinjaman macet > 12 bulan. Perlindungan terhadap pinjaman macet >12

bulan tersebut dikatakan ideal atau sehat apabila Credit Union atau koperasi

simpan pinjam mampu menyisihkan dana sama besar dengan total piutang.

Perlindungan juga diukur dengan membandingkan total penyisihan dana

cadangan untuk menutupi pinjaman lalai 1-12 bulan. Perlindungan terhadap

atau koperasi simpan pinjam mampu menyisihkan 35% dana cadangan untuk

menutup total piutang lalai 1-12 bulan. total piutang. Penyisihan dana ini disebut

dana cadangan risiko yang dialokasikan secara tahunan dan provisi kredit lalai

yang dialokasikan setiap bulannya.

b. Effective Financial Structure (Struktur Keuangan yang Efektif)

Munaldus, dkk (2014:167-168) mengemukakan bahwa indikator ini

mengukur bagian-bagian yang paling penting dalam neraca keuangan. Indikator

ini penting untuk mementukan potensi pertumbuhan, kemampuan memperoleh

pendapatan, dan kekuatan keuangan menyeluruh. Effective financial structure ini

mengukur aset, liabilitas (utang), dan modal yang merupaka tiga bagian penting

dalam neraca keuangan. Selain itu effective financial structure ini juga

menunjukkan apakah struktur keuangannya ideal atau tidak. Pemakaian kata “ideal” merujuk kata “sehat”. Komponen effective financial structure (struktur keuangan yang efektif) yaitu.

1) Aset

Munaldus, dkk (2014:167-168) mengungkapkan bahwa aset produktif

memiliki prosentase 95% yang terdiri dari piutang (pinjaman beredar) dengan

prosentase 70-80% dari total aset. WOCCU merekomendasi prosentase tersebut

karena portopolio pinjaman adalah aset dari koperasi simpan pinjam yang paling

menguntungkan. Apabila portopolio pinjaman berada di bawah 70% dari total

pendapatan dari investasi lancar seperti bunga tabungan di bank tidak sebesar

pendapatan yang diperoleh dari investasi pada portopolio pinjaman.

Sebaliknya, apabila portopolio pinjaman berada di atas 80%, maka dana di

koperasi simpan pinjam tidak likuid sehingga koperasi simpan pinjam akan

kekurangan dana segar untuk keperluan penarikan simpanan, pencairan kredit,

atau keperluan lainnya. Prosentase untuk ketersediaan investasi likuid

(tersedianya dana segar) 10-20% dari total aset.

Aset-aset yang tidak produktif terutama berupa aset-aset tetap (seperti tanah,

gedung, perlengkapan, biaya dibayar di muka, kas) memiliki prosentase 5%.

Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengukur persentase total aset yang

diinvestasikan dalam portofolio pinjaman.

2) Lialibities (Utang)

Munaldus, dkk (2014:168-16) mengemukakan bahwa rasio simpanan

non-saham yang ideal atau sehat berada pada prosentase 70-80% dari total aset

koperasi simpan pinjam. Apabila simpanan non-saham berada dalam keadaan

sehat maka dapat dikatakan bahwa koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam

telah mampu mengembangkan program pemasaran secara efektif. Rasio ini

menunjukkan bahwa semangat anggota menabung di koperasi simpan pinjam atau

koperasi kredit tinggi.

3) Modal

Munaldus, dkk (2014:169) mengemukakan bahwa modal terdiri dari modal

saham dan modal lembaga. Modal saham terdiri atas simpanan pokok dan

Modal lembaga terdiri atas dana cadangan umum, dana cadangan risiko, donasi,

SHU tak terbagi, dan SHU tahun berjalan yang dialokasikan untuk dana

cadangan. Prosentase sehat pada modal lembaga adalah minimal 10% dari total

aset. Hal ini bertujuan untuk mendanai aset-aset yang tidak menghasilkan (tanah,

gedung, perlengkapan, biaya dibayar dimuka, kas), meningkatkan pendapatan,

dan menutup berbagai kerugian.

c. Assets Quality (Kualitas Aset)

Munaldus, dkk (2014:170-171) mengemukakan bahwa aset-aset yang tidak

produktif adalah aset yang tidak menghasilkan pendapatan. Apabila rasionya

berada di atas 5% dari total aset, maka akan memberikan dampak negatif bagi

koperasi simpan pinjam. Beberapa aset-aset yang tidak menghasilkan yaitu.

1) Rasio kelalaian pinjaman

Rasio kelalaian pinjaman merupakan ukuran penting untuk mengetahui

kekuatan dan kelemahan koperasi simpan pinjam karena portopolio pinjaman

merupakan salah satu sumber pendapatan koperasi simpan pinjam. Jika rasio

kekalaian pinjaman di atas 5% dari total piutang maka koperasi tersebut akan

menghadapi krisis sehingga perlu memperbaiki kualitas pelayanan pinjaman.

2) Prosentase aset-aset yang tidak menghasilkan

Semakin tinggi rasio aset-aset tidak menghasilkan, maka akan semakin sulit

pula untuk koperasi simpan pinjam meningkatkan pendapatannya. Rasio aset-aset

yang tidak menghasilkan paling tinggi adalah 5%. Rasio aset-aset yang tidak

3) Mendanai aset-aset yang tidak menghasilkan

WOCCU menuntut agar aset-aset yang tidak menghasilkan atau aset tetap dapat didanai sepenuhnya atau 100% oleh modal lembaga.

d. Rates of Return and Cost (Tingkat Pendapatan dan Biaya)

Munaldus, dkk (2014:171-172) mengemukakan bahwa indikator ini

digunakan untuk mengetahui semua bagian-bagian yang penting dalam

memperoleh keuntungan bersih (net earning) atau selisih hasil usaha. Tujuan dari

perhitungan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada pihak manajemen

dalam menghitung hasil investasi dan menilai biaya operasional. Terdapat 4 area

utama investasi, yaitu portofolio pinjaman, investasi likuid, investasi keuangan,

dan investasi non-keuangan lainnya. Selain investasi, biaya-biaya operasional juga

perlu diukur. Biaya operasional dibagi menjadi tiga kelompok yaitu biaya

intermediasi keuangan, biaya administrasi, dan biaya provisi pinjaman lalai/macet

(Provisions for loan loses).

e. Liquidity (Likuiditas)

Munaldus, dkk (2014:174) mengungkapkan bahwa menjaga cadangan

likuiditas yang cukup merupakan suatu hal yang penting dalam manajemen

keuangan yang sehat. PEARLS menganalisis likuiditas dari dua perspektif:

1) Total cadangan likuiditas

Indikator ini mengukur prosentase simpanan non-saham yang diinvestasikan

memiliki prosentase sebesar minimum 15% setelah membayar semua kewajiban

jangka pendek (30 hari atau kurang).

2) Dana likuid yang menganggur (idle)

Indikator cadangan likuid penting untuk dijaga, namun cadangan likuid ini

juga menjadi opportunity cost yang hilang. Dana-dana yang disimpan di bank atau

investasi berpendapatan rendah dan tidak sebanding dengan biaya membeli dana

tersebut. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga idle money sekecil mungkin.

f. Signs of Growth (Tanda-Tanda Pertumbuhan)

Munaldus, dkk (2014:147) mengemukakan bahwa untuk dapat menjaga

nilai aset caranya adalah dengan menjaga pertumbuhan aset agar tetap kuat dan

cepat, namun tetap menjaga dan memperhatikan tingkat keuntungan yang

memadai. Pertumbuhan melakukan pengukuran pada 5 area kunci antara lain yaitu

pada total aset, pinjaman, simpanan non-saham, simpanan saham, dan modal

kelembagaan.

4. Rumus dalam PEARLS

Pada setiap komponen PEARLS memiliki indikator-indikator yang memiliki

prinsip kehati-hatian dan dapat menggambarkan bagaimana perubahan dalam satu

rasio memiliki konsekuensi bagi indikator indikator yang lainnya.

Secara total, di dalam PEARLS terdapat ±46 indikator keuangan kuantitatif

yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan dari

dipilih 15 indikator dan target sasaran yang dapat digunakan sebagai standar

minimum untuk mengukur kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam. Berikut

ini merupakan 15 indikator perhitungan PEARLS.

a. P = Protection (Perlindungan)

Richardson (2009:14) menjelaskan rumus protection (perlindungan) adalah

sebagai berikut.

1) P1 = Ketersediaan dana cadangan risiko terhadap total pinjaman macet >12

bulan.

Tujuan perhitungan ini adalah untuk mengukur kecukupan dana cadangan

risiko apabila dibandingkan dengan semua pinjaman macet lebih dari 12 bulan.

Rumus: P1=

Kriteria sehat = 100%

2) P2 = Ketersediaan dana cadangan risiko terhadap total pinjaman lalai 1-12

bulan.

Perhitungan ini bertujuan untuk mengukur kecukupan dana cadangan risiko

setelah dikurangi semua pinjaman macet >12 bulan.

Rumus: P2=

b. E = Effective Financial Structure (Struktur Keuangan yang Efektif)

a) E1 = Piutang bersih terhadap total aset

Munaldus, dkk (2014:178) mengemukakan bahwa tujuan perhitungan ini

adalah untuk mengukur prosentase total aset yang diinvestasikan dalam portofolio

pinjaman.

Rumus: E1=

Kriteria sehat = antara 70-80%

b) E5 = Simpanan non-saham terhadap total aset

Munaldus, dkk (2014:178) mengemukakan bahwa tujuan dari perhitungan

ini adalah untuk mengukur prosentase total aset yang didanai dari simpanan

non-saham.

Rumus: E5=

Kriteria sehat = antara 70-80%

c) E7 = Modal saham terhadap total aset

Richardson (2009:19) mengemukakan bahwa tujuan perhitungan ini adalah

untuk mengukur prosentase total aset yang dibiayai oleh modal saham.

Rumus: E7=

d) E8 = Modal kelembagaan terhadap total aset

Richardson (2009:19) mengemukakan bahwa tujuan perhitungan ini adalah

untuk mengukur prosentase total aset yang dibiayai oleh modal kelembagaan.

Rumus: E8=

Kriteria sehat = ≥10%

c. A = Assets Quality (Kualitas Aset)

Munaldus, dkk (2014:179-180) mengemukakan beberapa indikator dari

Assets Quality adalah sebagai berikut.

a) A1 = Total pinjaman lalai terhadap total piutang

Tujuan dari perhitungan ini untuk mengukur prosentase total pinjaman lalai

di portopolio pinjaman terhadap total pinjaman beredar.

Rumus: A1=

Kriteria sehat = ≤5%

b) A2 = Aset-aset yang tidak menghasilkan terhadap total aset

Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengukur prosentase total aset

yang tidak menghasilkan pendapatan.

Rumus: A2=

d. R = Rates of Return and Cost (Tingkat Pendapatan dan Biaya)

Berikut adalah indikator dari Rate of Return and Cost antara lain yaitu.

1) R8 = Margin pendapatan kotor terhadap total rata-rata aset

Richardson (2009:24) mengungkapkan bahwa tujuan perhitungan ini adalah

untuk mengukur margin pendapatan yang dihasilkan dan dinyatakan sebagai

imbal hasil pada semua aset sebelum dikurangi dengan biaya operasi dan provisi

untuk kerugian pinjaman dan item luar biasa lainnya.

Rumus: R8=

Kriteria sehat = ≥ 10%

2) R9 = Biaya operasional terhadap rata-rata aset

Munaldus, dkk (2014:181) mengemukakan bahwa tujuan perhitungan ini

adalah untuk mengukur biaya yang terkait dengan manajemen dari semua aset

koperasi kredit atau Credit Union (CU). Biaya ini diukur sebagai presentase total

aset dan menunjukkan derajat efisiensi operasional atau ketidakefisienan

operasional.

Rumus: R9=

Kriteria sehat = ≤ 5%

3) R12 = Rasio Sisa Hasil Usaha (SHU)

Richarson (2009:25) mengungkapkan bahwa tujuan perhitungan ini adalah

untuk mengukur kecukupan pendapatan dan kemampuan untuk membangun

modal lembaga.

Rumus: R12=

e. L = Liquidity (Likuiditas)

Berikut ini merupakan indikator dari Liquidity antara lain yaitu.

1) L1 = Perhitungan dana cadangan likuid terhadap simpanan non-saham

Munaldus, dkk (2014:182) mengungkapkan bahwa tujuan perhitungan ini

adalah untuk mengukur ketahanan cadangan kas likuid untuk memenuhi

penarikan simpanan, setelah mambayar semua kewajiban jangka pendek ≤ 30

hari.

Rumus: L1=

Kriteria sehat = ≥15%

Keterangan:

a = total investasi lancar yang menghasilkan

b = aset lancar yang tidak menghasilkan

c = kewajiban lancar

d = Total simpanan non saham

2) L3 = Perhitungan dana likuid yang menganggur

Richardson (2009:26-27) mengemukakan bahwa tujuan perhitungan ini

adalah untuk mengukur seluruh harta yang diinvestasikan dalam akun likuid non

produktif.

Rumus: L3=

f. S = Signs of Growth (Tanda-Tanda Pertumbuhan)

Munaldus, dkk (2014:183) mengemukakan bahwa indikator ini mengukur

prosentase pertumbuhan di setiap nomor perkiraan yang paling penting di laporan

keuangan, juga pertumbuhan anggota. Rumus perhitungan Signs of Growth adalah

sebagai berikut.

1) S10 = Pertumbuhan Anggota

Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengukur pertumbuhan anggota

koperasi kredit atau Credit Union (CU).

Rumus: S10=

Kriteria sehat = >12%

2) S11 = Pertumbuhan Total Aset

Tujuannya adalah untuk mengukur pertumbuhan total aset tahun berjalan.

Rumus: S11=

Dokumen terkait