VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.3 Analisis Willingness to Pay (WTP) Masyarakat dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM)
Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis WTP responden terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan Tahura Ir. H. Djuanda. Langkah-langkah hasil pelaksanaan dalam metode CVM sebagai berikut:
1. Membangun Pasar Hipotesis
Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda memiliki potensi sebagai tempat penelitian, konservasi, penyerap karbon, penunjang perekonomian masyarakat, rekreasi, dan sumber air bagi masyarakat. Dilihat dari potensi sumberdaya air yang ada di Tahura Ir. H. Djuanda saat ini, beberapa instansi dan masyarakat memanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, dan mencuci. Akan tetapi saat ini beberapa sumber mata air yang terdapat di dalam Tahura Ir. H. Djuanda mulai mengalami krisis, seperti hilangnya sumber mata air Seke Cikiih Kuda. Akibatnya kuantitas mata air yang dimanfaatkan masyarakat mulai mengalami penurunan dan pasokan air bersih yang diterima masyarakat juga hanya lebih kurang 2-3 hari sekali saja. Sampai saat ini instansi dan masyarakat yang memanfaatkan sumber air tersebut belum melakukan konsep pembayaran jasa lingkungan yang secara tidak langsung nilai moneter yang didapat berfungsi sebagai upaya perbaikan atau pelestarian lingkungan Tahura Ir. H. Djuanda. Oleh karena itu penting bagi setiap pemanfaat melakukan pembayaran jasa lingkungan. Berdasarkan konsep di atas diharapkan masyarakat maupun instansi yang memanfaatkan sumber air dari dalam kawasan Tahura Ir. H. Djuanda melakukan pembayaran jasa lingkungan.
85
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Teknik yang digunakan pada penelitian ini untuk mendapatkan nilai penawaran adalah dengan menggunakan metode dichotomous choice (model referendum), yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak sejumlah uang tersebut dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan Tahura Ir. H. Djuanda. Adapun besarnya nilai yang ditawarkan paling tinggi sebesar Rp 4.000/galon sedangkan untuk yang paling rendah sebesar Rp 1.500/galon, dimana 1 galon sama dengan 19 liter.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP
Dugaan nilai rataan WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1 n i i i
EWTP
W Pf
dimana:EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i Pfi = Frekuensi relatif n = Jumlah responden
i = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan
Tabel 6. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Ciburial
No Kelas WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah (Rp/KK/liter) (Responden) (Pfi) (Rp/liter) (a) (b) (d = b/c) (a x d) 1 79 39 0,64 51 2 105 11 0,18 19 3 152 7 0,12 16 4 184 2 0,03 6 5 211 2 0,03 6 TOTAL 61 (c) 1 98
Sumber : Hasil Analisis Data, 2012
Kelas WTP didapat dengan menentukan terlebih dahulu nilai terkecil hingga terbesar nilai WTP yang ditawarkan kepada responden. Hasil yang didapat bahwa nilai rataan WTP (EWTP) sebesar Rp 98/KK/liter. Nilai WTP yang diperoleh sebesar Rp 98/KK/liter ini sudah termasuk nilai dari jasa lingkungan, pengelolaan sumberdaya air, dan biaya administrasi pemanfaatan air. Besaran nilai tersebut seharusnya ditafsirkan secara hati-hati berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat.
4. Menduga Kurva WTP
Kurva WTP responden berdasarkan nilai WTP responden terhadap jumlah responden yang memilih nilai WTP dapat dijelaskan pada Gambar 18 kurva permintaan WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan.
Sumber : Hasil Analisis Data, 2012
Gambar 18. Kurva Permintaan WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan
87
Berdasarkan Gambar 19 dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit jumlah responden membayar WTP maka semakin tinggi nilainya. Responden lebih bersedia membayar pada tingkat nilai yang paling rendah dibandingkan dengan tingkat nilai tertinggi.
5. Menjumlahkan Data untuk Menentukan Total WTP
Nilai total WTP (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1 n i i
ni
TWTP
WTP
P
N
dimana: TWTP = Total WTP WTPi = WTP kelas ke-i P = Jumlah populasini = Jumlah sampel pada kelas WTP ke-i N = Jumlah sampel
i = Kelas WTP (1, 2, 3, ... , n) Tabel 7. Total WTP Masyarakat Desa Ciburial
No Kelas WTP Frekuensi Populasi Jumlah Total (Rp/KK/liter) (Responden) (Rp/liter) (a) (b) (d = (b/c) x e) (a x d) 1 79 39 416,0 32.864 2 105 11 117,0 12.285 3 132 7 78,0 10.296 4 184 2 19,5 3.588 5 211 2 19,5 4.115 TOTAL 61 (c) 650 (e) 63.148
Sumber : Hasil Analisis Data, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan nilai total WTP pada Tabel 7, diketahui bahwa total WTP mata air Seke Gede adalah sebesar Rp 63.148/liter.
6. Evaluasi Pelaksanaan CVM
Berdasarkan hasil regresi berganda diperoleh nilai R2 sebesar 52,1 persen. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R2 sampai dengan 15 persen (Mitchell dan Carson, 1989 dalam Hanley dan Spash, 1993). Hal ini karena penelitian tentang lingkungan berhubungan dengan perilaku manusia sehingga nilai R2 tidak harus besar. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dianalisis menggunakan regresi berganda dengan menduga tujuh variabel independen yaitu tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah kebutuhan air, kualitas air, dan pengetahuan responden mengenai manfaat Tahura Ir. H. Djuanda. Adapun hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan analisis regresi berganda yang terlampir pada Lampiran 9, penelitian ini menghasilkan model yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 52,1 persen yang artinya bahwa keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh keragamaan variabel-variabel independen yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya sebesar 47,9 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 11,210 dengan Sig 0,000 yang berarti bahwa variabel-variabel independen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP
89
responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sumberdaya air yang dilakukan pada taraf nyata α = 1 persen.
Tabel 8. Hasil Analisis Nilai WTP Responden dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Variabel Koefisien Sig VIF Keterangan
Constant 119,447 0,876
PDDKN 3,955 0,903 1,133 Tidak Berpengaruh JT -104,356 0,114 1,041 Tidak Berpengaruh JP -66,034 0,572 1,121 Tidak Berpengaruh
TP 456,744 0,000 1,244 Berpengaruh Nyata***
JKA -1,760 0,000 1,112 Berpengaruh Nyata***
KA 451,989 0,008 1,120 Berpengaruh Nyata***
PM 345,547 0,053 1,258 Berpengaruh Nyata*
R2 52,1%
F-Statistik 11,210 0,000 Durbin Watson 1,570
Sumber : Hasil Analisis Data, 2012
Keterangan : *** Pada tingkat taraf nyata 1 persen ** Pada tingkat taraf nyata 5 persen * Pada tingkat taraf nyata 10 persen
Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinear dilakukan dengan menggunakan uji VIF. Jika suatu model memiliki VIF < 10 maka variabel independen tidak mengalami multikolinear dengan variabel independen lainnya. Dalam model nilai VIF lebih kecil dari 10 maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi multikolinear. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu pada Lampiran 9. Uji kenormalan dapat dilihat dari nilai statistik Kolmogorov-Smirnov yaitu sebesar 0,663. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata α = 5 persen sehingga dapat dijelaskan bahwa model ini mengikuti distribusi normal, tabel One Sample Kolmogorov- Smirnov Test dapat dilihat pada Lampiran 10. Model yang dihasilkan dalam analisis adalah:
WTPi = 119,447 - 104,356 JT + 456,774 TP – 1,760 JKA + 451,989 KA + 345, 547 PM + εi
Model menunjukkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap nilai air adalah tingkat pendapatan, jumlah kebutuhan air, kualitas air serta pengetahuan responden mengenai manfaat Tahura Ir. H. Djuanda. Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai Sig sebesar 0,000 yang artinya bahwa variabel berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α = 1 persen. Nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya peningkatan tingkat pendapatan responden sebesar satu rupiah akan meningkatkan nilai WTP responden sebesar Rp 456,774/liter. Hal ini dikarenakan pendapatan yang tinggi akan membuat responden memiliki dana lebih untuk membayar upaya pelestarian lingkungan.
Variabel jumlah kebutuhan air memiliki nilai Sig sebesar 0,000 yang artinya bahwa variabel berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α = 1 persen. Nilai koefisien bertanda negatif (-) yang artinya peningkatan jumlah kebutuhan air responden sebesar satu liter akan menurunkan nilai WTP responden sebesar Rp 1,760/liter. Hal ini disebabkan karena jumlah kebutuhan air yang semakin meningkat akan meningkatkan pula biaya yang harus responden bayar, sedangkan pendapatan yang diperoleh responden tidak mengalami peningkatan sehingga nilai WTP responden akan semakin kecil.
Variabel kualitas air memiliki nilai Sig sebesar 0,008 yang artinya bahwa variabel berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α = 1 persen. Nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya semakin meningkatnya kualitas air maka akan menaikkan nilai WTP responden sebesar Rp 451,989/liter. Apabila kualitas air semakin baik maka nilai WTP yang diberikan responden akan
91
semakin besar, karena mereka ingin mempertahankan kualitas air yang sudah baik.
Variabel pengetahuan responden mengenai manfaat Tahura Ir. H. Djuanda memiliki nilai Sig sebesar 0,053 yang artinya bahwa variabel berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α = 10 persen. Nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya semakin meningkatnya pengetahuan responden mengenai manfaat Tahura Ir. H. Djuanda, maka akan meningkatkan nilai WTP responden sebesar Rp 345,547/liter.
Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP adalah jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata karena tingkat pendidikan responden hingga SD, sehingga pemahamannya mengenai upaya pelestarian lingkungan masih kurang. Variabel jumlah tanggungan dan jenis pekerjaan memiliki nilai Sig yang lebih besar dari taraf nyata α = 10 persen, sehingga variabel tersebut dapat diabaikan secara statistik.