• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERJASAMA LEMBAGA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

3.2 Analisis Terhadap Kerjasama Lembaga Pemerintah

3.2.1 Analisis Terhadap Kerjasama Pemerintah Daerah

Secara khusus hubungan antar lembaga legislatif dan eksekutif di Kabupaten Dairi diatur dalam keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dairi Nomor 41 Tahun 2005. Dalam keputusan tersebut pada bagian ketiga dijelaskan bahwa DPRD Kabupaten memiliki hubungan kemitran dengan Pemerintah Kabupaten dengan 3 penjelasan yakni:

1. Pimpinan Alat Kelengkapan dan Anggota DPRD adalah unsur penyelenggara Pemerintah Daerah, mitra sejajar dengan eksekutif yang sama kedudukannya ;

2. Pimpinan Alat Kelengkapan dan Anggota DPRD wajib bersikap kritis, adil, profesional dalam melakukan hubungan kemitraan dengan eksekutif ;

3. Pimpinan Alat Kelengkapan dan Anggota DPRD tidak diperkenankan secara langsung maupun tidak angsung meminjam atau menggunakan fasilitas maupun materi tertentu dalam eksekutif untuk kepentingan pribadi, diluar tugas-tugas DPRD.

Adanya kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif didasari dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kekuasaan yang terletak pada satu orang. oleh sebab itu dilakukanlah pemisahan ataupun pembagian kekuasaan dalam menyelenggarakan pemerintahan baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam raung lingkup daerah, lebih dikenal dengan unsur pemerintah daerah dan DPRD. Hubungan kekuasaan yang terletak pada pemerintahan di daerah

memiliki perbedaan konsep dengan tingkat pusat. Hal ini dapat dilihat dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. UU Nomor 32 menjelaskan bahwa DPRD sebagai badan Legislatif dan Pemerintah Daerah digabungkan dalam satu penamaan secara konstitusi yakni Pemerintahan Daerah. dalam hal ini dapat di jabarkan bentuk-bentuk hubungan kekuasaan DPRD Kabupaten Dairi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi dalam hal pembuatan Peraturan Daerah sebagai suatu proses kerjasama 2 lembaga pmerintah.

prosedur-prosedur dalam pembuatan Peraturan daerah pada pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa DPRD dan Pemerintah Daerah memiliki andil yang sangat besar. Kedua lembaga pemerintahan tersebut saling mengikat dan berpengaruh terhadap munculnya sebuah Peraturan Daerah. DPRD dan Pemerintahan secara teori dapat digambarkan sebagai lembaga yang terpisah dan tidak ada interpensi antar lembaga. Kerjasama sangat dibutuhkan karena apapun yang dibahas kedua lembaga bukan hanya berdampak kepada lemabaga pemerintahan daerah sendiri, tetapi ikut melibatkan kehidupan masyarakat Kabupaten dairi secara umum.

Dalam penyampaian usualan rancangan peraturan daerah ada dua macam bentuk pengusulan yaitu secara inisiatif DPRD atau secara inisiatif Pemerintah daerah yang dimotori oleh Kepala Derah yaitu Bupati. Namun, sejalan dengan itu semua baik itu rancangan peraturan daerah yang berasal dari anggota DPRD maupun yang berasal dari pemerintah daerah yang disampaikan oleh Kepala

Daerah itu semuanya diselesaikan bersama-sama dan semuanya saling terlibat satu sama lainnya.

Tidak dapat dihindari kepentingan poltik selalui mewarnai perjalanan roda pemerintahan di Indonesia khususnya di Kabupaten Dairi. Seperti dijelaskan sebelumnya, sistem presidensil yang diterapkan di Indonsia tergolong unik. Keunikan itu sendiri dapat dilihat dari adanya sistem koalisi dan oposisi didalam pemerintahan pusat. Namun pelaksanaan sistem koalisi dan oposisi ini tidak berlaku dalam lingkungan perpolitikan didaerah termasuk daerah Kabupaten Dairi. Oleh sebab itu, pemerintah dalam melakukan aktivitaas politiknya termasuk dalam hal kerjasama antar lembaga pemerinthan selalu mengandalkan musyawarah dan mufakat serta terkadang disebut juga dengan istilah “lobi-lobi politik”.

Kepentingan partai politik dalam keanggotaan di DPRD Kabupaten Dairi memang tergolong sulit untuk disatukan. Kerjasama ini diakibatkan struktur dari susunan Fraksi yang genap yakni 6 fraksi. Apabila dalam pengambilan keputusan terjadi suara yang sama kuat, maka keputusan ini akan dilanjutkn dengan cara lobi-lobi politik. Pada saat diadakannya lobi- lobi politik maka ego terhadap kepentingan setiap fraksi akan semkin tinggi. Hal ini tentunya membutuhkan waktu dan pikiran yang melibatkan Pemerintah Daerah untuk meyakinkan fraksi yang dapat diajak

bekerjasama. Tidak jarang janji-janji yang bersifat politik transaksional bisa terjadi dalam pembuatan sebuah peraturan Daerah.

Proses kerjasama anatara lembaga Pmerintahan Daerah dengan DPRD Kabupaten Dairi sebenarnya memiliki keuntungan dalam hal hubungan secara politis. Dimana Bupati Dairi KRA. Jhonny Sitohang Adinegoro merupakan Ketua DPD Tingkat II Partai Golkar Kabupaten Dairi memiliki latar belakang kader partai yang sama dengan Ketua DPRD Kabupaten

Dairi Delphi Masdiana Ujung, SH. Msi. Dengan latar belakang yang sama kedua

pemimpin lembaga Pemerintahan daerah Kabupaten Dairi tersebut lebih memungkinkan proses kerjasama berjalan dengan baik dan sesuai dengan keinginan rakyat. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah masih dirasakan oleh publik bahwa kinerja dari kedua lemaga ini masih kurang maksimal dalam hal pembuatan peratura daerah.

3.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurannya Produktivitas Lembaga Pemerintahan Daerah dalam Pembuatan Perda

Kenyataan yang terjadi dalam pemerintahan Daerah di Kabupaten Dairi pada kepriodean 2009 hingga 2014 masih kurang kurang produktif dalam hal pembuatan Peraturan Daerah. pembuatan Peraturan Daerah dirasa penting dikarenakan semakin kompleks aturan-aturan dalam pengelolahan sebuah pemerintahan maka semakin terarah dan lebih optimal kinerja suatu lembaga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Fungsi legislasi dari DPRD adalah

membuat Peraturan Daerah, sehingga jika produk hukum yang dibuat kurang maksimal maka kinerja dari lembaga legislatif tersebut perlu dievaluasi.

Pembuatan Peraturan Daerah dalam ruang lingkup DPRD Kabupaten dan Pemerintahan Kabupaten Dairi bukan hanya tentang Peraturan Daerah ynag baru saja. Pembuatan Peraturan Daerah dapat juga berupa pelaksanaan amandemen terhadap Peraturan daerah yang lama. Peaturan Daerah yang lama bisa diganti apabila dirasa tidak sesuai lagi dengan keadaan objektif masyarakat maupun pemerintahan yang sedang berlangsung. Hal ini juga dapat dialakukan apabila ada pergantian kepriodeaan pemerintahan daerah.

Dalam pembuatan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2009 dapat berlangsung dengan baik. Namun hal ini tidak dijadikan sebagai suatu yang harus diterapkan oleh DPRD kabupaten Dairi dalam pembuatan Peraturan daerah selanjutnya. Kurang produktifnya DPRD Kabupaten Dairi dan Pemerintahan Kabupaten Dairi dikarenakan adanya kendala-kendala yang harus dihadapi. Beberapa hal yang menjadi kendala-kendala dalam pembuatan Peraturan Daerah di kabupaten Dairi adalah kurangnya kemampuan anggota DPRD dan masalah pendanaan rapat.

3.2.2.1 Kurangnya Keahlian Dan Pemahaman Terhadap Konstitusi Pelaksanaan setiap tanggung jawab dalam setiap pekerjaan seyogianya harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan terhadap tanggung jawab tertentu. Dalam pembuatan undang-undang baik dalam ranah DPR RI, DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II hal terpenting adalah keahlian dan

pemahaman tentang konstitusi. Keahlian dalam memahami konstitusi merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh orang-orang yang terlibat dalam pembuatan produk-produk hukum.

Kurang produktifnya kinerja DPRD Kabupaten Dairi sangat dipengaruhi oleh lemahnya pengetahuan akan konstitusi oleh sebagian besar anggota DPRD. Hal ini dibenarkan oleh anggota DPRD Kabupaten Dairi yang berasal dari komisi C yaitu Bapak Leonard H Samosir, BA memberikan keterangan sebagai berikut

“....kita akui kalau kinerja DPRD Kabupaten Dairi ini masih belum maksimal. Ini dapat dilihat dari salah satunya tentang pembuatan peraturan Daerah. kita kurang aktif untuk membuat peraturan yang seharusnya hal itu adalah salah satu tugas kita. Tetapi yang bisa dijadikan faktor yang mempengaruhi itu adalah kurangnya pengetahuan sebagian anggota tentang undang-undang. Sebelum terpilih sebagai anggota DPRD banyak diantara caleg belum memiliki kecakapan dalam perundang-undangan. Sehingga pada saat masuk ke kursi dewan disitu baru belajar. Jadi seharusnya supaya lebih baik kinerja DPRD ini, walaupun setiap orang berhak untuk mencalonkan diri sebagai anggota dewan, sebaiknya tiap caleg itu harus memiliki pengetahuan tentang konstitusi dulu dalam bentuk sertifikat mengikuti seminar ataupun kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemahaman konstitusi tersebut baru bisa

mencalonkan...”34

Pengetahuan tentang konstitusi ini lebih mengarah pada tuntutan ethos kerja dari lembaga legislatif. DPRD Kabupaten Dairi yang dianggap kurang mampu akan megakibatkan suatu proses pembuatan Peraturan Daerah membutuhkan jenjang waktu yang cukup lama. Disamping itu, dengan kurangnya keahlian dalam pembuatan Peraturan Daerah terkesan kurang menjawab terhadap       

34 

wawancara peneliti dengan informan (anggota DPRD Kabupaten Dairi) pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2014, Pukul 10.30 Wib 

fenomena yang berkembang dimasyarakat Dairi sehingga memungkinkan adanya penolakan terhadap Peraturan Daerah yang baru tersebut.

Salah satu indikator yang dijadikan sebagai alat ukur kurangnya keahlian anggota DPRD tersebut adalah latar belakang pendidikannya. Latar belakang pendidikan anggota DPRD Kabupaten Dairi masih sekitar 30% yang memiliki ijaza sarjana dan sebagian lagi dari tingkat SMA sederajat. Masalah ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh tidak adanya aturan-aturan dalam pencalegkan mengenai keahlian konstitusi ini. Setiap caleg yang mendaftar melalui partai politik yang menyokong akan ditentukan oleh pilihan masyarakat. Dengan kejahatan-kejahatan pemilihan umum dewasa ini, latar belakang pendidikan terkesan diabaikan oleh pemilih.

Mayoritas perancang peraturan daerah, baik di lingkungan pemerinth daerah maupun DPRD, tampaknya belum dapat menyesuaikan kemampuannya dengan tuntutan otonomi daerah yang mensyaratkan kapasitas yang memadai untuk menyusun peraturan. Ironisnya, pelatihan-pelatihan perancangan peraturan daerah yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perancang dan legislator masih jarang dilakukan. Perancang yang biasanya berlatar belakang sarjana hukum tidak mendapatkan pelajaran yang cukup dalam merancang peraturan perundang- undangan ketika mereka di bangku kuliah. Kondisi ini mungkin akibat dari ilmu peraturan perundang-undangan dan perancang peraturan perundang-undangan belum mendapat posisi yang proporsional dalam agenda pembangunan hukum di Indonesia.

3.2.2.2 Kurangnya Pendanaan Kegiatan-Kegiatan Rapat Anggota DPRD

kendala dalam pembuatan Peraturan Daerah yang terjadi di Kabupaten Dairi adalah adanya kebiasaan anggota DPRD yang lebih melihat aspek dana tunjangan yang akan diberi daripada tanggung jawab mereka sebagai pembuat Peraturan Daerah. dari data yang diperoleh dari sekretariat DPRD, untuk sebagian kegiatan rapat memang diberikan anggaran khusus. Namun adanya kebijakan tersebut sering dijadikan sebagai acuan anggota dewan untuk melakukan pembahasan suatu Peraturan Daerah ataupun hal-hal penting lainnya.

Kebijakan pemberian dana tunjangan untuk setiap kegiatan yang dilakukan anggota DPRD Kabupaten Dairi ditujukan agar mendongkrak dan mendorong kinerja DPRD semakin optimal. Dengan adanya anggaran tersebut diharapkan kenyamanan kerja dan motivasi yang tinggi seharusnya tercipta dalam kegiatan- kegiatan DPRD. Namun hal ini menjadi masalah karena kesadaran sebaian anggota terhadap tugas dan tanggung jawab mereka tergantikan oleh ada tidaknya pendanaan tersebut.

Sekretariat DPRD Kabupaten Dairi adalah lembaga yang ditunjuk oleh Pemerinta Daerah untuk memenuhi apa-apa saja kelengkapan-kelengkapan DPRD Kabupaten Dairi termasuk masalah pendanaan tersebut. Sekretariat DPRD Kabupaten Dairi pada dasarnya tidak memberikan dana tersebut untuk setiap rapat. Apabila ada undangan untuk anggota DPRD agar mengikuti rapat tentang

pembahasan Peraturan Daerah, ada atau tidak dana khusus tersebut terkadang menjadi penentu kehadiran anggota DPRD.

Akibat dari masalah tersesbut DPRD dan Pemerintah Daerah minim menghasilkan peraturan yang terkait publik. Daerah seperti ini hanya membuat produk perda yang sifatnya keharusan seperti perda tentang APBD atau perda untuk mencapai target pendapatan asli daerah. Padahal peraturan perundang- undangan yang bersifat pengaturan publiklah yang seharusnya lebih diprioritaskan. Inventarisasi Masalah Tulisan ini dimaksudkan untuk menginventarisasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan peraturan-peraturan daerah. Diharapkan pihak terkait dapat terinspirasi untuk menemukan permasalahan daerah masing-masing serta berupaya mencari solusi terbaik.

Faktor adanya anggaran tersebut sebenarnya tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Kurangnya dana operasional dalam pembuatan Peraturan Daerah mengaharuskan sekretariat DPRD harus leih bijak menggunakannya. Memberikan anggaran dana terhadap kegiatan-kegitan tertentu adalah salah satu cara yang dilakukan oleh sekretariat DPRD. dengan fenomena ini, sebagian anggota dewan tergantung anggaran dana untuk mau menghadiri sebuah rapat dalam kegiatan-kegiatan DPRD.

3.2.2.3 Kurangnya Pengawasan Masyarakat Terhadap Kinerja Pemerintan Daerah Kabupaten Dairi

DPRD Kabupaten Dairi dan Pemerintah Daerah Dalam proses pembuatan peraturan daerah yang sesuai denggan keinginan rakyat seharusnya juga membutuhkan keterlibatan rakyat secara aktif. Sebab setiap peraturan daerah selalu diarahakan kepada perwujudan kesejahteraan masyarakat. Keaktifan masyarakat ini juga dipengaruhi oleh latar belakang pemahaman masyarakat terhadap suatu peraturan Daerah yang telah dibentuk. Misalnya dalam tatanan Masyarakat Kabupaten Dairi yang 70% latar belakang pekerjaannya adalah petani memiliki partisasipasi dan pemahaman yang masih minim.

Pertanian, pendidikan dan kesehatan merupakan 3 pilar pembangunan yang mendasari program-program yang dikerjakan oleh pemerintahan kabupaten. Hal ini disampaikan oleh Bupati Kabupaten Dairi pada saat mengadakan pertemuan dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Dairi. Dengan berdasarkan 3 pilar tersebut, sebenarnya pemerintahan melalukan sebuah program kerja yang dinamakan Kunjungan kerja ke desa. Kegiatan ini sendiri melibatkan unsur pemerintah dan DPRD Kabupaten Dairi. Kegiatan ini menjadi suatu langkah yang mendekatkan masyarakat dengan pemerintahan daerahnya selain kegiatan reses yang dilakukan oleh anggota DPRD untuk para konstituennya. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini seharusnya memberi masukan tentang keadaan objektif mereka terhadap pemerintahan agar mengeluarkan suatu kebijakan yang bisa mendorong produktivitas pertanian.

Dalam konteks lain, bentuk keterlibatan masyarakat yang masih kurang dalam pengawasan pembuatan kebijakan daerah adalah sikab kurang peduli terhadap peraturan daerah yang dibuat. Sebagai contoh adalah pembahasaan issu mengenai akan dibukanya daerah galian dan pertambangan di daerah Sopo komil, kecamatan silima Pungga-Pungga. Pengawasan masyarakat terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini masih minim walaupun ada sekelompok masyarakat yang melaukakan protes. Namun, belum terlaksananya Peraturan Daerah ini dikaeranakan adanya ketidaksepakatan besar saham kepemilikan antara pihak Pemerintah Kabupaten Dairi dengan pihak Perusahaan DPM ( Dairi Prima Mineral). Dengan kata lain, apabila sudah terjadi kesepakatan nantinya maka besar kemungkinannya Peraturan Daerah ini akan dilaksanakan.

Pengawasan mayarakat akan mempengaruhi kualitas dari Peraturan yang dibahas oleh DPRD dan Pemerintah Daerah. ketika pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini ini masih rendah maka Peraturan Daerah yang dibentuk hanya bersifat formalitas belaka tanpa menjawab permasalahan objektif masyarakat. Bentuk kerjasama antara lembaga pemerintahan Daerah kabupaten Dairi juga membutuhkan pengawasan dari masyarakat, sehingga dengan adanya pengawasan dari masyarakat yang secara aktif mampu mendorong kierja pemerintahan Daerah semakin optimal dan mampu memberi soslusi konkrit terhadap permasalahan yang ada.

Semakin jauh masyarakat dengan pemerintah, maka masyarakat akan semakin kesulitan untuk mengetahui kebijakan, namun sebaliknya ketika posisi

masyarakat dekat dengan pemerintah maka, peluang untuk mengawasi, mengontrol, dan proses kebijakan semakin besar. Kondisi seperti inilah yang sebenarnya diinginkan oleh demokrasi karena demokrasi sendiri memposisikan masyarakat pemegang kedaulatan penuh atas pemerintahan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Peratura Daerah adalah sekumpulam kebijakan yang disusun oleh lembaga legislatif daerah dengan persetujuan lembaga legislatif. Lembaga legislatif daerah atau yang disebut juga DPRD secara peraturan perundang-undangan memiliki hubungan kemitraan yang sejajar dengan Pemerintah Daerah. oleh sebab itu, DPRD dengan Pemerintah daerah sebagai lembaga penyelenggara pemerintahan di daerah dinamakan sebagai pemerintahan daerah.

Peraturan daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah Sesuai dengan ketentuan Undang-undang. Prosedur pembuatan Peraturn daerah oleh lembaga DPRD dan Pemerintah Daerah tentunya harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Proses awal pembuatan perda tersebut harus memiliki landasan hukum dan dasar pemikiran yang jelas. Oleh sebab itu, Peraturan daerah yang dibentuk harus menjwab permasalahan yang ada dan akan dijadikan sebagai landasan bertindak dan pngambilan keputusan dalam menjalankan Pemerintahan Daerah di Kabupaten Dairi. Sebagai daerah otonom, Kabupaten Dairi melalui lembaga DPRD dan Pemerintah daerah masih dirasa kurang dalam menghasilkan produk-produk hukum yang dapat menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.

Dalam rangka tertib administrasi dan peningkatan kualitas produk hukum daerah, diperlukan suatu proses atau prosedur penyusunan Perda agar lebih terarah

dan terkoordinasi. Hal ini disebabkan dalam pembentukan Perda perlu adanya persiapan yang matang dan mendalam, antara lain pengetahuan mengenai materi muatan yang akan diatur dalam Perda, pengetahuan tentang bagaimana menuangkan materi muatan tersebut ke dalam Perda secara singkat tetapi jelas dengan bahasa yang baik serta mudah dipahami, disusun secara sistematis tanpa meninggalkan tata cara yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimatnya. Prosedur penyusunan ini adalah rangkaian kegiatan penyusunan produk hukum daerah sejak dari perencanaan sampai dengan penetapannya.

Perencanaan Pembuatan suatu peraturan daerah dimulia dari pembuatan rencana peraturuan derah dan naskah akademink. Dalam hal pembuatan naskah akademik, keterlibatan dari pihak akademisi diperluka karena suatu peraturan daerah harus memiliki landasa ilmiah dan landasan yang bersifat akademisi. Dalam hal ini dapat digolongkan kedalam suatu perguruan tinggi, organisasi satuan kerja yang berhubungan dengan tim pengajar/ dosen dan lain sebagainya. dibutuhkannya keterlibatan dari pihak akademis ini sendiri akan menguatkan kajian akan pentingnya pembuatan peraturan baru.

Proses pembahasan rancangan peraturan daerah lebih banyak diproses oleh pihak DPRD Kabupaten Dairi. Keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi menjadi dalam pembahasan lebih kearah pembahasan final setelah prose yang panjang dilakukan oleh pihak DPRD yang dimulai dengan rapat paripurna, rapat komisi, rapat pembentukan panitia khusus, dan rapat pengambilan keputusan dari

setiap fraksi. Setiap fraksi memiliki 1 suara dan kemudian ditanyakan satu persatu melalui rapat paripurna apakah menerima atau menolak suatu rancangan peraturan daerah tersebut menjadi sebuah perda. Hasil dari keputusan dari setiap fraksi kemudian dijadikan landasan DPRD untuk melakukan pengundangan kepada Pemerintah Kabupaten Dairi dalam pengambilan keputusan akhir bersama.

Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi sendiri memiliki peranan dalam Pembahasan akhir melalui tim khusus yang dibentuk oleh Sekretris Daerah dan penetapan keputusan final yang ditanda tangani oleh Kepala Daerah. keputusan akhir yang dimaksud adalah apakah Rancangan Peraturan Daerah tersebut akan disahkan atau tidak. Keputusan akhir dan pengesahan ini akan menjadi taha akhir dalam pembuatan peraturan daerah. selanjutnya DPRD akan bertugas sebagai pengawas pelaksanaan peraturan daerh itu sendiri.

Secara kelembagaan dalam, proses kerjasama yang terjadi antara lembaga Pemerintahan Daerah dan DPRD kabupaten Dairi masih belum terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari produktifitas kedua lembaga masih kurang dalam hal kualitas dan kuantitas yang telah dibuat. terkhusus dalam pembuatan peraturan daerah ini sendiri Pemerintah Daerah Kabupaten dairi dan DPRD Kabupaten Dairi telah diatur dalam keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dairi Nomor 41 Tahun 2005.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya produktifitas ini adalah masih banyaknya anggota dewan yang belum memahami ataupun tidak memiliki kemampuan Legal drafting yang baik, kurangnya pendanaan dalam hal

melakukan pertemuan dan partisipasi masyarakat yang dinilai masih apatis terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan daerah. hal ini menjadi koreksi bersama bukan hanya di daerah Kabupaten Dairi namun menjadi permasalahan yang harus dipecahkan oleh setiap daerah-daerah otonom di Indonesia.

4.1 Saran

Pembagian kekuasaan di pusat maupun di daerh bertujun untuk menghindari adanya kekuasaan mutlak ditangan satu orang. Hal ini menjadi landasan penerapan teori trias politika di Negara Indonesia. Namun baik pusat mupun daerah masih dihadapkan dengan berbagai masalah yang mengakibatkan cita-cita bangsa masih jauh dari harapan. Dengan adanya otonomi daerah maka kedekatan pemerintah dengan masyarakat akan semakin terjalin melalui kebijakan-kebijakan publik yang dihasilkan di daerah otonom. Demikian juga yang terjadi di Kabupaten Dairi. untuk lebih mendongkrak pergerakan dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, melalui penulisan penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran dan pemikiran-pemikiran yang diaharapkan mampu membantu permasalahan yang dihadapi oleh lembaga pemerintahan darah khususnya dalam pembuatan peraturan daerah, hal-hal tersebut adalah:

1. Pemerintahan Daerah yang terdiri dari pemerintah daerah dan DPRD merupakan lembaga independent yang harus bekerja sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Terutama dalam hal

perwujudan kesejahteraan rakyat melalui pembuatan kebijakan yang menjawab permasalahan yang dihadapi rakyat saat ini.

2. Dibutuhkannya komunikasi yang labih intens antara pemerintah daerah dengan masyarakat guna membangun hubungan yang harmonis dan saling mendukung dalam pembuatan peraturan darah yang akan dirasakan bersama baik rakyat maupun pemerintahan itu sendiri

3. Proses kerjasama yang berlangsung antara lembaga Pemerintah Daerah deengan DPRD dalam hal pembuatan peraturan daerah sebaiknya dijauhkan dari kpentingan-kepentingan politik yang mengedepankan kepentingan kelompok, agar kebijakan publik yang dibentuk memiliki kualitas yang baik ketika diterapkan kepada seluruh masyarakat yang berada pada wilayah daerah tersebut.

4. Pemerintah dalam merancang dan membuat peraturan daerah hendaknya memperhatikan asas-asas pembuatan perda yang baik, serta sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Peraturan Daerah dibuat untuk menciptakan suasana pemerintahan yang baik dan teratur, bukan malah membuat masalah baru dalam masyarakat. Untuk itu keprofesionalan dan kearifan pemerintah sangatlah dibutuhkan.

5. Dalam pembuatan kebijakan publik sebagai tugas dasar dari lembaga- lembaga politik seharusnya didukung dengan keahlian konstitusi dan

Dokumen terkait