• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERJASAMA LEMBAGA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

3.1.1 Proses Pembuatan Rancangan Peraturan Daerah

Sebagai lembaga pemerintahan yang bersifat formal, segala produk yang dihasilkan harus menjalani beberapa proses yang bertahap. Proses pembuatan

peraturan daerah juga memiliki landasan hukum dan harus memenuhi syarat- syarat yang telah disepakati sebelum disahkan. Sabam Sibarani, S.sos sebagai wakil rakyat dari partai Golongan Karya dan menjabat ketua Fraksi Golkar di DPRD Kabupaten Dairi, menyatakan demikian :

“... proses pembuatan Peraturan Daerah haruslah dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang telah disepakati. Hal tersebut masih menjadi standardisasi terendah dalam pembuatan peraturan daerah, karena masih banyak tahap yang harus dilewati. Proses tersebut dimulai dengan adanya rancangan peraturan daerah atau yang sering disebut dengan Raperda. Raperda ini sendiri bisa berasal dari DPRD dan eksekutif . jika berasal dari DPRD, Raperda akan diserahkan kepada pemerintah daerah dan begitu juga sebaliknya. Hal ini diatur dalam undang-undang yang dapat dikrucutkan dimulai dari perancangan, pembahasan dan penetapaan. Dalam pembuatan Peraturan Daerah di Kabupaten Dairi sendiri selalu mengikuti apa yang tertuang di aturan-aturan tersebut namun semua itu tahap itu tetap bisa berubah sesuai dengan kebutuhan rapat.”

Proses pembuatan Peraturan Daerah yang sesuai dengan Perturan perundang-undangan menjadi landasan utama anggota DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi. DPRD dan Pemerintah daerah dalam pembuatan peraturan daerah harus memeperhatikan asas-asas pembuatan produk hukum yang terdapat dalam UU No. 12 tahun 2011 bab 2 tentang Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 5. Dalam membentuk Peraturan Perundang- undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Pembuatan Peraturan daerah secara khusus disebut sebagai fungsi legislasi kepada Anggota DPRD Kabupaten Dairi. Prosedur penyusunan ini adalah rangkaian kegiatan penyusunan produk hukum daerah sejak dari perencanaan sampai dengan penetapannya. Proses pembentukan Perda terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:

Prosedur ini merupakan tahap pertama dalam proses Pembuatan sebuah Peraturan Daerah. dalam tahap ini langkah yang dilakukan adalah penyusunan naskah akademik dan naskah rancangan Peraturan Daerah. Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan adalah naskah awal yang memuat pengaturan materi-materi perundang-undangan bidang tertentu yang telah ditinjau secara sistemik, holistik dan futuristik. Pasal 1 angka 7 Perpres Nomor 68 Tahun 2005, menyatakan Naskah akademik adalah naskah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang , tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan suatu Rancangan Undang-Undang. Penyususnan naskah akademik dan rancangan Peraturan daerah tersebut secara undang-undang dapat

berasal dari inisiatif DPRD Kabupaten Dairi maupun dari inisiatif Pemerintah Daerah.

1. Inisiatif DPRD

Berdasarkan amandemen I dan II Pasal 20 ayat (1) UUD 1945, DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dan berdasarkan Pasal 21 ayat (1) UUD 1945, anggota-anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan Undang-Undang. Hak tersebut juga berlaku bagi lembaga legislatif di daerh tingkat I maupun daerah tingkat II. DPRD memegang kekuasaan membentuk Perda dan anggota DPRD berhak mengajukan usul Raperda. Dalam pelaksanaannya Raperda dari lingkungan DPRD diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib DPRD masing-masing daerah. Pembahasan Raperda atas inisiatif DPRD dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah atau unit kerja yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Setelah itu juga dibentuk Tim Asistensi dengan Sekretariat Daerah atau berada di Biro/Bagian Hukum.

Produk hukum Raperda harus melalui beberapa proses sebelum sah untuk diterapkan dalam sebuah pemerintahan daerah. peraturan daerah yang berasal dari inisiatif DPRD didasari dari kegiatan internal anggota DPRD seperti Reses dan rapat-rapat umum mengnai issu-issu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Dairi. Pengembangan dari issu-issu politik yang diperoleh

kemudian dijadikan bahan dasar dalam penyusunan naskah akademi rancangan peraturan daerah.

Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah disusun oleh alat kelengkapan DPRD. Alat Kelengkapan yang dimaksud terkhusus pada komisi- komisi yang telah dibagi kedalam 3 bagian. Komisi DPRD kabupaten Dairi yang mengajukan Pembuatan perda akan menyusun Naskah Akademik dan Raperda sesuai dengan ruang lingkup kerja yang ditangani. penyusunan Naskah Akadmik dan Raperda tersebut dibahas dalam rapat komisi.

Hasil dari pertemuan Anggota Komisi berupa Naskah Akademik dan Raperda kemudian diberikan kepada Sekretaris Daerah Kabupaten atau Tim Penyusun Produk Hukum Daerah yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah. setelah sekretaris daerah menerima dan mengetahui maksud dan tujuan dari pembuatan Peraturan Daerah yang akan dikerjakan, maka tahap selanjutnya bisa dilakukan dan diserahkan kepada tim Khusus yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten Dairi. Setelah selesai pada tahap ini, selanjutnya akan disampaikan kembali kepada DPRD untuk dibahas bersama-sama Guna mendapatkan persetujuan DPRD dilakukan kegiatan pembahasan bersama-sama pihak Eksekutif terhadap draft Raperda yang telah diusulkan oleh Eksekutif, dengan mengacu pada Tata Tertib DPRD, yang mana pembahasan dilakukan oleh Badan Legislasi Daerah (Balegda) atau Pansus DPRD bersama-sama dengan Tim Penyusun Produk Hukum Daerah. Setelah tercapai kesepakatan bersama maka

akan diusulkan dalam rapat paripurna DPRD guna mendapatkan persetujuan dari DPRD.

2. Inisiatif Pemerintah Daerah

Prosedur pembuatan Peraturan Daerah yang berasal dari inisiatif pemerintah

daerah dilakukan karena pemerintah Daerah juga berusaha melakasanakan good

governance yang perlu di atur dalam peraturan Daerah. Dengan kata lain sebagai pelaksana Peraturan tersebut Pemerintah Kabupaten Dairi juga memiliki program- program kerja yang mendukung keefektifan dalam mencapai visi misi pemerintahan. Pentingnya proses ini juga dikarenakan Pemerintah Daerah lebih mengetahui dan menguasai ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, sehingga ide untuk pembuatan Peraturan Daerah tersebut bisa berasal dari pihak manapun termasuk dari lembaga eksekutif daerah.

Proses awal pembuatan peraturan daerah yang berasal dari pemerintah daerah dimulai dari usulan SKPD yang bersangkutan. Usulan tersebut dibuat harus memiliki tujuan yang jelas dan memiliki landasan yang kuat. Pada tahap ini, SKPD melakukan rapat persiapan untuk menetapkan inventaris peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan. Dalam rapat persiapan tersebut, Pimpinan SKPD beserta jajarannya akan memutuskan penyusunan hingga mengusulkan suatu produk hukum daerah dalam bentuk Raperda. Rencana Penyusunan RAPERDA ini diajukan oleh pimpinan SKPD kepada Sekretaris Daerah untuk dilakukan harmonisasi materi dan sinkronisasi pengaturan.

Yang dimaksud dengan Pimpinan SKPD yaitu Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor, Kepala Biro/Bagian di lingkungan sekretariat dapat mengajukan prakarsa kepada Sekretaris Daerah yang memuat urgensi, argumentasi, maksud dan tujuan pengaturan, materi yang akan diatur serta keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan lain yang akan dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tersebut. Beberapa hal yang mesti dilampirkan dalam usulan awal RAPERDA dari pimpinan SKPD antara lain memuat isi pokok-pokok pikiran terdiri:

1. Maksud dan Tujuan Pengaturan 2. Dasar Hukum

3. Materi yang diatur; dan Keterkaitan dengan peraturan perundang- undangan lain.

Setelah prakarsa tersebut dikaji oleh Sekretariat Daerah mengenai urgensi, argumentasi dan pokok-pokok materi serta pertimbangan filosofis, sosiologis dan yuridis dari masalah yang akan dituangkan dalam RAPERDA tersebut, maka sekretaris Daerah akan mengambil keputusan . Sekretaris Daerah juga menugaskan kepala Biro/ Bagian Hukum untuk melakukan harmonisasi materi dan sinkronisasi pengaturan.

Apabila Sekretaris Daerah menyetujui, pimpinan SKPD menyiapkan draft awal dan melakukan pembahasan . Pembahasan ini harus melibatkan Biro/ Bagian Hukum, Unit Kerja terkait dan masyarakat. Setelah itu SKPD yag bersangkutan

Dapat mendelegasikan kepada Biro/ Bagian Hukum untuk melakukan penyusunan dan pembahasan rancangan produk hukum daerah (raperda) tersebut. Rencana Peraturan Daerah yang sudah melewati tahapan di atas kemudian Pemerintah daerah Kabupaten membuat surat usulan Bupati dengan dilampiri draft Raperda untuk selanjutnya disampaikan kepada DPRD.

Dalam yang ingin di telah diusulkan DPRD akan di bahas oleh Setelah selesai akan disampaikan kembali kepada DPRD untuk dibahas bersama-sama. Proses Mendapatkan Persetujuan DPRD.Guna mendapatkan persetujuan DPRD dilakukan kegiatan pembahasan bersama-sama pihak Eksekutif terhadap draft Raperda yang telah diusulkan oleh Eksekutif, dengan mengacu pada Tata Tertib DPRD, yang mana pembahasan dilakukan oleh Badan Legislasi Daerah (Balegda) atau Pansus DPRD bersama-sama dengan Tim Penyusun Produk Hukum Daerah. Setelah tercapai kesepakatan bersama maka akan diusulkan dalam rapat paripurna DPRD guna mendapatkan persetujuan dari DPRD.

Dokumen terkait