BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Koperasi
menuntut koperasi untuk dapat bertahan dan berkembang di Indonesia serta
mampu menghadapi persaingan dengan lembaga keuangan lainnya yang berusaha
pula untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi anggotanya. Oleh sebab itu,
koperasi harus mampu menjadi lembaga keuangan yang dapat bertanggung jawab
atas kepercayaan masyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan
menjaga kualitas koperasi.
Pemerintah Indonesia telah mengupayakan suatu program untuk
mewujudkan koperasi yang berkualitas yaitu program reformasi total koperasi.
Program tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2015 lalu. Pelaksanaan program
ini dilakukan melalui pengolahan data koperasi dan pembekuan/pembubaran
koperasi yang tidak aktif (rehabilitasi), pemberdayaan koperasi dari kuantitas
menjadi kualitas (reorientasi), serta pengembangan koperasi aktif
(https://nasional.kontan.co.id). Dalam pelaksanaan program ini, Kementrian
koperasi dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Berdasarkan informasi dari
Rully Indrawan selaku sekertaris Kemkop UKM, pemerintah akan terus
melakukan seleksi terhadap koperasi tidak aktif di Indonesia. Melalui pelaksanaan
program reformasi total koperasi, saat ini koperasi di Indonesia berada dalam
kondisi yang lebih baik meskipun jumlah koperasi aktif menjadi lebih kecil
(https://keuangan.kontan.co.id). Adapun jumlah koperasi aktif di Indoneisa dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: www.depkop.go.id
Grafik 1.1 Jumlah Koperasi Aktif di Indonesia tahun 2015-2019
Berdasarkan grafik 1.1, pada tahun 2015 hingga tahun 2017 jumlah koperasi
aktif di Indonesia mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2018 hingga tahun
2019 jumlah koperasi aktif mengalami penurunan. Penurunan jumlah koperasi
aktif tersebut salah satunya karena dampak dari pembekuan/pembubaran koperasi
yang dinilai tidak aktif. Pembekuan/pembubaran koperasi tersebut tidak terlepas
dari permasalahan yang dihadapi koperasi. Permasalahan yang dihadapi koperasi
dapat disebabkan karena faktor eksternal (dari pihak luar koperasi) dan faktor
Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun terakhir lebih disebabkan oleh
permasalahan internal.
Pada awal tahun 2017, kasus permasalahan internal terjadi di Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Sebanyak 35% koperasi bangkrut, dari total 1.450 koperasi
yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan informasi M Tjarda selaku
sekretaris Dinas Koperasi dan Unit Kecil Menengah Sidoarjo terdapat 500
koperasi tutup di awal tahun. Jenis koperasi yang tutup didominasi oleh koperasi
simpan pinjam (KSP). Faktor penyebab banyaknya koperasi di Kabupaten
Sidoarjo tutup, terkait dengan permasalahan internal koperasi. Permasalahan
internal pada kasus tersebut adalah modal koperasi yang habis untuk dana kredit,
sementara pembayaran dari anggota terkait mengembalian pinjaman kredit
mengalami kemacetan. Kredit macet disebabkan oleh mismanajemen pengurusnya
yang kurang profesional dalam mengelola keuangan koperasi
(www.tribunnews.com).
Permasalahan koperasi juga terjadi di Kecamatan Maron, Probolinggo, Jawa
Timur. Pada akhir tahun 2017 KPRI Rukun Maron mengalami permasalahan
dalam pengolahan dan manajemen keuangan serta aset koperasi, sehingga anggota
koperasi mengalami kerugian yang cukup besar. Akibat dari kasus tersebut
anggota koperasi tidak dapat menarik simpanan wajib yang telah disetorkannya
(www.timesindonesia.co.id).
Kasus yang serupa juga terjadi di Kabupaten Pasuruan sekitar Bulan Januari
2019. Selama tahun 2018, terdapat 110 koperasi yang tidak aktif. Koperasi
beli masyarakat, manajemen koperasi yang tidak sehat, hingga SDM (Sumber
Daya Manusia) yang kurang profesional. Berdasarkan informasi dari Edi Nurhadi
selaku sekertaris Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pasuruan, pihak
pemerintah akan melakukan pengawalan yang lebih ketat kepada koperasi yang
produktif dengan harapan koperasi tersebut dapat berkembang dan memberikan
hasil yang menguntungkan bagi anggotanya (https://faktualnews.co).
Permasalahan koperasi juga terjadi di Kalimantan tepatnya di Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dinas Koperasi dan UKM Kalimantan Selatan
mencatat bahwa terdapat 323 koperasi di Kalimantan Selatan telah dibubarkan
terhitung sejak Bulan November 2018. Berdasarkan informasi dari Gustava Yandi
selaku kepala Dinas Koperasi dan UKM Kalimantan Selatan, penyebab
koperasi-koperasi tersebut dibubarkan karena adanya persaingan modal dan mismanajemen
internal (https://kumparan.com).
Selain terjadi pada beberapa daerah di atas, permasalahan koperasi juga
terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Permasalahan tersebut disebabkan karena
terjadi penurunan jumlah koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam
kurun waktu 4 tahun terakhir. Data jumlah koperasi di Daerah Istimewa
Sumber: bapeda.jogjaprov.go.id
Grafik 1.2 Jumlah Koperasi di DIY tahun 2015-2019
Berdasarkan grafik 1.2 di atas, jumlah koperasi di Daerah Istimewa
Yogyakarta dari tahun 2016 sampai 2019 mengalami penurunan. Pada tahun 2016
jumlah koperasi di Yogyakarta adalah 2.738. Jumlah tersebut mengalami
penurunan sebanyak 358 pada tahun 2017 sehingga jumlah koperasi menjadi
2.380. Jumlah tersebut kembali menurun pada tahun 2018 menjadi 1.989 dan
kembali menurun pada tahun 2019 menjadi 1.918 koperasi. Penurunan jumlah
koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta diikuti dengan penurunan jumlah
koperasi aktif di Daerah Istimewa Yogyakarta (bapeda.jogjaprov.go.id, 2020).
Sumber: bapeda.jogjaprov.go.id
Berdasarkan grafik 1.3 tersebut terlihat bahwa jumlah koperasi aktif di
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2016 hingga tahun 2017 mengalami
penurunan. Namun pada tahun berikutnya koperasi mulai memperbaiki
kualitasnya sehingga jumlah koperasi pada tahun 2018 mengalami peningkatan.
Namun pada tahun 2019 jumlah koperasi aktif di Daerah Istimewa Yogyakarta
kembali mengalami penurunan. Penurunan jumlah koperasi aktif di Daerah
Istimewa Yogyakarta disebabkan karena kurangnya partisipasi aktif anggota
koperasi serta pengurus yang kurang profesional dalam megelolah kesehatan
keuangan koperasi sehingga berdampak pada kesehatan keuangan koperasi yang
tidak sehat (www.koperasi.net).
Kesehatan keuangan koperasi penting untuk diusahakan oleh koperasi agar
dapat mengetahui kondisi dan keadaan kesehatan keuangan koperasi pada setiap
periode (Eindrias dan Azizah, 2017:137). Kesehatan keuangan koperasi dapat
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menghambat kesehatannya
sehingga koperasi dapat memperbaiki kinerjanya pada periode yang akan datang
(Indriawati, Winarno, dan Wijijayanti, 2017:36). Untuk menjaga kesehatan
keuangan koperasi diperlukan analisis kesehatan keuangan koperasi. Analisis
kesehatan keuangan pada koperasi simpan pinjam dapat diukur dengan
menggunakan sistem analisis kesehatan keuangan koperasi simpan
pinjam/koperasi kredit yaitu CAMEL dan PEARLS.
CAMEL merupakan analisis yang dapat mengukur kesehatan keuangan secara kuantitatif dan kualitatif. Komponen dari CAMEL yaitu Capital, Asset
komponen management. Namun penilaian di dalam CAMEL kurang dapat
memberikan penilaian terhadap koperasi simpan pinjam/koperasi kredit karena
CAMEL tidak mengukur pertumbuhan dan tidak menilai secara lengkap struktur keuangan koperasi simpan pinjam (Ibnoe (dalam Kurniyati, 2011:39)).
Dewan Dunia Koperasi Kredit atau World Concil of Credit Unions
(WOCCU) merekomendasikan suatu rasio keuangan yang lebih lengkap yaitu
PEARLS. PEARLS merupakan seperangkat rasio keuangan yang dirancang untuk dapat megukur kesehatan keuangan pada koperasi simpan pinjam. Dengan
menggunakan PEARLS maka pengurus atau manajer dapat mengetahui
permasalahan atau kelemahan yang terdapat dalam keuangan koperasi simpan
pinjam yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicari solusi atau penyelesaian
terhadap permasalahan tersebut sehingga tidak terjadi pada periode-periode
berikutnya. Terdapat enam komponen di dalam PEARLS yaitu Protection
(perlindungan), Efective Financial Structure (struktur keuangan yang efektif),
Asset Quality (kualitas aset), Rates of Return and Cost (tingkat pengembalian dan biaya), Liquidity (likuiditas), dan Signs of Growth (tanda-tanda pertumbuhan)
(Kurniyati, 2011:40).
Salah satu koperasi di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) Seyegan. Koperasi ini merupakan koperasi pegawai negeri yang bergerak
dalam bidang usaha simpan pinjam. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
bendahara II KPRI Seyegan yang bernama Bapak Harto, B. A. di ketahui bahwa
belum pernah melakukan analisis kesehatan keuangan secara mandiri. Hal ini
dikarenakan pengurus di KPRI Seyegan ini kurang memiliki ketrampilan khusus
dalam melakukan analisis kesehatan keuangan. Di sisi lain, analisis kesehatan
keuangan koperasi sangat penting bagi keberlangsungan sebuah koperasi simpan
pinjam. Analisis kesehatan keuangan secara rutin dapat membantu koperasi
simpan pinjam untuk mengetahui kondisi keuangan dan mengetahui permasalahan
dalam keuangan koperasi sehingga dapat segera diselesaikan agar tidak terjadi
pada periode-periode selanjutnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN KOPERASI
PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SEYEGAN TAHUN 2015-2019 MENGGUNAKAN PEARLS”.
B. Batasan Masalah
Agar dapat memberikan hasil analisis yang mendalam, maka penulis
memberikan batasan-batasan sebagai berikut.
1. Penelitian ini hanya dilakukan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) Seyegan.
2. Analisis kesehatan keuangan koperasi hanya dilakukan dengan
menggunakan PEARLS (Protection (perlindungan), Efective Financial Structure
(struktur keuangan yang efektif), Asset Quality (kualitas aset), Rates of Return
Growth (tanda-tanda pertumbuhan)), sedangkan analisis kesehatan keuangan dengan menggunakan sistem lainnya tidak dibahas dalam penelitian ini.
3. Kesehatan keuangan yang dianalisis hanya periode tahun 2015 hingga tahun
2019.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimana analisis kesehatan keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Seyegan tahun 2015-2019 dengan
menggunakan PEARLS?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesehatan keuangan
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Seyegan tahun 2015-2019 dengan
menggunakan PEARLS.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada beberapa
pihak antara lain:
1. Bagi KPRI Seyegan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan kepada pengurus di KPRI Seyegan tentang salah satu sistem analisis
diharapkan mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan KPRI
Seyegan sehingga dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat membantu peneliti untuk dapat menyalurkan ilmu yang
telah dipelajari selama perkuliahan. Selain itu, penelitian ini dapat memperluas
pengetahuan dari peneliti tentang salah satu koperasi yang berada di Kecamatan
Seyegan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
untuk meneliti analisis kesehatan keuangan dengan menggunakan PEARLS.
4. Bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pustaka tentang penelitian yang
terkait dengan analisis kesehatan keuangan koperasi menggunakan PEARLS
(Protection, Effective Financial Structure, Asset Quality, Rates of Return and Cost, Liquidity, dan Signs of Growth).
F. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah:
1. Laporan Keuangan Koperasi
Laporan keuangan koperasi dalam penelitian ini adalah laporan
pertanggungjawaban pengurus dan pengawas KPRI Seyegan pada tahun 2015
hingga tahun 2019 yang terdiri laporan neraca keuangan, laporan laba rugi, data
2. Kesehatan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam
Kesehatan keuangan koperasi simpan pinjam dalam penelitian ini adalah
kondisi atau keadaan sehat atau tidaknya koperasi simpan pinjam yang dianalisis
dengan menggunakan analisis PEARLS yaitu Protection (perlindungan), Effective
Financial Structure (struktur keuangan yang efektif), Asset Quality (kualitas aset), Rates of Return and Cost (tingkat pendapatan dan biaya), Liquidity (likuiditas), Signs of Growth (tanda-tanda pertumbuhan).
12 BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Koperasi merupakan salah satu organisasi yang cukup diminati oleh
masyarakat sehingga banyak masyarakat yang bergabung dalam organisasi
koperasi.
Berdasarkan definisi menurut Hatta (1954) koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang yang lemah dan memiliki tujuan yang sama untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan pengeluaran yang rendah, sehingga
keberadaan koperasi ini untuk memenuhi kepentingan bersama dan bukan untuk
mencari keuntungan (Baswir, 1997:4).
Konferensi Buruh Internasional (International Labor Organization = ILO,
1966) menyatakan bahwa suatu organisasi koperasi merupakan perkumpulan
orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dan secara sukarela bergabung
menjadi anggota koperasi sehingga membentuk suatu organisasi yang diawasi
secara demokratis, modal diperoleh melalui penyetoran kontribusi yang sama oleh
anggota, selain itu juga dilakukan pembagian risiko dan manfaat yang wajar dari
usaha koperasi sehingga anggota dapat berperan aktif dalam kegiatan koperasi
(Partomo, 2009:12).
Anoraga dan Sudantoko (2002:1) mengemukakan pendapatnya bahwa
bergabung secara sukarela karena adanya kesamaan kebutuhan sehingga bekerja
sama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan pribadi maupun
perusahaan. Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Widyanti dan Sunindhia
(2003:1) yang mengatakan pendapatnya bahwa koperasi adalah suatu
perkumpulan orang-orang atau badan-badan yang bergabung secara sukarela
untuk menjadi anggota koperasi dengan bekerja sama secara kekeluargaan untuk
dapat meningkatkan kesejahteraan jasmaniah anggotanya.
Di dalam UU No. 25/1992 pasal 1 tentang perkoperasian dijelaskan bahwa
koperasi merupakan suatu badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan
atau didirikan oleh badan hukum koperasi, yang dalam menjalankan kegiatan
usahanya selalu berdasarkan atas prisip koperasi dan berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Berdasarkan pendapat para ahli dan UU No. 25/1992 pasal 1 di atas, maka
pengertian koperasi adalah perkumpulan orang-orang atau badan usaha yang
memiliki tujuan untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama sehingga
membentuk suatu organisasi. Dalam menjalankan usahanya, koperasi tidak
menetapkan keuntungan sebagai tujuan utama namun lebih dari itu tujuan
koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
2. Landasan Koperasi
Partomo (2009:14) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam menjalankan
kegiatan usahanya, koperasi memiliki landasan yang merupakan pedoman bagi
kedudukannya di dalam sistem perekonomian Indonesia. Berdasarkan pasal 2 UU
No. 25/1992 tentang perkoperasian, koperasi berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, selain itu koperasi
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Tambunan (2019:10) mengemukakan
pendapatnya bahwa landasan koperasi terdiri atas tiga unsur yaitu.
a. Landasan idiil koperasi adalah Pancasila. Dalam menjalankan kegiatan
usaha untuk mencapai kepentingan-kepentingan ekonomi bersama, koperasi harus
berdasarkan atas Pancasila sebagai falsafah dan moral hidup bangsa Indonesia
serta menerapkan lima sila yang terkandung dalam Pancasila dalam setiap
kegiatan yang dijalankan.
b. Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
NKRI Tahun 1945 dan landasan geraknya adalah pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 beserta penjelasannya. Landasan struktural dan
landasan gerak koperasi merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur
terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa. Bagi bangsa
Indonesia, segala usaha dan kegiatan ekonomi diatur dalam Undang-Undang
Dasar NKRI Tahun 1945.
c. Landasan mental pada koperasi adalah rasa kesetiakawanan dan rasa
kesadaran berpribadi. Harga diri dan ketinggian budi seseorang dapat tercermin
dalam rasa setia kawan dan kesadaran seseorang untuk hidup saling
3. Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi tercantum dalam pasal 3 UU No. 25/1992 tentang
perkoperasian. Menurut UU No. 25/1992 pasal 3 koperasi bertujuan
meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, selain itu koperasi juga ikut ambil bagian dalam membangun tatanan
perekonomian bangsa Indonesia untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju,
berkeadilan, dan makmur sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Berdasarkan bunyi pasal tersebut, maka tujuan koperasi Indonesia dapat
dirumuskan menjadi tiga hal yaitu:
a. Untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya;
b. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan
c. Untuk membangun tatanan perekonomian nasional yang maju, adil, dan
makmur.
4. Prinsip Koperasi
Dalam menjalankan kegiatan usaha untuk mencapai tujuan koperasi, maka
koperasi didasari atas prinsip yang tercantum dalam UU No. 25/1992 tentang
perkoperasian. Di dalam pasal 5 UU No. 25/1992 dijelaskan prinsip-prinsip
koperasi yang tercantum meliputi:
a. Keanggotaan pada koperasi memiliki sifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan yang dilakukan oleh anggota diselenggarakan secara
c. Dalam melakukan pembagian pada Sisa Hasil Usaha (SHU), koperasi
melakukan pembagiannya secara adil dan disesuaikan dengan besarnya jasa
yang diberikan masing-masing anggota kepada koperasi. Selain itu
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) disesuaikan juga dengan ketersediaan
modal koperasi;
d. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi juga memiliki prinsip
kemandirian;
e. Koperasi memberikan pendidikan perkoperasian bagi anggota, pengawas,
pengurus, dan karyawannya, selain itu koperasi juga memberikan informasi
tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi yang ditujukan kepada
masyarakat;
f. Koperasi melaksanakan kerja sama dengan koperasi lain melalui jaringan
kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional untuk
dapat memperkuat gerakan koperasi.
5. Macam-Macam Koperasi
Koperasi berdiri sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai, sehingga
koperasi memiliki beberapa jenis. Jenis koperasi dapat dibedakan menurut hal-hal
sebagai berikut.
a. Jenis koperasi berdasarkan kegiatan usaha koperasi/kepentingan ekonomi
anggota tercantum dalam UU Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 pasal
1) Koperasi konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
di bidang penyediaan barang kebutuhan anggota dan non-anggota.
2) Koperasi produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi
yang dihasilkan anggota kepada anggota dan non-anggota.
3) Koperasi jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan jasa simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan
non-anggota.
4) Koperasi simpan pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi melayani anggotanya melalui
kegiatan usaha simpan pinjam.
b. Jenis koperasi berdasarkan latar belakang anggotanya (Muljono, 2012:4)
1) Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa (KUD) yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari
masyarakat pedesaan. KUD melayani kebutuhan anggota koperasi terutama
kebutuhan dalam bidang pertanian karena masyarakat pedesaan banyak
yang bekerja pada sektor pertanian.
2) Koperasi pasar
3) Koperasi sekolah
Koperasi sekolah yaitu koperasi yang anggotanya adalah siswa sekolah,
karyawan sekolah, dan guru di sekolah yang bersangkutan.
4) Koperasi Pegawai Negeri
Koperasi Pegawai Negeri yaitu koperasi yang anggotanya adalah pegawai
negeri.
c. Jenis koperasi berdasarkan tingkatan organisasi (Anoraga dan Sudantoko,
2002: 90)
1) Koperasi primer
Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari perseorangan.
Koperasi ini terbentuk apabila dapat dihimpun paling sedikit 20 orang
sebagai pendirinya.
2) Koperasi pusat
Koperasi pusat adalah koperasi yang terdiri dari sekurang-kurangnya 5
(lima) koperasi primer yang kemudian menggabungkan diri dalam suatu
organisasi yang lebih tinggi.
3) Koperasi gabungan
Koperasi gabungan adalah koperasi yang terdiri dari 3 (tiga) koperasi pusat
yang telah diakui sebagai badan hukum. Koperasi ini kemudian bergabung
membentuk tingkatan organisasi yang lebih tinggi lagi.
4) Koperasi induk
Koperasi induk adalah koperasi yang terdiri dari 3 (tiga) koperasi gabungan
6. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Dalam setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh koperasi selain
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, koperasi juga berusaha
untuk dapat memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU). Berdasarkan UU No. 25/1992
dijelaskan bahwa Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan pendapatan yang diperoleh
koperasi dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk juga pajak yang harus diselesaikan koperasi dalam
satu tahun buku. Tambunan (2019:35) mengemukakan bahwa pembagian Sisa
Hasil Usaha (SHU) koperasi setelah disisihkan untuk dana cadangan diberikan
kepada anggota sebanding dengan jasa usaha anggota, selain itu juga digunakan
untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lainnya sesuai dengan
ketetapan dalam Anggaran Dasar. Dengan demikian, maka Sisa Hasil Usaha
(SHU) merupakan pendapatan yang diperoleh koperasi setelah dikurangi dengan
pengeluaran dan beban-beban koperasi yang kemudian disisihan untuk dana
cadangan, dibagikan kepada anggota koperasi sesuai dengan besarnya jasa
anggota, dan keperluan lainnya sesuai dalam Anggaran Dasar.
Partomo dan Soejoedono (2004:85) mengemukakan bahwa dari perhitungan
Sisa Hasil Usaha (SHU) dapat diperoleh beberapa kemungkinan dari Sisa Hasil
Usaha (SHU) yaitu.
a. SHU positif yaitu jumlah pendapatan yang diterima koperasi lebih besar
dari jumlah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi sehingga koperasi dapat
sisanya akan dibagikan kepada anggota sesuai dengan besarnya jasa
masing-masing anggota koperasi.
b. SHU minus yaitu jumlah pendapatan yang diterima koperasi lebih kecil dari
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi sehingga koperasi dapat
menggunakan dana cadangan untuk menutup kekurangan biaya yang
dialami koperasi sejauh kerugian tersebut bukan karena kesengajaan
maupun kelalaian dari pengurus.
c. SHU nihil atau berimbang yaitu jumlah pendapatan yang diterima koperasi
sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi sehingga
koperasi harus berusaha untuk memperbaiki kinerjanya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan diperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) positif.
7. Struktur Organisasi Koperasi
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi memiliki struktur
kepengurusan sehingga pembagian tugas dan tanggung jawab dapat tersusun
dengan jelas. Struktur organisasi yang terdapat pada koperasi adalah sebagai
berikut.
a. Rapat Anggota
Sitio dan Tamba (2001:35) mengemukakan pendapatnya bahwa rapat
anggota merupakan suatu wadah yang disediakan oleh pengurus koperasi bagi
anggota koperasi untuk membicarakan kepentingan yang berkaitan dengan
organisasi dan kegiatan usaha koperasi sehingga dapat diperoleh keputusan dari
Berdasarkan UU No. 25/1992 dijelaskan bahwa rapat anggota merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sehingga pengambilan
keputusannya berdasarkan musyawarah untuk mufakat, namun apabila tidak
diperoleh kesepakatan maka pengambilan keputusan dilaksanakan dengan suara
terbanyak. Pelaksanaan dari rapat anggota dihadiri oleh anggota, pengurus dan
pengawas koperasi.
Dengan demikian, maka rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam koperasi sehingga segala kepentingan menyangkut organisasi dan
kegiatan usaha yang dijalankan oleh koperasi dibicarakan dan dimusyawarahkan
dalam rapat anggota untuk dapat menmperoleh kesepakatan atau mufakat.
Tambunan (2019:24) mengemukakan bahwa dalam rapat anggota
menetapkan beberapa hal yaitu.
1) Rapat anggota menetapkan anggaran dasar.
2) Rapat anggota menetapkan kebijaksanaan umum yang berkaitan dengan