• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA), tingkat efisiensi dari masing-masing Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah dianalisis dengan model fungsi biaya, dimana variabel dependen total biaya atau total cost (TC), input terdiri dari beban personalia (P1) dan beban bagi hasil/beban bunga (P2). Sedangkan outputnya yaitu total pembiayaan (Q1) dan surat berharga yang dimiliki (Q2) .

Menurut Kumbhakar (2000) dalam Edy Hartono fungsi biaya yang dihasilkan adalah dalam bentuk model frontier yang merupakan model translog bukan model linier atau garis lurus, oleh karena itu semua variabel diubah dalam bentuk logaritma natural42. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak STATA 12, dengan memasukkan variabel input dan output yang telah ditentukan ke dalam model regresi, maka model persamaan SFA dalam penelitian ini mengacu pada fungsi Cobb Douglas yang dilakukan beberapa penyesuaian, sebagai berikut:

lnTCi = a0 + b1 lnP1,i + b2 lnP2,i + b3 lnQ1,i + b4 lnQ2,i + ei...(4.1) lnTC = Total biaya yang dikeluarkan oleh bank.

lnP1 = Beban Personalia

lnP2 = Beban Bagi Hasil / Beban Bunga lnQ1 = Total Pembiayaan / Total Kredit

42

Edy Hartono,”Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia Dengan Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Approach Analysis,” (Tesis Universitas Diponegoro Semarang, 2009) h.51..

lnQ2 = Total Surat Berharga yang Dimiliki

Sedangkan untuk perhitungan efisiensi menggunakan pendekatan cost efficiency pada persamaan 3.3.

1. Bank Umum Konvensional (BUK) Gambar 4.1

Hasil Analisis Koefisien Regresi (BUK)

lnTC = 0.9910 + 0.0207 lnP1 + 0.0072 lnP2 + 0.9155 lnQ1 – 0.0103 lnQ2

Persamaan diatas menunjukkan bahwa komponen input berupa Beban Personalia memiliki koefisien regresi sebesar 0.0207679, menunjukkan bahwa jika beban personalia mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Konvensional akan mengalami efisiensi sebesar 0.0207679. Hal ini mungkin saja terjadi ketika adanya pemberian bonus dan semacamnya kepada sumber daya manusia yang dimiliki bank sehingga meningkatkan kinerja.

Beban Bunga memiliki koefisien regresi sebesar 0.0072 jika Beban Bunga mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Konvensional akan mengalami peningkatan efisiensi sebesar 0.0072. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya peningkatan jumlah dana pihak ketiga dan ini merupakan aset bagi bank untuk mendapatkan keuntungan dari pengelolaan dana pihak ketiga dan akhirnya akan menutupi total biaya yang dikeluarkan oleh bank.

Total kredit memiliki koefisien regresi sebesar 0.9155801, jika total kredit mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Konvensional akan mengalami peningkatan efisiensi sebesar 0.9155801. Artinya dengan banyaknya bank dalam menyalurkan kredit, maka beban bank akan berkurang dan pembiayaan tersebut akan menghasilkan sehingga menutupi beban-beban yang ditanggung oleh bank.

Selanjutnya, Surat Berharga yang Dimiliki memiliki koefisien regresi sebesar -0.0103543, jika total surat berharga yang dimiliki mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Konvensional akan mengalami inefisiensi sebesar 0.0103543. Artinya surat berharga yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional belum sanggup menutupi besarnya biaya yang ditanggung.

Berdasarkan uraian diatas surat berharga yang dimiliki Bank Umum Konvensional masih belum sanggup menutupi besarnya total biaya yang dikeluarkan bank. Bank Umum Konvensional perlu untuk memperhatikan pengelolaan pada surat berharga yang dimiliki karena surat berharga yang

dimiliki merupakan dana produktif yang memiliki kontribusi dalam mengurangi total biaya yang dikeluarkan bank.

2. Bank Umum Syariah (BUS)

Gambar 4.2

Hasil Analisis Koefisien Regresi (BUS)

.

lnTC = 0.3177 – 0.1899 lnP1 + 0.4466 lnP2 + 0.3192 lnQ1 + 0.0079 lnQ2

Persamaan diatas menunjukkan bahwa komponen input berupa beban personalia memiliki koefisien regresi sebesar -0.1899954, jika beban personalia mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Syariah akan mengalami inefisiensi sebesar 0.1899954. Artinya sesuai kenyataan karena jika beban personalia terus meningkat maka akan meningkatkan total biaya yang ditanggung, sehingga menyebabkan inefisiensi.

Beban Bagi Hasil memiliki koefisien regresi sebesar 0.4466447 artinya jika Beban Bagi Hasil mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Syariah akan mengalami efisiensi sebesar 0.4466447. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya peningkatan jumlah dana pihak ketiga dan ini merupakan aset bagi bank untuk mendapatkan keuntungan dari pengelolaan dana pihak ketiga tersebut dan akhirnya akan menutupi total biaya yang dikeluarkan oleh bank.

Total Pembiayaan memiliki koefisien regresi sebesar 0.3192071, jika total pembiayaan mengalami peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Syariah akan mengalami peningkatan efisiensi sebesar 0.3192071. Artinya dengan banyaknya Bank Umum Syariah dalam menyalurkan pembiayaan, maka beban Bank Umum Syariah akan berkurang dan pembiayaan tersebut akan menghasilkan sehingga menutupi beban-beban yang ditanggung oleh bank.

Selanjutnya, surat berharga yang dimiliki memiliki koefisien regresi sebesar 0.0079 artinya jika terjadi peningkatan satu-satuan maka Bank Umum Syariah akan mengalami efisiensi sebesar 0.0079. Artinya surat berharga yang dimiliki Bank Umum Syariah mampu menutupi biaya yang ditanggung bank walaupun jumlahnya tidak besar.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa beban personalia memiliki dampak yang negatif sehingga Bank Umum Syariah perlu untuk memperhatikan kinerja sumber daya manusia yang dimiliki dengan

dilakukannya pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang kinerja agar bisa bekerja lebih efisien.

Selanjutnya, surat berharga yang dimiliki pada Bank Umum Syariah berdampak positif, walaupun mampu memberikan kontribusi untuk mengurangi total biaya namun kontribusinya terbilang kecil. Sehingga Bank Umum Syariah dirasa perlu untuk meningkatkan surat berharga yang dimiliki karena surat berharga yag dimiliki merupakan dana produktif yang akan mengurangi total biaya.

Berikutnya, dilihat hubungan antar variabel bebas yang diukur melalui nilai korelasi antar variabel bebas untuk menguji ada atau tidaknya masalah dalam model SFA.

1. Bank Umum Konvensional (BUK)

Diperoleh korelasi (r) yang sedang (0,50 ≤ |r| ≤ 0,70) pada hubungan antara lnP1 dan lnP2, serta hubungan antara lnQ1 dan lnQ2. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan terjadi masalah multikolinieritas dalam model, padahal model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan nilai VIF pada model SFA yang mana variabel bebas dikatakan bersifat multikolineritas jika nilai VIF > 10 (secara empiris) sebagai berikut:

Gambar 4.3

Hasil Analisis Korelasi Antar Variabel Bebas (BUK)

Diperoleh VIF dari lnP1, lnP2, lnQ1, dan lnQ2 masing-masing sebesar 5.85 , 5.10 , 2.51 , dan 2.30 . Hasil ini menunjukkan semua VIF dari variabel-variabel bebas kurang dari 10, sehingga pemeriksaan ini disimpulkan bahwa tidak ada masalah Multikolinearitas dalam model SFA.

2. Bank Umum Syariah (BUS)

Diperoleh korelasi (r) yang sedang (0,50 ≤ |r| ≤ 0,70) pada hubungan

antara lnP1 dan lnP2. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan terjadi masalah multikolinieritas dalam model, sehingga perlu dilakukan pemeiksaan nilai VIF pada model SFA yang mana variabel bebas dikatakan bersifat multikolineritas jika nilai VIF > 10 (secara empiris) sebagai berikut:

Gambar 4.4

Hasil Analisis Korelasi Antar Variabel Bebas (BUS)

Diperoleh VIF dari lnP1, lnP2, lnQ1, dan lnQ2 masing-masing sebesar 2,30 , 1,72 , 1,68 , dan 1,14 . Hasil ini menunjukkan semua VIF dari variabel-variabel bebas kurang dari 10, sehingga pemeriksaan ini disimpulkan bahwa tidak ada masalah Multikolinearitas dalam model SFA.

Model cross section dari 4 Bank Umum Konvensional dan 4 Bank Umum Syariah selama periode 2011-2015. Model cross section digunakan berdasarkan uji likelihood- ratio test of sigma_u = 0.

1. Bank Umum Konvensional (BUK)

Jika hasil P-value (Prob>=chibar2) > α dengan α = 0.05 , maka sampel data cocok dikerjakan dengan SFA untuk model cross-section (frontier). Dari

hasil output STATA, diperoleh P-value sebesar 1.000 (P-value > 0.05), sehingga pengujian disimpulkan bahwa sampel data cocok dikerjakan dengan SFA untuk model cross-section (frontier).

Gambar 4.5

Hasil Analisis Frontier Model Cross Section (BUK)

2. Bank Umum Syariah (BUS)

Jika hasil P-value (Prob>=chibar2) > α dengan α = 0.05 , maka sampel data cocok dikerjakan dengan SFA untuk model cross-section (frontier). Dari hasil output STATA, diperoleh P-value sebesar 0.113 (P-value > 0.05),

sehingga pengujian disimpulkan bahwa sampel data cocok dikerjakan dengan SFA untuk model cross-section (frontier).

Gambar 4.6

Hasil Analisis Frontier Model Cross Section (BUS)

Kondisi efisiensi dari masing-masing bank selama tahun 2011 sampai 2015 tahun dalam periode pengamatan triwulan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Bank Umum Konvensional (BUK) Tabel 4.3

Tingkat Efisiensi Bank Model Cross-section (BUK)

Tingkat Efisiensi Nama Bank

Quarterly Bank Jasa Jakarta Bank Sinarmas Bank Nusantara Parahyangan Bank Victoria Internasional Q1 0,9999095 0,9999090 0,9999088 0,9999089

Q2 0,9999088 0,9999088 0,9999083 0,9999083 Q3 0,9999083 0,9999087 0,9999084 0,9999080 Q4 0,9999083 0,9999093 0,9999085 0,9999079 Q1 0,9999090 0,9999087 0,9999085 0,9999087 Q2 0,9999085 0,9999088 0,9999081 0,9999083 Q3 0,9999084 0,9999087 0,9999083 0,9999081 Q4 0,9999084 0,9999098 0,9999084 0,9999079 Q1 0,9999096 0,9999085 0,9999085 0,9999090 Q2 0,9999087 0,9999085 0,9999081 0,9999085 Q3 0,9999086 0,9999087 0,9999082 0,9999082 Q4 0,9999083 0,9999096 0,9999084 0,9999081 Q1 0,9999093 0,9999084 0,9999083 0,9999089 Q2 0,9999084 0,9999085 0,9999080 0,9999083 Q3 0,9999080 0,9999092 0,9999082 0,9999081 Q4 0,9999093 0,9999101 0,9999085 0,9999077 Q1 0,9999093 0,9999083 0,9999086 0,9999087 Q2 0,9999084 0,9999086 0,9999083 0,9999084 Q3 0,9999080 0,9999090 0,9999089 0,9999081 Q4 0,9999078 0,9999104 0,9999092 0,9999081 Mean 0,9999086 0,9999090 0,9999084 0,9999083 Std,Dev 0,0000005 0,0000006 0,0000003 0,0000004 Min 0,9999078 0,9999083 0,999908 0,9999077 Max 0,9999096 0,9999104 0,9999092 0,999909 Sumber: Data Sekunder yang Diolah

Berdasarkan hasil output efisiensi biaya dengan model cross-section SFA, Efisiensi Biaya pada tahun 2011 sampai 2015 dari perusahaan bank BUK menunjukkan nilai rata-rata Bank Jasa Jakarta, Bank Sinarmas, Bank Nusantara Parahyangan, dan Bank Victoria Internasional masing-masing sebesar 99,99086%, 99,99090%, 98,99084%, dan 99,99083% dari total aktiva bank. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi biaya mendekati nilai 1 sehingga disimpulkan tingkat efisiensi yang sangat baik.

Gambar 4.7

Tingkat efisiensi yang dihasilkan dari model SFA dengan pola production function akan menghasilkan efisiensi yang mendekati efisiensi 1 atau 100% dari bawah. Dari keempat BUK, diperoleh tingkat efisiensi biaya yang hampir sama.

2. Bank Umum Syariah (BUS)

Tabel 4.4

Tingkat Efisiensi Bank Model Cross-section (BUS)

Tingkat Efisiensi Nama Bank

Quarterly BNI Syariah BRI Syariah PANIN Syariah MEGA Syariah Q1 0,7746774 0,7337807 0,8940162 0,643396 Q2 0,7884627 0,7225905 0,8224858 0,7724491 Q3 0,8949258 0,6841372 0,8393274 0,8584926 Q4 0,4574294 0,6999018 0,8205984 0,9127462 Q1 0,6740724 0,7646891 0,8884194 0,6628758 Q2 0,7228318 0,7423671 0,8857503 0,8515613 Q3 0,4324288 0,7404804 0,8537068 0,895678 Q4 0,7783293 0,7431414 0,8082474 0,9231355 Q1 0,7554749 0,7929311 0,825492 0,6227621 Q2 0,7593358 0,7832139 0,8814299 0,8423761 Q3 0,7627531 0,7703516 0,7954018 0,9083952 Q4 0,7730872 0,7458027 0,7484538 0,917214 Q1 0,7633729 0,7908723 0,8728184 0,5146531 Q2 0,7206212 0,7344481 0,9039623 0,7112611 Q3 0,6999648 0,7285843 0,8793556 0,419089 Q4 0,7299977 0,7353639 0,857607 0,8907571 Q1 0,7389382 0,8216021 0,9019256 0,5792148 Q2 0,7156653 0,8094606 0,8914593 0,8002463

Q3 0,7077302 0,7947922 0,8783135 0,8392051 Q4 0,7213988 0,7615661 0,8585502 0,8779091 Mean 0,7185749 0,7550039 0,8553661 0,7721709 Std,Dev 0,1040648 0,0359377 0,0411232 0,1503302 Min 0,4324288 0,6841372 0,7484538 0,419089 Max 0,8949258 0,8216021 0,9039623 0,9231355

Berdasarkan hasil output efisiensi biaya dengan model cross-section SFA, Efisiensi Biaya pada tahun 2011 sampai 2015 dari perusahaan bank BUS menunjukkan nilai rata-rata BNI Syariah, BRI Syariah, PANIN Syariah, dan MEGA Syariah masing-masing sebesar 71,85749%, 75,50039%, 85,53661%, dan 77,21709% dari total aktiva bank. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi biaya masih jauh dari nilai 1 sehingga disimpulkan tingkat efisiensi biaya yang kurang baik.

Tingkat efisiensi yang dihasilkan dari model SFA dengan pola production function akan menghasilkan efisiensi yang mendekati efisiensi 1 atau 100% dari bawah. Dari kempat bank BUS, Tingkat efisiensi terbaik jatuh pada PANIN Syariah.

Berdasarkan perhitungan dengan model cross section SFA dapat dilihat perbedaan nilai efisiensi biaya antara Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah, terlihat bahwa Bank Umum Konvensional lebih unggul dari Bank Umum Syariah. Dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

Dokumen terkait