• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3. Pengukuran Efisiensi Perbankan

Konsep pengukuran efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrell (1957). Menurut Farrell (1957) konsep pengukuran efisiensi dibagi menjadi dua yaitu efisiensi teknik dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknik menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output dengan memanfaatkan jumlah input yang ada. Sedangkan efisiensi alokatif menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi produksinya. Efisiensi alokasi juga disebut efisiensi ekonomi (Economic Efficiency), karena tujuan dari para produsen adalah mencapai efisiensi ekonomi yang

18 Zaenal Abidin dan Endri,”Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah Pendekatan Data Envelopment Analysis(DEA)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 1 (Mei 2009): h.21. 19

tinggi (efisiensi biaya dan efisiensi keuntungan). Kombinasi dari kedua efisiensi tersebut akan menghasilkan efisiensi ekonomi secara total (Overall Economic Efficiency).20

Menurut Kumbhaker dan Lovell (2000) dalam Ascarya dan Yumanita (2008) dalam rangka efisiensi ekonomi suatu perusahaan harus efisien secara teknis dan dalam rangka mencapai keuntungan maksimal, suatu perusahaan harus memproduksi output secara maksimal dengan jumlah input tertentu dan memproduksi output dengan kombinasi yang tepat dengan tingkat harga tertentu.21

Dalam Muharam dan Pusvitasari ada tiga pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan yaitu22 :

a. Pendekatan Rasio

Pendekatan ini menghitung perbandingan input dan output yang digunakan, dalam pendekatan ini dapat dinilai efisien apabila menghasilkan output yang maksimal dan input yang seminimal mungkin.

Efisiensi =

20

Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik (Bekasi : Gramata Publishing, 2014), h. 66.

21

Ascarya dan Diana Yumanita. “Comparing the Efficiency of Islamic Banks in Malaysian and Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.11, No.2 (Oktober, 2008) :h.98. 22

Muharam, Harjum dan Rizki Pusvitasari, ” Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis Periode Tahun 2005,” Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Vol.11 No .03 (Desember 2007): h.86-88.

Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan banyak output yang akan dihitung, karena jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Silkman, 1986 dalam Ario, 2005).

b. Pendekatan Regresi

Pendekatan ini menggunakan model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsi regresi adalah berikut ini:

Y=f (X1, X2, X3, X4,...Xn) Dimana:

Y = Output X = Input

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah ketidakmampuannya dalam menampung banyak output, karena dalam sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator output. Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Silkman, 1986 dalam Ario, 2005).

c. Pendekatan Frontier

Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya (Silkman, 1986 dalam Ario, 2005).

Teknik pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution Free Analysis (DFA) dan Recusive Thick Frontier Approach (RTFA). Sedangkan teknik pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan tes statistik non parametrik seperti Data Envelopment Analysis (DEA) dan Free Disposable Hull (FDH).

Beberapa tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan lebih fokus pada pendekatan frontier efficiency atau x-efficiency, mengukur

penyimpangan dari lembaga keuangan berdasarkan “best practice” atau

berlaku umum pada pendekatan frontier. Pendekatan frontier dari suatu lembaga keuangan dapat diukur melalui bagaimana kinerja lembaga keuangan tersebut bersifat relatif terhadap perkiraan kinerjanya yang

“terbaik” dari industri tersebut. Kondisi ini terjadi apabila semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang sama.23

Menurut Ascarya, dkk dalam Shafitranata, pendekatan frontier lebih superior karena penggunaan teknik program atau statistik yang menghilangkan pengaruh dari perbedaan harga input dan faktor eksogen lainnya dalam mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi. Pendekatan ini telah digunakan secara lebih luas dalam analisis regulasi yaitu untuk mengukur pengaruh dari merger dan akuisisi, regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito, pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari perusahaan akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari pendekatan ini adalah dapat mengukur secara objektif kuantitatif dengan menghilangkan pengaruh dari harga pasar dan faktor eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi24.

Umumnya teknik pengukuran efisiensi dengan pendekatan frontier yang sering digunakan ada dua, yaitu25:

1. Pendekatan non parametrik yang menggunakan Technical Mathematic Programming atau populer dengan Data Envelopment Analysis (DEA).

23

Bauer, P. W, Berger, A. N and Ferrier, G. D. “Consistency Condition For Regulatory Analysis Of Financial Institutions: A Comparison Of Frontier Efficiency Methods.” Journal Of Economics and Bussines. (USA,1998): h.1.

24

Shafitranata,”Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA),” (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011) h.43. 25

Edy Hartono,”Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia Dengan Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Approach Analysis,” (Tesis Universitas Diponegoro Semarang, 2009) h.17.

2. Pendekatan parametrik yang menggunakan Econometric Frontier atau popular dengan Stochastic Approach.

Kelebihan dan kelemahan dari non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) dan parametrik Stochastic Frontier Analysis (SFA), sebagai berikut26

a. Kelebihan Data Envelopment Analysis (DEA) adalah tidak memerlukan bentuk fungsional yang eksplisit dari data yang dipergunakan. Hal ini dapat mengurangi dampak kesalahan spesifikasi yang seringkali muncul dalam pendekatan parametrik. Namun kelemahan utama dari teknik ini adalah bahwa batas (frontier) yang dihitung dapat dicemari oleh statistical noise. Hal tersebut disebabkan karena pendekatan pemograman matematik dan secara umum bersifat non-stochastic sehingga akan terjadi noise dengan parameter ketidakefisienan, yang menimbulkan sulitnya memisahkan secara tegas antara parameter ketidakefisienan dengan statistic noise tersebut.

b. Kelebihan utama menggunakan teknik Stochastic Frontier Analysis (SFA) adalah dapat menangani masalah statistical noise. Pada teknik ini faktor ketidakefisienan tidak lagi dicemari karena dapat dipisahkan dan dibedakan secara jelas dari random noise -nya. Kelemahan utama dari pendekatan ini yaitu memerlukan

26

bentuk fungsional yang terlampau ketat dari teknologi produksinya. Kelemahan lainnya adalah cenderung akan mengaburkan pengaruh kesalahan spesifikasi (miss-spesification) bentuk fungsional dengan pengaruh ketidakefisienan. Meskipun pendekatan parametrik ini memiliki kelemahan dalam hal asumsi pengukuran error term-nya yang mengikat (ketat), tetapi rerlatif lebih baik dibanding pendekatan non parametrik.

Secara garis besar ada kelebihan dan kelemahan dari setiap pendekatan, dimana pada pendekatan parametrik untuk melihat hubungan antara biaya diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel eksogen lainnya, pengetahuan mengenai bentuk fungsi yang tepat dari frontier dan struktur dari on-sided error jika diperlukan, serta ukuran sampel yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan kesimpulan secara statistika. Sedangkan pada pendekatan non parametrik tidak menggunakan informasi sehingga sedikit data yang dibutuhkan maka lebih sedikit pula asumsi yang diperlukan dan sedikit juga sampel yang digunakan. Namun demikian kesimpulan secara statistika tidak dapat diambil apabila menggunakan pendekatan non parametrik27.

27

Muliaman D. Hadad, dkk, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia Menggunakan Metode Non Parametrik Data Envelopment Analysis(DEA),” Bank Indonesia Research Paper Bank Indonesia (Jakarta:2003): h.2.

Menurut Berger dan Mester dalam Suswandi, secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial (perbankan) yaitu Cost Efficiency, Standard Profit Efficiency, dan Alternatif Profit Efficiency28.

Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice bank`s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama, Cost efficiency ini di derivasi dari suatu fungsi biaya. Dalam hal ini tingkat biaya operasi bank menjadi tolok ukur efisiennya suatu bank, berikut fungsi biaya dalam persamaan umum (log) sebagai berikut:

Log C = f ...(2.1) Selanjutnya dengan persamaan stochastic cost frontier, sebagai berikut:

Log C = f ...(2.2) Dimana C merupakan total biaya suatu bank, w adalah vector harga input, y adalah vector kuantitas output, e adalah error term dimana e = u+v. u adalah controllable factor yang merefleksikan faktor inefisiensi sehingga dapat meningkatan biaya suatu bank. Sedangkan v adalah uncontrollable

28 Suswandi,”Analisa Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Stochastic Frontier Approach

(random) faktor atau noise term. Berikut rasio cost efficiency dari suatu bank: CEFFn = ̂ ̂ [ ] [ ]

=

...(2.3)

Dimana, biaya aktual dari bank n. Cost efficiency ratio (CEFF) adalah proporsi dari biaya atau resources yang digunakan secara efisien. Misalnya cost efficiency ratio suatu bank sebesar 80 %, hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut beroperasi secara efisien sebesar 80 % atau terdapat 20 % biaya yang terbuang atau biaya yang tidak efisien.

Standard Profit Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat efisiensi suatu bank didasarkan pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit maksimal pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank yang beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model ini seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan sempurna dimana harga input dan output tidak ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak satupun bank yang dapat menentukan harga input maupun harga output sehingga bank bertindak sebagai price-taking agent.

Karena dalam model ini terkait bentuk pasar persaingan sempurna (prefect market competition) maka hal ini mengindikasikan bahwa maksimum profit hanya merupakan fungsi dari eksogen harga output saja.

Sejalan dengan pendekatan cost efficiency, misalkan fungsi standard profit dalam logarithm natural adalah sebagai berikut :

Log = f ...(2.4) Maka standard profit efficiency untuk bank n menjadi :

std EFFn = ̂ ̂ = [ ] [ ]

=

...(2.5)

Dimana n adalah profit pada bank n. Standard profit efficiency merupakan rasio dari keuntungan yang dapat diperoleh suatu bank, misalnya bank n dibandingkan dengan keuntungan dari bank yang paling efisien. Misalnya dari perhitungan diatas didapatkan standard profit efficiency sebesar 80%, hal ini berarti bahwa bank n kehilangan 20% dari keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh jika beroperasi secara efisien.

Alternative Profit Efficiency ini berbeda dari standard profit efficiency karena sifat pasar pada model ini adalah pasar persaingan sempurna sedangkan dalam alternative profit efficiency terjadi pada pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition). Pada kondisi pasar ini maka bank diasumsikan memiliki market power dalam menentukan harga output namun tidak pada harga input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut maka perbedaan yang paling menonjol antara kedua model ini (standard profit efficiency dan alternative profit efficiency) adalah pada penentuan variabel eksogen didalam pencapaian keuntungan maksimum. Dalam pendekatan ini bank akan memaksimalkan keuntungan

dengan memilih harga output (p), jumlah input (x), untuk sejumlah output (y), dan harga input (r) yang telah ditetapkan. Fungsi indirect profit yang sesuai disebut sebagai fungsi indirect profit alternative yang dapat dituliskan sebagai berikut :

Max = = (p , r)(y,-x) ...(2.6) Satu alur dengan hal tersebut, misalkan fungsi alternative profit sebagai berikut:

Log = f ...(2.7) Maka alternative profit efficiency dapat dituliskan sebagai berikut:

Alt EFFn = ̂ ̂ = [ ] [ ]

=

...(2.8)

Dokumen terkait