• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

E. Kesehatan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam

Selain digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan koperasi, laporan

keuangan juga dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan keuangan koperasi

secara rutin.

1. Pengertian Kesehatan Keuangan Koperasi Simpan Pnjam

Kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam merupakan suatu kondisi atau

keadaan keuangan koperasi simpan pinjamn yang perlu dilakukan penilaian pada

setiap periodenya. Peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah

Republik Indonesia deputi bidang pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Nomor 15/Per/M.KUKM/IX/2015 pasal 31 mengemukakan

bahwa penilaian kesehatan keuangan usaha simpan pinjam merupakan penilaian

tehadap kinerja yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah darerah

untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam dan usaha

simpan pinjam koperasi. Sudaryanti dan Sahroni (2017:3) mengungkapkan bahwa

penilaian kesehatan keuangan koperasi merupakan hal yang penting untuk dapat

mengetahui kinerja koperasi, kelayakan usaha koperasi, dan sejauh mana

2. Sasaran Penilaian Kesehatan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam

Dalam melakukan penilaian kesehatan keuangan koperasi memperhatikan

pedoman yang telah ditentukan dalam Peraturan deputi bidang pengawasan

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 06/Per/Dep.6/

IV/2016. Pedoman tersebut bertujuan untuk memberikan pedoman terhadap

pelaksanaan penilaian kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam. Sasaran dari

penilaian kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam antara lain:

a. Dengan melakukan penilaian terhadap kesehatan keuangan koperasi simpan

pinjam dapat mewujudkan pengelolaan KSP dan USP Koperasi yang sehat dan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. KSP dan USP dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa

koperasi;

c. KSP dan USP dapat meningkatkan citra dan kredibilitas kegiatan usaha

simpan pinjam oleh koperasi sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola

kegiatan usaha simpan pinjam sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. Dengan penilaian terhadap kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam

diharapkan mampu menjamin aset kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e. KSP dan USP mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi; dan

f. KSP dan USP dapat meningkatkan manfaat ekonomi anggota dalam

3. Analisis Kesehatan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam

Analisis kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam sangat penting bagi

sebuah koperasi karena dengan melakukan analisis kesehatan keuangan koperasi

dapat dilihat kondisi kesehatan keuangan koperasi sehingga koperasi dapat

menentukan perencanaan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi

kesehatan keuangan koperasi pada periode berikutnya. Dalam melakukan analisis

kesehatan keuangan koperasi, terdapat dua analisis kesehatan keuangan yang

dapat menjadi alternatif pilihan bagi koperasi untuk melakukan analisis kesehatan

keuangan. Analisis kesehatan keuangan tersebut yaitu.

a. CAMEL

CAMEL digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu

dengan menentukan hasil penilaian yang digolongkan menjadi peringkat

kesehatan bank (Sujarweni, 2019:96). CAMEL menggunakan indikator secara

kuantitatif dan secara kualitatif yang dinilai melalui komponen management

(Kuniyati, 2011:49). Analisis CAMEL dapat digolongkan menjadi 4 predikat

dengan kriteria sebagai berikut (Sujarweni, 2019:96-105):

1) Capital (Modal)

Dalam melakukan perhitungan rasio ini menggunakan Capital Adequeency

Ratio (CAR). CAR yaitu perbandingan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Ratio (ATMR).

2) Aset Quality (Kualitas Aset)

Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dapat dilakukan dengan

menggunakan 2 rasio, yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap

jumlah aktiva produktif dan rasio penyisihan aktiva produktif yang wajib

dibentuk.

3) Management (Manajemen)

Manajemen adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam

mempimpin dan mengawasi kegiatan badan usaha. Manajemen dipusatkan pada

kegiatan administrasi dan mengintegrasi manusia, material, dan uang ke dalam

suatu unit operasi yang efektif serta mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha dalam

perusahaan.

4) Earning (Rentabilitas)

Perhitungan pada rentabilitas dilakukan dengan menggunakan 2 rasio, yaitu

rasio laba kotor terhadap volume usaha (Retrun On Asset/ROA) dan rasio biaya

operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

5) Liquidity (Likuiditas)

Perhitungan pada rasio likuiditas dapat dilakukan dengan ini menggunakan

2 rasio, yaitu cash ratio untuk menghitung hutang lancar dan Loan on Deposit

Ratio (LDR).

b. PEARLS

PEARLS singkatan dari Protection (perlindungan), Efective Financial Structure (struktur keuangan yang efektif), Asset Quality (kualitas aset), Rate of Return and Cost (tingkat pengembalian dan biaya), Liquidity (likuiditas), dan Sign

of Growth (tanda-tanda pertumbuhan). Munaldus, dkk (2014:166) mengemukakan bahwa PEARLS adalah suatu sistem monitoring terhadap kinerja keuangan yang

dirancang untuk dapat memandu manajemen Credit Union atau koperasi simpan

pinjam dalam mengelola keuangannya. Dalam analisis PEARLS terdapat 6

komponen antara lain:

1) Protection (Perlindungan)

Munaldus, dkk (2014:166) mengungkapkan bahwa suatu koperasi simpan

pinjam perlu untuk melindungi aset-asetnya. Perlindungan diukur dengan

membandingkan antara total penyisihkan dana cadangan untuk menutup kerugian

atas piutang lalai dan membandingkan antara total penyisihan terhadap total

kerugian investasi bebas (non-regulated investments).

2) Effective Financial Structure (Struktur Keuangan yang Efektif)

Munaldus, dkk (2014:167) mengemukakan bahwa indikator ini merupakan

salah satu faktor yang penting dalam menentukan potensi pertumbuhan,

kemampuan memperoleh pendapatan, dan kekuatan keuangan menyeluruh.

3) Assets Quality (Kualitas Aset)

Munaldus, dkk (2014:170) mengemukakan bahwa komponen kualitas aset

digunakan untuk mengukur aset-aset yang tidak produktif dan tidak menghasilkan

pendapatan. Apabila rasio di atas 5% dari total aset, maka dapat memberikan

dampak negatif bagi koperasi simpan pinjam.

4) Rates of Return and Cost (Tingkat Pendapatan dan Biaya)

Munaldus, dkk (2014:171) mengemukakan bahwa komponen ini digunakan

besarnya keuntungan bersih (net earning) atau selisih hasil usaha. Tujuan dari

perhitungan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada pihak manajemen

menghitung hasil investasi dan menilai biaya operasional.

5) Liquidity (Likuiditas)

Munaldus, dkk (2014:174) mengungkapkan bahwa perlu untuk menjaga

ketersediaan dana cadangan likuid karena hal tersebut penting dilakukan oleh

koperasi simpan pinjam untuk menjaga kesehatan keuangan koperasi.

6) Signs of Growth (Tanda-Tanda Pertumbuhan)

Munaldus,dkk (2014:174) mengemukakan bahwa untuk dapat menjaga nilai

aset caranya adalah dengan menjaga pertumbuhan aset agar tetap kuat dan cepat.

Namun demikian, perlu untuk tetap menjaga tingkat keuntungan yang memadai.

Keuntungan dari sistem analisis kesehatan keuangan PEARLS adalah mengaitkan

pertumbuhan dengan perolehan keuntungan juga dengan area kunci lain dengan

menilai kekuatan sistem secara keseluruhan.

Dari dua analisis kesehatan keuangan CAMEL dan PEARLS tersebut,

penulis memilih untuk menggunakan analisis PEARLS untuk menganalisis

kesehatan keuangan di KPRI Seyegan. Hal ini dikarenakan terdapat dua

kekurangan dalam analisis CAMEL yang membatasi efektivitasnya. Dua

kekurangan analisis CAMEL antara lain yaitu (Richardson, 2009:3).

a) “The CAMEL system does not evaluate the financial structure of the balance sheet. This was a critical of concern in many countries since modernization implies a major restructuring of credit union assets, liabilities, and capital. Balace sheet structure has a direct impact on effciency and profitability. These

areas are critically important for effective and sustainable credit union operations in a competitive envirroment”. Melalui penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa analisis CAMEL tidak melakukan evaluasi terhadap struktur keuangan neraca

padahal neraca merupakan bidang kritis yang perlu mendapatkan perhatian.

Struktur neraca juga berdampak pada efisiensi dan profitabilitas. Area ini

merupakan bagian yang kritis dalam kegiatan usaha koperasi simpan pinjam yang

semakin kompetitif.

b) “CAMEL does not consider growth rates. In many countries, growth of total is a key strategy used to address problems that accompany monetary devaluation and runaway inflation. In a relatively hostlie macro-economic environment, the credit unions have to sustain aggressive growth if they are to preserve the value of their assets”. Penjelasan tersebut berarti bahwa CAMEL tidak mempertimbangkan laju pertumbuhan. Di banyak negara, pertumbuhan total aset adalah strategi kunci

yang digunakan untuk mengatasi masalah yang menyertai devaluasi moneter dan

inflasi yang tidak terkendali. Koperasi simpan pinjam harus tumbuh secara cepat

apabila ingin mempertahankan nilai aset mereka.

Ibnoe Soedjono (dalam Yuli Kurniyati, 2011:39) menjelaskan bahwa

PEARLS disusun menanggapai adanya kekurangan-kekurangan pada analisis CAMEL untuk menilai koperasi simpan pinjam/koperasi kredit.

Selain itu menurut pendapat Kurniyati (2011: 48-49) terdapat tiga perbedaan

utama antara PEARLS dan CAMEL sebagai sistem penilaian kesehatan keuangan.

Perbedaan ini menunjukan manfaat dan keunggulan penggunaan analisis

a. PEARLS melakukan pengukuran kesehatan keuangan dengan menggunakan

rasio kuantitatif secara ketat sehingga menghasilkan perhitungan yang obyektif

sedangkan CAMEL mengukur menggunakan rasio kuantitatif dan kualitatif

(contohnya: manajemen) sehingga terdapat pandangan subyektif dalam

perhitungan CAMEL.

b. PEARLS melakukan perhitungan dan evaluasi pada struktur keuangan

neraca. Hal tersebut penting karena struktur keuangan memiliki efek langsung

pada efisiensi dan profitabilitas dari sebuah lembaga keuangan.

c. PEARLS melakukan pengukuran pada tingkat pertumbuhan. Dengan

demikian dapat memberikan kemudahan kepada menejer dalam mempertahankan

struktur keuangan yang efektif karena pertumbuhan secara langsung

mempengaruhi struktur keuangan.

Dokumen terkait