• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

BAB II LANDASAN TEORI

C. Analisis Wacana

2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Wacana menurut Van Dijk merupakan bangunan teoritis yang abstrak (the abstrack theoretical construck).49 Wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan wacana adalah teks.50 Van Dijk melihat wacana lebih kepada wacana tulis atau teks. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang satu sama yang lain berhubungan dan saling mendukung yang dibaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Makna global dari suatu teks didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya mempengaruhi pemilihan kata dan kalimat.51

Dalam pandangan Van Dijk segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen-elemen seperti tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Meski terdiri dari beberapa elemen, semua elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan, dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-elemen struktur wacana tersebut, berikut adalah penjelasan singkat mengenai elemen-elemen tersebut:

a. Teks

1) Struktur Makro

a. Tematik

49

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta; Kencana, 2012), h. 17.

50

Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang; Bayu Media, 2003), h. 4. 51

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000), h. 225-226.

Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari sebuah teks. Topik menunjukkan informasi yang paling penting atau inti pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator. Dari topik ini kita bisa mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh komunikator dalam mengatasi suatu masalah. Tindakan, keputusan, atau pendapat dapat diamati pada struktur makro dari suatu masalah.52

Tema sebuah wacana akan tampak dalam pengembangan wacana. Temapun akan memandu alur pengembangan sebuah wacana lisan maupun tulisan.53 Intinya, tematik merupakan strtuktur yang menjelaskan tentang tema yang diambil dari sebuah film.

2) Superstruktur

a. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Jadi, jika topik menunjukkan makna umum dari suatu wacana, maka struktur skematik atau suprastruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks.54

52

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000), h. 230.

53

JD Parera, Teori Semantik, (Jakarta; Erlangga, 2004), h. 233. 54

Alur memberikan tekanan dalam suatu teks, bagian mana yang berada di awal, dan bagian mana yang berada di akhir, hal itu juga bisa sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi yang penting. Intinya skematik merupakan bentuk umum dari sebuah teks yang berkaitan dengan judul. Skematik mempelajari tentang bagaimana alur atau suasana teks dibuat.55

3). Struktur Mikro

a. Semantik

Pengertian umum semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna suatu bahasa. Semantik dalam skema Van Djik dikategorikan sebagai makna lokal, yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bagunan teks. Semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang terpenting dari struktur wacana, tetapi juga yang mengiringi kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Pada intinya, semantik membahas tentang makna yang ditekankan dalam sebuah teks dan membahas tentang hubungan antar kalimat yang mempunyai makna tertentu dalam sebuah teks yang mempunyai makna tersirat.

Terdapat beberapa strategi semantik yaitu pertama; latar. Latar merupakan bagian berita atau cerita yang mempengaruihi semantik (arti) yang ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan kemana arah

55

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 78.

pandangan khalayak dibawa. Tujuan dari latar teks ini adalah membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh pembuat teks.

Kedua; detail. Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator/penulis skenario). Komunikator menampilkan informasi yang menguntungkan dirinya dan citra baik secara berlebihan dan digambarkan secara mendetail. Dalam hal ini penulis skenario secara sengaja membuat sesuatu secara mendetail dengan tujuan menciptakan citra tertentu kepada khalayak.

Ketiga; maksud. Elemen ini hampir sama dengan detail. elemen maksud melihat informasi yang menuntungkan komunikator dan akan dirugikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan disampaikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuan akhir dari maksud adalah memberikan informasi yang menguntungkan komunikator. Keempat; peranggapan. Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, dan biasanya pernyataan tersebut dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan kembali. Disebut peranggapan karena pernyataan tersebut merupakan kenyataan yang belum terjadi, namun didasarkan pada anggapan yang masuk akal.56

b. Sintaksis

Secara terminologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani (sun = dengan + tattei = menempatkan), berarti menempatkan

56

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 78-79.

bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dapat dikatakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, kalusa, dan frase. Inti dari sintaksis adalah mengelompokkan kata-kata menjadi sebuah kalimat.57

Dalam sintaksis ada beberapa strategi elemen yang mendukung,

pertama; koheren. Koheren adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, ide yang menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya. Koherensi dalam analisis wacana adalah pertalian dan jalinan antar kata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta berbeda dapat dihubungkan dengan memakai koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika komunikator menghubungkannya. Koherensi dapat ditampilkan melalui sebab akibat, bisa juga sebagai penjelas dan mudah untuk diamati. Di antaranya kata hubung yang dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna berlainan ketika hendak menghubungkan proposisi.58

Kedua; bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah bentuk sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas, logika kausalitas, akan diterjemahkan dalam bahasa menjadi susunan

57

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 80.

58

subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dari struktur pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Penempatan itu dapat mempengaruhi makna timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.59

Ketiga; kata ganti. Kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti timbul untuk menghindari pengulangan kata dalam kalimat-kalimat berikutnya dan menghindari segi-segi yang negatif. Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menguraikan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut adalah sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadi sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dari suatu komunitas tertentu.60

59

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 81.

60

c. Stilistik

Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Apa yang disebut gaya bahasa itu sesungguhnya terdapat dalam segala ragam bahasa: ragam lisan dan tulisan, ragam sastra dan ragam non sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks secara tertulis. Intinya, stilistik merupakan kata yang digunakan untuk mengkonstruksi wacana, atau gaya bahasa yang digunakan oleh penulis.61

d. Retoris

Strategi dalam level retoris merupakan gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Misalnya dengan pemakaian kata yang berlebihan (hiperbolik) atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak.62

Van Dijk membagi elemen retoris menjadi tiga bagian, pertama; grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh

61

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 82.

62

seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana skenario, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain (pemakaian huruf tebal, miring, garis bawah, dan huruf yang dibuat dengan ukuran besar). Bagian yang ditulis berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.63

Kedua; metafora. Metafora merupakan ornamen atau bumbu dari suatu berita atau script film. Metafora tertentu dipakai oleh pembuat teks secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Pembuat teks menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah, leluhur, kata-kata kuno, yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.

Ketiga: ekspresi. Ekspresi dimaksudkan untuk membantu menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks yang disampaikan. Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam teks tertulis, ekspresi ini muncul misalnya dalam bentuk grafis, gambar atau foto, sedangkan dalam film, ekspresi biasanya muncul dari wajah pemain

63

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000), h. 259.

atau biasanya kalimat yang dilontarkan yang berasal dari teks skenario. 64

b. Kognisi Sosial

Kognisi sosial adalah titik kunci dalam memahami sebuah produksi teks atau cerita, maksudnya adalah selain meneliti teks, penulis juga meneliti proses terbentuknya teks. Kognisi sosial menggambarkan bagaimana kesadaran mental penulis skenario membentuk teks. Untuk mengetahui hal tersebut, maka diperlukan wawancara mendalam kepada penulis skenario.65

c. Konteks Sosial

Menurut Van Dijk, wacana yang terdapat dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti suatu teks perlu dilakukan wawancara seputar bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Pada intinya, konteks sosial itu berhubungan dengan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana.66

64

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259. 65

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta; LKiS, 2000), h. 259-260.

66

40

Dokumen terkait